Chapter 2 : Mansion Dionysus

17 4 1
                                    

Suara ribut-ribut sudah terdengar di kantor Mystic di pagi hari, hal yang jarang terjadi, seluruh anggota sedang mengecek seluruh peralatan pribadi yang akan dibawa, karena ini baru survey mereka tidak membawa pakaian maupun hal-hal yang rumit. Rencananya Mystic akan bertolak pukul 10 dan pulang sebelum petang, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi. 

"Jaehyun oppa juga membawa kamera?" tanya Yves, biasanya Jaehyun tidak akan membawa apapun ketika survey, hanya Seongwoo yang membawa.

"Instingku mengatakan untuk membawa kamera," jawab Jaehyun sambil tersenyum lebar yang dijawab dengusan oleh Yves.

Aku menatap yang lain dengan senyum tipis, perasaan tidak enak terus menyelimutiku sejak baru bangun tidur, padahal biasanya tidak pernah seperti ini bahkan ketika kami mulai berkendara menuju rumah klien kami.

Rumah mereka berada diatas bukit, sepanjang perjalanan hanya rimbun dedaunan hijau yang terlihat, sangat sejuk. Seongwoo menyetir sambil bernyanyi keras mengikuti alunan lagu dari radio, di sampingnya Jaehyun ikut bernyanyi tidak kalah keras, di kursi kedua ada Seulgi yang ikut bernyanyi bersama dengan Hwasa dan Wonwoo yang lebih memilih untuk tidur, di paling belakang ada aku dan Yves yang sama sama terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Pikiranku tidak bisa diam sedari tadi, perasaan tidak enak ini benar-benar mempengaruhiku, berbagai skenario buruk mendadak memenuhi otak.

"nnie- eonnie! Sejeong eonnie!" Aku terbangun dari lamunan karena teriakan Yves, ah ternyata hanya aku yang terhanyut dalam pikiran sendiri.

"Ada apa? tidak enak badan?" tanya Yves, matanya menatapku khawatir.

Aku menggeleng cepat, "Aku baik-baik saja," ucapku kemudian, aku tidak ingin pikiran negatif yang tidak mendasar ini menurunkan mood bagus yang dimiliki anggota lain, kami akhirnya memiliki pekerjaan setelah sekian lama.

Tapi aku merasa begitu takut.

2 jam berlalu, akhirnya kami sampai di tempat tujuan dan kata pertama yang kami katakan adalah,

"Wahhhh..."

Di hadapan kami bukanlah sebuah rumah seperti yang dipikirkan melainkan sebuah mansion yang sangat besar dan megah dengan arsitektur khas roma, patung batu granit malaikat bersayap ada di kanan kiri pintu masuk seakan menjaga bangunan itu dengan dedaunan yang dipangkas apik di sekitar bangunan, di depan pintu masuk tertulis dengan sangat elegan, Mansion Dionysus.

Mansion itu terasa seperti keluar dari film berlatar romawi yang sering aku lihat di bioskop, seakan nanti akan keluar raja maupun prajurit romawi dari sana.

"Wah, mereka dan kita benar benar beda kelas," ujar Hwasa terkagum-kagum.

Kami pun turun dari mobil, menatap pemandangan sekitar, jarak antar rumah di perumahan ini relatif jauh kurang lebih 500 meter dengan bentuk bangunan yang sama-sama besar namun Mansion Dionysus paling megah dan menonjol ditambah posisinya yang berada di paling ujung.

Sebelum memasuki perumahan, aku melihat gerbang masuk yang begitu tinggi dan besar, ada 5 satpam yang ada disana, kami melakukan pengecekan macam-macam sebelum masuk.

Di setiap sudut jalan ada CCTV dan di setiap rumah ada satpam yang menjaga, keamanan di sini sangat terjaga.

Mungkin karena orang yang tinggal disini bukan orang sembarangan.

Dengan keamanan seketat ini bahkan bisa terjadi pembunuhan.

Seulgi memencet bel intercom di dekat pintu masuk.

"Siapa ya?" tanya sebuah suara dari dalam intercom.

"Kami dari detektif supranatural, Mystic," jawab Seulgi sambil menatap kamera kecil yang ada di intercom.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mystic : DionysusWhere stories live. Discover now