Rooftop

4.2K 405 24
                                    

Haaaahhhh, Izuku mendesah. Angin berhembus pelan, dengan pemandangan sunset yang cahayanya terpotong oleh gedung dan pohon-pohon.

Dari atas sini, semuanya terlihat indah. Jalan raya, sunset yang indah, lalu angin berhembus pelan yang membuatnya merasa tenang. Lalu Izuku melihat kebawah. Dari sini terlihat buku nya, analisis quirk pahlawan no. 13, sedang menjadi makanan ikan koi di kolam sekolah.

Izuku terus memikirkannya. Kenapa? Kenapa harus aku?

Izuku menghadap ke awan. "Jika aku mati disini, kira-kira bagaimana ya, wajah Kacchan?" bisiknya pada diri sendiri.

Izuku terkekeh, menertawakan bagaimana nasibnya bisa begitu sial. Lahir tanpa quirk di dunia yang dipenuhi quirk, Izuku dengan cepat menjadi pusat perhatian. Yang sialnya tidak pernah positif.

Bully, dikucilkan, rasanya hal itu seperti makanannya tiap hari. Izuku benci nasibnya. Izuku benci ayah yang tidak pernah dilihatnya. Izuku benci melihat ibunya menangis setiap hari, menyalahkan dirinya karena nasib yang dialami Izuku. Izuku benci quirk. Tapi, sebenci-bencinya Izuku terhadap dunia, dia ingin menjadi hero.

Dia tau mimpi itu sama halnya seperti meminta All Might menjadi ayahnya, dengan kata lain, mustahil. Namun ia tetap ingin melakukannya. Bahkan ketika orang yang membuat impiannya ada—All Might, berkata padanya untuk menyerah saja, dia ingin menjadi hero.

Izuku sekarang berada di pinggir atap, hanya ada pembatas seukuran pinggang Izuku disana, sedang membertimbangkan saran Kacchan untuk terjun dari atap.

Izuku tidak menangis hari ini. Dia sudah terlalu banyak menangis, sampai-sampai ia capek.

Izuku melepas sepatunya, tasnya sudah ia tanggalkan duluan. Dia menyisipkan kertas selamat tinggal pada sepatunya.

Aku tidak salah 'kan??

Iya, 'kan?

5 menit berlalu begitu saja, namun Izuku masih disana.

"Aku hanya ingin jadi hero..." pikiran itu terucap seiring jatuhnya bulir bening dari matanya. Nyatanya, Izuku masih ingin hidup. Namun ia hanyalah quirkless, tidak ada yang akan merindukanku dan ibuku akan terbebas dari beban seumur hidupnya.

Pada saat Izuku akan memantapkan keputusannya, hapenya berdering. Tertera 'ibu' disana.

Izuku? Ibu hanya ingin bertanya kau dimana. Sudah cukup sore, apa ada masalah? Ibu hari ini masak katsudon kesukaanmu. Cepatlah pulang, ya.

Hanya dengan itu, Izuku langsung terisak. Mengulang-ulang kata 'ibu' dalam benaknya. Izuku memantapkan pikirannya. Dia akan terus hidup demi ibunya.

Baiklah. Sebaiknya aku pulang sekarang, lagipula katsudon tidak enak kalau sudah dingin. Dan ibu menungguku. Aku tidak boleh membuatnya menunggu lama.

Izuku melewati pagar pembatas, dan memakai sepatunya, ketika tiba-tiba kabut hitam muncul dibelakangnya. Diikuti seseorang berambut silver yang seluruh tubuhnya dipenuhi tangan. Sementara satunya lagi seorang manusia kabut dengan setelan bar nya.

Izuku merasakan ketakutan yang nyata. Berbeda dengan perasaan takut mati, kali ini murni ketakutan terhadap dua subjek didepannya. Izuku mematung.

Si rambut silver, menggaruk-garuk lehernya dengan dua jari, sampai ia bisa mendengar suara gesekan antara kulit dan jarinya.

Shigaraki tersenyum pada Izuku, yang dibalas Izuku dengan wajah penuh terror.

"Midoriya Izuku, aku memerlukanmu." katanya sambil tersenyum seram.

********

PENDEQ MAAP YA, SOALNYA INI BIKINNYA MENDADAQ.

Sekarang kelean tau ga kenapa saia kaga upload akhir-akhir ini?

Karena saia malas WKWKWKKKWWK

Canda. Bukan itu koq (boong lo).

Gegara fic ini dan beberapa yg blom publish, jadinya Undertale jadi prioritas rendah.

Well then, saia tidur dlu ya qq

Pavlov Dog (villainDeku!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang