0.5

1.7K 239 4
                                    

Pagi pagi buta Rose udah grasak grusuk. Chris yang lagi tidur, mau ga mau jadi buka matanya.

"Jam berapa ini?"

"Setengah enam." Jawab Rose seraya menepuk nepuk pipinya. Lagi pake toner.

"Kamu ngapain?"

"Skincare."

"Ngapain sepagi ini? Biasanya juga masih ngorok."

PLAK!

Rose nampar Chris?

Oh tentu bukan.

Rose melempar kapas bekas micellar water. Ke tangan — niatnya— tapi, salah mendarat. Malah di pipi Chris.

"Aku ga ngorok." Rose bangkit kemudian membanting pintu kamar. Chris terpaku, tumben sekali bukannya meminta maaf, Rose malah langsung pergi.

Rose sudah melakukan riset yang dalam asal Yang Mulia tahu. Menurut info terpercaya, ibu ibu komplek ini bergosip di gerobak motor tukang sayur, mulai dari jam enam pagi sampai setengah tujuh.

Tentu Rose harus melakukan ini demi mencari tahu siapa yang meracuni Lori dan merusak tanaman Black Rosenya.

Rose melirik jam, sudah jam enam kurang lima belas menit. Dia terlalu sibuk gedebak gedebuk antara dapur dan ruangan bajunya. Iya, ruang.

Salah satu permintaan Rose pas pindah ke rumah Chris, dia minta ruangan khusus untuk menyimpan seluruh pakaian, tas, sepatu dan aksesorisnya. Yang hanya bisa di akses oleh Rose. Meskipun sebenarnya mudah bagi Chris untuk meretas keamanannya.

Rose memilih milih pakaian mana yang harus ia kenakan. Ga enak cyin ke ibu ibu sekitar kalau pakai baju yang terlalu mewah. Tapi ga asik juga kalo dipandang rendah karena pake baju biasa aja.

Akhirnya setelah lama milih milih, pilihan Rose jatuh setelan ini.

Akhirnya setelah lama milih milih, pilihan Rose jatuh setelan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah puas dengan penampilannya, Rose segera pergi. Keburu ketinggalan gossip, kan jadi sia sia dong dia udah bangun pagi pagi.

Tanpa Rose sadari sebenernya sedari tadi, Chris memerhatikannya dari tangga. Sampe Rose tadi sempet kejeduk pintu pun sebenernya Chris liat. Tapi diem diem aja.

Melihat Rose yang keluar rumah sepagi ini tentu bikin Chris ga tenang. Cepat cepat dia pake jaket buat nutupin kaos sleeveless alias lekbong a.k.a kelek katembong. Terus langsung cawbret ngikutin Rose diem diem.

Rose berjalan ke ujung jalan, dimana biasanya ia melihat ibu ibu kumpul. Udah banyak yang kumpul di sekitar tukang sayur.

"Maaf, ini teh Rose istrinya Pak Chris ya?" Sapa Bu Nam, tetangga di ujung jalan.

"Eh iya bu, maaf baru bisa ikut ngumpul, masih adaptasi... Hehe." Ujar Rose.

"Oh iya, gapapa neng. Hayu atuh itu si Mang Sayurnya keburu rame..."

Rose mengikuti Bu Nam.

Chris?

Udah ngeri sendiri liat istrinya dempet dempetan milih sayur sayuran.

"Eh bu, kenapa ya dari kemarin teh banyak tikus mati... Di depan rumah saya ada dua." Ujar ibu ibu berpiyama pink.

"Bagus atuh jadi ga ada hama." Saut yang lain.

"Tapi aneh dadakan gini bu,"

"Ada yang ngasih racun tikus kali?"

Rose terdiam. Ingat beberapa hari lalu memang ia sempat mengeluh tentang tikus tikus yang merusak Tupperware nya.

Rose buru buru menyudahi belanjanya. Chris yang melihat Rose sudah kembali jadi bingung.

"Kok udahan rumpi nya?"

"Aku mau ngomong sama kamu." Jawab Rose.

Chris menatap Rose horror.

"Aku salah apa?"

Rose diam. Bergegas menuju rumah mereka.

"Minta dompet," Rose menadahkan tangan.

"Buat?" Chris melindungi dompetnya.

"Siniin." Rose mencoba merebut.

"Buat apa dulu?"

"Liat history eh apasih ya pokonya liat kamu beli apa aja seminggu kemarin."

"Oh... Nih."

Rose segera mengobrak abrik isi dompet Chris. Mengeluarkan berpuluh puluh kertas nota yang memang gasuka Chris buang.

"KAMU BELI RACUN TIKUS GA BILANG BILANG YAH?!?!" Rose menunjukkan salah satu nota dari Toserba.

"Kan waktu itu kamu ngeluh ada tikus, ya aku usir lah pake itu."

"YA TAPI DIMAKAN LORI JUGA YANG MULIAAA."

"Oh?"
"Oh iya ya..." Chris menggumam.


Rose menghela nafas.

"Yang Mulia, tau kan, meskipun aku ngeluh tuh ga harus semua diturutin saat itu juga, bisa juga diomongin dulu sama aku baiknya gimana, jangan langsung ambil keputusan sendiri. You dont have to be perfect husband, No, I mean you're already perfect,"

"Udah ah, intinya besok besok ngobrol dulu kalo ada apa apa. Yah?"

Chris mengangguk.

"Tinggal satu nih, YANG RUSAKIN BLACKROSE AKU SIAPA HAH SIAPAAAA?!?!" Rose melemparkan kertas kertas nota milik Chris.

"Udah yang itu nanti lagi mikirinnya, sekarang mumpung aku males ke kantor, kamu siap siap, kita main."

"Lah apaan males ke kantor, KERJA!"

"Suka suka dong, kantornya juga punya aku."

Heem sih, ya gimana yah. Terserah Chris ajasi kalau gitu. Yang penting bagi Rose kan duit tetap lancar.

Rose beranjak untuk bersiap siap.

"Halo? Dengan FloraFlorist?"

"TELPON SIAPA KAMU?!?!"

"Orang buat benerin blackrose kamu."

Rose merebut Handphone Chris.

"Halo mbak maaf ya ga jadi, salah." Tutup Rose cepat.

"Gak usah, aku bisa sendiri ngurus black rose aku. Aku malah ga suka kalo black rose aku dipegang pegang orang lain."
"Sebagai gantinya, uang buat bayar orang yang mau benerin blackrose aku, buat aku aja." Rose tersenyum manis

Chris mana tahan sih,

"Oke," Chris menangkup pipi Rose, kemudian ia cubit.

"SAKIT ISH!"

Rose geplak lah pake dompet.

"Heh, aku cubit pelan ya!"

"Pelannya kamu sakit tau!" Rose segera pergi dari ruang itu.

"Jadi main gak?" Teriak Chris.

"JADI LAH, UDAH NGAJAK GIMANA SI."

"Ya sana siap siap."

"Idih padahal kamu belum mandi."

Chris bergerak mendekati Rose. Rose waspada.
Kalau udah gini biasanya Chris mau piting Rose biar ketularan bau.

Cepat cepat Rose kabur dan ngunci kamar.

"GA AKAN AKU BUKA SAMPE KAMU MANDI." Teriak Rose.

"LAH YANG BAJUNYA AJA DI DALEM KAMAR."

"TERSERAH POKONYA MANDI DULU BARU AKU BUKA."

•••

Ga ngefeel yah? Maap ueueue.

perfec+ian ft. rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang