02. Meet again

2.6K 245 38
                                    

Uzumaki Naruto. Pria yang telah beristri itu kini sedang duduk di dekat perbatasan desa Konoha. Dia menatap sekeliling, misi yang ia jalani hari ini mengharuskan dirinya untuk mengawasi gerak-gerik yang mencurigakan.

Hari ini dia hanya sendirian. Benar, sendirian. Dia diperintahkan oleh Kakashi sebagai pengawas perbatasan.

"Bagaimana pergerakan musuh?"

Suatu pertanyaan benar-benar membuatnya terkejut. Dia kenal betul dengan suara ini. Suara yang dulu pernah mengisi hidupnya.

"Kakashi sen- maksudku.. Kakashi-sama! Mengapa anda ada di tempat ini?" tanya Naruto tergagap.

Kakashi tersenyum di balik masker hitamnya, dia mengeluarkan sebotol air dari dalam kantong plastik yang ia bawa.

"Minumlah," ucap Kakashi. Naruto dengan sedikit canggung mengambil air itu, dan meminumnya.

"Bagaimana kabarmu?"

Lagi-lagi Naruto terkejut. Tapi hanya sebentar, dia kembali mengembalikan raut wajahnya menjadi raut wajah biasa dalam sepersekian detik.

"Aku baik-baik saja," dan hanya itu yang berhasil ia keluarkan dari bibirnya.

Kakashi mengangguk, dia mendudukkan dirinya di atas tembok perbatasan, tepat di sebelah Naruto. Mereka berdua duduk dalam suasana canggung, dan Naruto sadar, mengapa suasana jadi secanggung ini diantara mereka berdua.

Ini karena dia yang memutuskan sesuatu tanpa pikir panjang. Memutuskan hubungan mereka, bahkan tanpa berkata sepatah katapun pada Kakashi.

Hal ini yang membuat Naruto menelan rasa pahit. Dia yang memutuskan, tapi dia juga yang merasa sakit karena perpisahan.

Apa-apaan dengan jatuh cinta itu? Mereka bilang, jatuh cinta membuatmu bahagia, tapi mereka semua lupa mengatakan kalau jatuh cinta juga mengandung kata 'jatuh' yang akan membuatmu sakit.

"Aku tidak baik-baik saja," kata Kakashi di sela kecanggungan.

Naruto mengerti kemana arah pembicaraan ini akan berakhir. Dia memutuskan berdiri dan mengakhiri percakapan ini sebelum mereka mengungkit rasa pahit di masa lalu.

"Aku akan memeriksa sudut lainnya, anda duduk saja di sini," kata Naruto.

Ia bersiap untuk berlari, sebelum tangan besar itu kembali mencegatnya. Tangan itu menariknya mendekat.

"Temui aku di rumahku, Naruto. Ada sesuatu yang sangat ingin aku katakan padamu," ucapnya tepat di depan wajah Naruto. Tangan kanannya meraih pinggang Naruto, kemudian tangan kirinya meraih pipi pria berambut kuning itu.

Kakashi mengelus lembut pipi bergaris unik itu. "Aku tetap berharap kau datang, dan tidak meninggalkanku seperti yang terakhir kalinya."

Bagai ribuan mata pisau, kata-kata itu seakan menusuk jantung Naruto. Ia sadar kalau dirinya sangat keterlaluan di masa lalu.

Tak lama Kakashi melepaskan Naruto.
Pria itu kembali menampilkan senyumnya sebelum akhirnya melompati tembok dan berlalu pergi.

Sementara itu, Naruto yang sedang berlari merasa jantungnya terpacu, getaran aneh kembali datang setelah bertahun-tahun lamanya. Dalam keadaan ini, hanya satu yang ia bisa katakan.

Dirinya masih mencintai Kakashi.

Kediaman Uzumaki.

"Tadaima!"

Seorang wanita muda membuka apron di depan suaminya yang baru saja datang. Dia menyambut suaminya itu dengan senyum, meskipun yang dilakukan suaminya hanya diam dan menyahut ketika ditanya, dalam konteks dingin.

"Aku sudah menyiapkan makan malam, lalu, tadi Shikamaru datang, dia menitipkan obat mabuk dan sudah aku taruh di atas meja," ucapnya sembari menunggu suaminya melepas sandal.

Naruto mengangguk, dia bangkit dari teras, kemudian masuk ke dalam ruang makan. Mereka berdua makan dalam keheningan, sampai ketika Naruto berbicara, Hinata terlihat sangat gugup.

"Mengenai pernikahan ini, apa kau masih ingin melanjutkannya? Sudah hampir satu tahun kita menjalaninya, kau yakin baik-baik saja, Hinata?" tanya Naruto.

Hinata terdiam, gerakan sumpitnya membeku. Dia menatap Naruto, beberapa kali dalam hatinya, ia menjerit. Bahwa dia masih mencintai Naruto, namun ia juga sadar, Naruto mencintai orang lain.

"Aku baik-baik saja, apakah kau keberatan jika aku ingin bertahan dalam pernikahan ini lebih lama lagi, Naruto-kun?" tanya Hinata, Naruto menggeleng.

"Kau bisa bertahan selama yang kau mau, namun jika kita bersama hanya untuk saling menyakiti, lebih baik diakhiri saja. Kau mungkin tahu, bahwa aku masih mencintai orang lain," Naruto memberikan penjelasan.

Hinata terdiam menahan nyeri. Hatinya terasa tercubit oleh kenyataan yang nyatanya lebih pahit dari racun. Mengapa mencintai seseorang sesakit ini?

"Kalau begitu, bisakah aku meminta sesuatu darimu, Naruto-kun?"

Naruto mendengarkan. Ini kali pertama Hinata meminta padanya. Maka, kali ini, dia akan dengan sabar untuk memberikannya.

"Aku ingin memiliki anak darimu."

Bagaikan petir di siang bolong. Naruto tidak bisa berkata-kata, sumpit ditangannya terjatuh ke lantai.

"Me-mengapa? Apa maksud ini semua?!" Naruto berteriak frustasi, tidak pernah dia mendengar sesuatu yang tidak masuk akal kecuali hari ini.

Hinata tergugu di tempatnya.

"Aku mencintaimu sejak lama, maka dari itu aku menyetujui pernikahan ini. Namun aku sadar, kau tidak bisa mencintaiku. Maka dari itulah, berikan aku hadiah perpisahan, aku ingin anak darimu! Setelah anak itu lahir, kita akan berpisah, dan aku tidak akan menghubungimu lagi."

Naruto bangun dari kursi, dia memilih keluar dari rumah. Meninggalkan Hinata yang kini menangis tersedu di ruang makan.

Ia berjalan tak tentu arah, sama seperti suasana hatinya saat ini. Dia merasa bersalah. Pada dua orang di dunia ini. Kakashi dan Hinata. Kenapa mereka berdua harus tersakiti karena dirinya?

Apakah karena dirinya terlalu naif? Atau karena dirinya yang tidak berpendirian?

Ia tak sadar telah berjalan sejauh mana, namun yang ia tahu, jalanan ini adalah jalan yang paling ia rindukan ketika jauh dari desa. Jalan di pinggir desa, di dekat rumah Kakashi.

Tanpa sadar, Naruto jatuh bersimpuh di tanah, tetes demi tetes air matanya jatuh, bersamaan dengan tangisan langit yang membasahi bumi.

Sebuah payung memayunginya dari kepungan air hujan yang semakin lama semakin deras. Beserta sebuah pelukan hangat, Naruto menolehkan kepalanya.

Ia terkejut, namun setelahnya, dia malah mengeluarkan lebih banyak air mata.

"Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf," ucapnya di sela tangisan. Yang memeluk, hanya bisa mengeratkan pelukan.

Tidak berniat menjawab apapun yang dikatakan pria muda itu, dia berniat menggali lebih dalam lagi perihal masa lalu yang mungkin telah dilupakan banyak orang.

Kisah cintanya bersama dengan Naruto.

Tbc.

Huahaahhaha, aku dapat banyak inspirasi berkat lagu galau😂

Judulnya "Himawari no Yakusoku"
Yang nonton Doraemon Stand by Me pasti tau😏😏

Sekian.

Semoga suka..

Salam.
Miku😘

WEIRD SENSEI 2 √Where stories live. Discover now