Luka tak kasat mata

2.3K 456 78
                                    

Setelah terjadi baku hantam hanya gara-gara sebungkus coklat yang berujung serius, Jefrey dan Erlangga sudah mulai tenang kembali. Meskipun sedikit lebam tak luput menghiasi wajah tampan keduanya.

"Apa yang bikin lo bisa sesuka itu sama cewek berandalan itu hah! Lo tau? dia gak bisa menghargai pemberian orang lain. Dengan seenaknya cewek itu kasih coklat dari gue ke elo?! Dia emang cewek gak beradab" Jefrey kalut dipenuhi amarah. Tak dapat dipungkiri ia merasa iri dengan Erlangga karena merasa terkalahkan, ia pun juga terlampau kecewa oleh sikap Rara yang membuat harga dirinya terasa diinjak-injak, tak pernah ada satupun orang yang memberinya penolakan seperti ini! Tak ada satu pun wanita yang membuat Jefrey semarah ini!

Erlangga beranjak melangkahkan kakinya pada Jefrey tidak sabaran, dia hampir saja kembali melayangkan tinjuan sebelum tubuh besar Moreno menahannya.

"Jef, jangan sok tahu! Lo hanya kenal Kak Rara kemarin, dan itu pun bukan pertemuan yang baik karena lo udah nyakitin sahabatnya!" Teriak Erlangga yang biasanya tenang, kali ini terengah-engah ikut meledak dalam amarah.

Jeremi meneguk ludahnya takut. Ia tak menyangka pertengkaran mereka karena coklat akan berakhir rumit seperti ini.

"Gue kenal Kak Rara sejak masa ospek! Lo mau tau kenapa gue bisa suka sama dia?" Lanjut Erlangga menggebu-gebu.

"Karena cuman dia satu-satunya orang selain kalian bertiga yang gak mengucilkan gue saat semua orang dikampus tahu bahwa gua anak tersangka korupsi! Dia satu-satunya orang yang gak menjauhi gue saat keluarga gue hancur dan perusahaan nyokap bankrut! Dia, Kak Rara yang membela gua saat masa ospek gue dijadiin bulan-bulanan sama kating!" Mata Erlangga memerah dipenuhi amarah, dalam satu kedipan saja air mata dengan mudah bisa lolos dari sudut matanya. Tapi Erlangga berusaha keras menahannya.

Entah mengapa Erlangga merasa sangat emosianal saat menceritakannya. Mungkin, karena ini pertama kalinya dia menceritakan masalah ini pada sahabat-sahabatnya. Erlang selalu memendam semuanya sendirian.

Jeremi dan Moreno membulatkan matanya tak percaya. Mereka tak dapat berkata-kata, keadaan saat ini sedang kacau. Jefrey bahkan masih terdiam dengan sorot mata bagai ingin menerkam seseorang.

Mereka benar-benar tak tahu masalah ini. Jeremi berada dikampus berbeda, Jefrey adalah kakak tingkatnya, dan Moreno, meskipun mereka satu jurusan tapi dia tidak pernah tau karena mereka berada dikelas berbeda. Moreno juga terlalu sering bolos, bahkan dia tidak pernah mengikuti kegiatan ospek dan semacamnya.

Semuanya bungkam, atmosfir terasa mencekam saat Erlangga mengutarakan isi hatinya untuk pertama kali. Mereka pikir selama ini Erlangga baik-baik saja.

"Dan lo tau Jef? kenapa alasan dia ngasihin coklat ini ke gue?"

Jefrey lebih memilih diam tak sedikitpun mengeluarkan suara. Dia tak ingin hilang kendali dan malah menyakiti Erlangga lebih dalam lagi dengan ucapan atau pukulannya.

Sejujurnya, rasanya Jefrey tak ingin mendengarnya, dia tak mau lagi mendengar ocehan Erlangga. Jefrey hanya tak siap untuk merasakan perasaan bersalah maupun terluka.

"Kak Rara benci coklat karena dia alergi, meski dia gak bilang tapi gue tahu. Gue pernah liat dia dibawa temen-temennya ke rumah sakit gara-gara gak sengaja makan coklat. Dan lo tau Jef? dia bahkan mencari orang hanya buat ngasihin coklat ini, dia gak ngebuangnya meskipun itu dari lo orang yang sangat ia benci"

Jefrey mengepalkan erat tangannya saat mendengar semua penuturan Erlangga tentang Rara. Dia tak mengerti dengan perasaanya, Jefrey merasa aneh. Kenapa rasanya begitu sesak mendengarnya.

Apa sekarang dia benar-benar merasa bersalah?

Erlangga terduduk kembali di sofa, dia mengacak surai hitamnya frustasi
"Ini bukan hanya sekedar rasa suka pada Kak Rara. Gue sayang sama dia, jadi gua mohon sama kalian, hentikan pertaruhan ini. Gue gak mau Kak Rara nanti terluka. Meskipun gue sangat yakin dia gak akan nerima Jefrey, tapi tetap aja kita gatau apa yang terjadi kedepannya" Pintanya dengan suara bergetar amat lirih pada ketiga sahabatnya, terutama Jefrey.

Not Your Ideal TypesWhere stories live. Discover now