19. Happy Birthday

139 8 8
                                    

Hari semakin larut.

Suhu semakin menurun.

Temaram lampu semakin berkurang di setiap detiknya, menandakan ada raga yang harus di istirahatkan untuk melanjutkan aktivitas esok hari.

Di bawah guyuran salju yang kian lebat, dua pasangan melangkahkan kaki dengan penuh perhitungan. Napas yang tersengal begitu terlihat seiring asap tipis yang keluar dari sang empu.

Jemari ramping Toru menggenggam erat jemari lain yang mulai menorehkan warna merah di ujungnya.

Jejak sepatu tertutup cepat oleh butiran salju yang dengan ganasnya menyapu daratan.

Berjarak tak jauh dari sebuah tempat yang bernama kediaman Yamashita terdengar sayup sayup dentuman musik dan sinar warna warni yang menerobos tirai dari balik jendela kaca.

"Toru san, kau yakin tidak apa apa?" dengan langkah terbata karena kaki yang mulai membeku nada bicara Taka bergetar.

Jemari Toru semakin mengeratkan genggamannya "Aku tidak pernah meminta ini".

"Tapi....".

Brak.

"Aduh" Taka mengusap dahinya pelan karena menabrak punggung Toru lumayan keras.

Toru membalikkan badan dan menatap lekat Taka yang masih sibuk mengusap dahinya "Jika bukan karena Ryota, aku tidak akan datang" nada bicara Toru terlihat kesal.

Kemarin, Toru memang bercerita tentang sahabatnya sejak lahir yang bernama Ryota Kohama.

Mereka tak pernah terpisah karena rumah mereka yang dekat dan juga Toru sangat sulit mencari teman. Hingga Ryota dan Toru mengenyam pendidikan di sekolah yang sama.

Bahkan, saat Toru memutuskan untuk pindah keluar negeri pun Ryota mengikutinya.

Semua berjalan begitu saja, hingga Ryota menemukan tambatan hatinya di sela sela kesibukan kuliahnya.

Tak memerlukan waktu lama, Ryota memutuskan mengakhiri masa lajangnya dan menetap di negara asal gadis itu. Canada.

Toru menakup pipi Taka yang tenggelam karena syal dan penutup kepala. Hanya manik bulatnya yang terlihat jelas "Aku berjanji tidak akan lama di sini" sekilas Toru mengecup bibir Taka.

Membuat pipi Taka memerah entah karena malu atau hawa dingin.

Sambil terus memenggang jemari Taka seakan Taka bisa menghilang begitu saja atau ada yang berniat mencuri Taka darinya, Toru terus melangkahkan kaki jenjangnya.

Menarik napas panjang sebelum membuka pintu utama, Toru melirik Taka yang berdiri tegang di sampingnya.

Melihat pucuk hidung yang memerah itu Toru tersenyum. Seakan dirinya mendapat kekuatan untuk menghadapi apa yang ada di balik pintu.

Dengan tangan yang sebenarnya gemetar namun di sembunyikan, Toru mendorong pintu dengan perlahan.

Dentuman musik semakin terdengar jelas di telinga kala pintu sepenuhnya terbuka lebar.

Taka kesulitan menelan saliva. Dirinya mematung mendapati begitu banyak tokoh terkenal dan orang terpandang di Tokyo.

Dadanya terasa sesak, hawa dingin tiba tiba berubah menjadi panas, seakan ada lava yang membanjiri tubuh mungil.

Genggaman tangan Toru menyadarkan Taka dari lamunannya. Genggaman itu pula yang membuat Taka berani memasuki rumah Toru yang sudah di sulap menjadi ruang pesta dengan lantai dansa di tengahnya.

"Toru, selamat ulang tahun".

"Yamashita muda, selamat bertambah tua".

"Toru san, selamat ulang tahun".

greyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang