Part 14

17.8K 672 131
                                    


Hukuman tersebut sampai pada telinga Bruno juga Hendra, Hendra Mutab.
"KENAPA KAMU SEENAKNYA MENGHUKUM CUCU SAYA DENGAN CARA SEPERTI ITU?" sentak Hendra pada Roma di ruang kerja Bruno.
Bruno memerhatikan kemarahan Hendra yang meluap itu dalam diam. Seluruh keluarga Wolind khawatir karena mereka tahu tabiat Digo. Dia bukanlah anak yang segampang itu melepas hukuman yang belum tuntas ia selesaikan. Roma pun mencoba bersikap tenang.
"Begini, saya bisa jelaskan. Jadi, Digo itu--"
"Roma!" lirih pelan dari mulut Hendra memutus penjelasan Roma. Hendra menarik napasnya dalam-dalam untuk mengatakan hal yang sulit terucap baginya, "Kamu saya pecat mulai detik ini!"


***


Berita pemecatan Mr. Roma segera menyebar. Namun, hukuman Digo tidak lantas selesai. Digo sendiri yang memutuskan akan menyelesaikan hukuman itu sendiri. Dia tidak mau dibilang pengecut.
Ini sudah hari kedua Digo berdiri seperti patung di tengah lapangan sekolah. Wajahnya memucat. Bawah matanya menghitam, bibirnya memutih, dan dia sendiri terlihat lusuh.
Sisi selalu merasa bersalah. Digo menjadi tontonan. Tak jarang pula beberapa murid melempar olokan dan sindiran padanya. Emosi Digo sedang diuji. Namun, kali ini dia berhasil diam. Ia tetap dengan posisi yang sama. Sisi mulai tak tahan akan prilaku murid-murid yang seenaknya pada Digo. Ia berlari ke ruang guru untuk menghentikan hukuman itu. Namun, sayang, cuma Digo yang bisa mencabut keputusannya sendiri. Bahkan, keluarganya sendiri saja tak mampu membujuknya.

***

Duar! Duar!
Seisi sekolah dikagetkan suara kilat beradu dengan petir yang menggelegar.
"Hujan!!" ucap Doni yang melirik ke arah jendala kelas. Kelas Sisi masih sibuk mengerjakan kuis dari salah satu guru mereka.
Sisi sontak berdiri, mengambil payung di tasnya, dan tanpa izin berlari keluar kelas. Satu kelas bingung terutama guru yang mengajar. Namun seluruh kawan sisi di kelas hanya tersenyum karena mereka cukup mengerti ke mana Sisi akan pergi.

Tuhan, sejujurnya aku tak mau menikmati kebebasan ini atas hukumanku yang ditanggung Digo. Aku nggak mungkin tega melihatnya serendah ini di hadapan banyak mata. Aku nggak mungkin membiarkannya dihujani hinaan di hadapan langit dengan cara seperti ini. Kana aku mencintainya, Tuhan. Kuatkan dia. Aku mohon, ucap isi hati Sisi bersuara.

Sisi berlari cepat ke arah lapangan. Ia melihat Digo masih mematung berdiri tegak di hadapan tiang tanpa bendera. Sisi membuka payungnya cepat-cepat dan berlari ke tengah lapangan. Digo masih memejamkan mata merasakan pukulan hujan di kepalanya. Perlahan Sisi menghampiri Digo dengan seribu keberanian, meneduhkan Digo dengan payung putih miliknya. Digo membuka matanya saat hujan tak terasa di kepalanya lagi.
Ia kaget melihat Sisi di hadapannya dengan payung menaunginya sementara ia sendiri membiarkan dirinya diguyur hujan untuk melindungi tubuh Digo.
Digo menatap Sisi dengan tajam. Sisi mulai ketakutan. Payung yang ia genggam langsung bergetar.

"Tolong jangan kayak gini," ucap Digo perlahan. Suaranya nyaris hilang ditelan suara hujan.

"APA???" tanya Sisi ulang dengan wajah yang polos. Digo membuang muka.

"Ma...maaf, kamu tadi tanya apa?" tanya Sisi dengan suara keras. Suara hujan membuatnya tuli.

"Lo ngapain ke sini? Masuk!! Gue nggak mau diganggu!!!" balas Digo agak keras biar Sisi mendengar apa yang ia maksud.

"Nggak apa-apa. Aku mohon kamu berhenti kayak gini. Mr. Roma udah nggak ngajar lagi. Jadi kamu nggak perlu ngelanjutin hukuman ini," ucap Sisi setengah menjerit. Tubuhnya yang kuyup mulai gemetaran kedinginan.

Digo menunduk menyembunyikan senyumnya. Dia terharu dengan perhatian gadis lugu itu. Ia lalu meraih payung tersebut dari tangan Sisi dan berganti meneduhkan tubuh Sisi dan malah membiarkannya terguyur hujan lagi. Sisi melongo.

"Gue minta lo bawa payung ini dan lo masuk! Jangan ngerepotin gue kalo lo sampai beku di sini!!" kata Digo lantang.

Setelah diam sejenak,
Sisi tersenyum.
Dia tahu ini adalah bagian dari kepedulian Digo pada orang lain yang tak pernah diperlihatkannya. Dengan malu-malu, ia menjauh dan kembali ke gedung sekolah, berjalan ke arah kelasnya, sembari menatap Digo sesekali yang melanjutkan memejamkan matanya untuk menerima jatuhan air hujan itu.

-------------------------------------------
Plies gift me coment about this storie ^^ boring or ???

BADBOY & SHYGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang