(26) Observasi

154 55 50
                                    

Happy reading all 💞
Voment Yamoon Yeorobun

••••

"Menahan diri buat nggak benci sama ibu sendiri, is another level of bitch!"

- Fabricia Yemima

••••

Bola mata Rici menelisik tajam. Benua sama sekali tidak menunjukkan wajah bersalahnya. Hal tersebut membuat rasa kesal Rici melonjak dua kali lipat. "Rumah gua tuh punya pintu! Kenapa harus lewat jendela?!" tanya Rici dengan tidak biasa.

"Ya karena itu menyenangkan."

"Menyenangkan lo bilang?"

"Lo nggak waras ya?!"

"Hal menyenangkan macam apa yang lo maksud? Kekesalan gua gitu?" delik Rici.

Benua menarik seuntai senyuman. Rici sangat menggemaskan ketika kesal seperti ini. "Lebih tepatnya melihat dunia lain yang lo punya. Itu sangat menyenangkan buat gua."

"Lalu jendela, dia satu-satunya lubang yang bisa gua gunain buat menemukan sosok Rici tanpa topeng."

Ini kali pertamanya Rici melepas semua penat yang dimiliki. Dia tersenyum begitu manis. Menari bebas seolah menyuarakan suara hati. Pada akhirnya seluruh perasaan dia ekspresikan secara jernih. Hal langka seperti ini tidak mungkin Benua abaikan begitu saja.

Rici menghembuskan napasnya gusar. Tingkah Benua selalu saja membuat Rici emosi. Dapat Rici akui, alasan Benua memang terdengar masuk akal. Akan tetapi rasanya Rici masih tidak terima. Coba saja semesta berada di posisi Rici saat itu. Perasaan malu, canggung, dan lainnya tercampur aduk.

"Oke, gua anggap permasalahan kita selesai!"

"Jadi, tujuan lo ke sini buat apa?"

"Eum, hanya berkunjung sekaligus observasi," kata Benua dengan santai. Menurut Benua, Rici adalah gadis yang misterius. Selama ini jalur yang Rici lewati tidak semulus seperti apa yang orang lain pikirkan.

Sikap tidak peduli yang melekat pada Rici sesungguhnya serbuk racun berbahaya. Dia mampu mengalihkan pandang mata dunia mengenai Rici dan kehidupan gadis itu. Makanya, selagi Rici belajar dan beradaptasi untuk terbuka. Di lain sisi Benua juga belajar memahami segala hal tentang Rici.

"Lo pikir rumah gua museum sejarah segala harus di observasi!" protes Rici yang tidak terima dengan ucapan Benua.

Tawa canggung Benua hadirkan di tengah-tengah mereka. Protes dari Rici sebenarnya boleh diterima. "Kita mau ke mana?" Benua bertanya seiring pergerakan Rici yang mulai berpindah tempat.

"Melakukan observasi."

"Hari ini gua sedang berbaik hati."

"Nggak ada salahnya gua memenuhi keinginan lo," lontar Rici sambil menyiratkan seutas senyuman tipis di sana.

Keinginan Benua barusan sebenarnya cukup menguntungkan. Terlebih untuk Rici yang sedang belajar terbuka kepada orang lain. "Ini foto keluarga gua dua tahun yang lalu," lirih Rici kepada Benua di saat mereka sampai di tempat tujuan.

"Dia pemimpin kami. Dia berhati lembut dan tidak pernah marah kepada bawahan nya. Dia suka bekerja keras dan juga selalu menyayangi sesuatu yang dia miliki."

"Kami termasuk ke dalam salah satunya," ujar Rici dengan penjelasan yang murni.

"Kemudian di sana terdapat dua kurcaci. Mereka manusia satu darah yang berselisih tiga tahun. Tinggi mereka memang selaras. Namun tidak dengan sifat mereka."

She's a Fangirl || Proses PenerbitanWhere stories live. Discover now