Nasab Fatma

599 67 0
                                    

"Eh, ehm, ini tadi kelilipan," jawab Fatma sambil mengusap air matanya.

"Sini, coba aku lihat!" Syam menarik istrinya, mendekat ke arah lampu yang lebih terang. "Buka matanya."

Fatma menurut saja saat lelaki itu memandang lekat ke arah matanya. Mata yang seteduh telaga itu seolah mengajak Fatma berenang di sana, menyelami hati seseorang yang kini telah halal untuknya.

Syam dengan cepat meniup mata Fatma beberapa kali, "Gimana? Udah mendingan?"

Fatma tertegun sebentar, lalu mengangguk pelan. Dengan jarak sedekat ini, bisa dirasakannya napas Syam yang beraroma mint, juga wangi sabun di tubuhnya, segar.

Tiba-tiba saja pipinya terasa panas, dia belum pernah sedekat ini dengan lelaki. Kini, lelaki itu malah hanya berjarak beberapa centi dari tubuhnya. Walau telah halal, tapi rasanya tetap ada yang aneh. Dadanya berdebar tak keruan menyadari hal itu.

"Saya permisi dulu, mau mandi."

Wanita itu segera pergi meninggalkan Syam yang tersenyum di tempatnya berdiri. Fatma Azzahra namanya, wanita berusia 23 tahun yang jarang keluar rumah. Selulus SMA, dia berada di pesantren, menuntut ilmu selama 5 tahun. Sampai akhirnya Syam datang, meminangnya pada Kyai di tempatnya mondok.

Hanya beberapa bulan saja mereka mengenal, bertemu hanya di pesantren, sampai akhirnya mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA. Apa mungkin dua lelaki berbeda? Namun, kenapa saat Pak Kyai dan Bu Nyai datang di pernikahan kemarin, seolah sudah lama mengenal Syam? Padahal itu bukan Syam yang Fatma kenal.

Syam membantu para sinoman dan tukang sound system untuk membersihkan halaman. Halaman rumah yang cukup besar dengan banyaknya tanaman rimbun di sana. Walau rumah Fatma sederhana, tapi tidak bisa dibilang dari kalangan bawah. Bu Dewi punya satu hektar sawah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan menghidupi keluarga mereka. Walau terkadang hanya sedikit panen karena hama, tapi masih bisa menyisihkan uang untuk biaya mondok Fatma.

Bukan tak tahu, Syam sangat tahu bagaimana keadaan Fatma, bahkan sampai pada keluarganya. Itu pun informasi dari Kyai tempat wanita itu mondok. Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk menuntut ilmu, itulah salah satu alasan Syam meminangnya.

"Mas Syam beruntung banget nikah sama Mbak Fatma. Orangnya kalem dan baik hati, bunga desanya di sini."

Syam tersenyum, "Alhamdulillah."

"Kenal di mana sama Mbak Fatma? Pasti di pondok, ya? Bu Dewi memang berniat memondokkan Fatma, eh baru bisa keturutan setelah lulus SMA."

Syam tersenyum lagi, rupanya tetangga di sana juga tahu kehidupan keluarga ini. Tetangga-tetangga di sana memang baik, mereka membantu hajatan sampai selesai tanpa meminta bayaran sepeser pun. Berada di kampung yang memiliki adab tinggi memang berbeda. Seolah sudah mengamalkan ayat Al-Quran tentang berbuat baik pada sesama.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا عْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـئًـا ۗ وَّبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَ الْمَسٰكِيْنِ وَا لْجَـارِ ذِى الْقُرْبٰى وَا لْجَـارِ الْجُـنُبِ وَا لصَّا حِبِ بِا لْجَـنْبِۢ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۙ وَمَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَا نَ مُخْتَا لًا فَخُوْرَا ۙ 

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,"
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 36)

"Ayahnya Fatma ke mana?" tanya yang lain.

"Entahlah. Ayah kandung apa ayah sambung?" tanya orang yang lebih tua.

Syam mengernyitkan dahi, menyimak dengan saksama informasi yang baru akan didengarnya itu.

"Lho? Memang Mbak Fatma punya ayah sambung?" timpal yang lain.

"Bu Dewi itu janda saat menikah dengan Almarhum Pak Gun. Pernikahannya dengan Almarhum Pak Gun kan tidak punya anak. Fatma itu anak dari pernikahan pertama," terang orang yang lebih tua dan terlihat disegani di sana.

Semua yang berada di sana mengangguk, pertanda mengerti. Mungkin bisa yang menjadi wali adalah keluarga dari Almarhum Pak Gun, tapi nyatanya tetap menggunakan wali hakim. Tak menyangka jika Fatma adalah anak bawaan dari pernikahan sebelumnya.

"Mas Syam pasti sudah tahu soal ini, kan?"

Syam tersenyum, "Nggih. Kulo mpun semerap."

Jawaban apa itu? Bahkan Syam baru mengetahui saat itu. Banyak teka-teki tentang Fatma. Pun, banyak rahasia tentang dirinya yang belum diketahui oleh sang istri. Apa mungkin pernikahan ini terlalu tergesa?

Syam menggelengkan kepalanya pelan. Tidak ada yang tergesa menurutnya, semua sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Allah untuk mereka. Bukankah jodoh juga salah satu rahasia yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Lelaki itu mengusap wajahnya pelan, menikah dengan Fatma bukan tanpa alasan. Harapannya sangat besar pada pernikahan yang masih berumur satu hari itu.

"Monggo didahar kaliyan diunjuk rumiyin." Fatma datang membawa nampan berisi beberapa gorengan dibatas piring besar, serta beberapa gelas kopi di atas nampan. Wajah wanita itu sudah tampak lebih segar, semakin cantik dengan kerudung berwarna kuning muda.

"Makasih, ya, Sayang," bisik Syam pelan yang sontak membuat wajah Fatma memerah.

====

Wah udah manggil sayang aja nih si Syam. Baper gak tuh? Kira-kira bakal jatuh cinta beneran gak sih Fatma?

Mysterious HusbandWhere stories live. Discover now