Datang

1.8K 286 87
                                    

.

.

.

.

.

Bright selalu tak habis pikir dengan tingkah polah Metawin, pemuda yang merangkap sebagai tetangga dan teman masa kecilnya itu memang kerap kali bertingkah aneh. Bahkan memang seperti itulah tabiatnya dari kecil. Namun, kali ini entah bagaimana Bright merasa begitu khawatir terhadapanya. Seolah ada satu hal yang luput dari pandangannya. Dia buta dan tak mampu bertanya kenapa. Sebab Metawin terlalu sukar untuk di tebak walaupan dia tampak seperti sebuah buku yang terbuka.

.

"Win, sejak kapan kau suka selai kacang?" dan hal yang terlampau aneh terjadi, kacang dan Metawin. Mereka bukanlah kombinasi yang wajar untuk penggila berbagai makanan semacam Metawin. Bright memicing, melihat bagaimana Metawin tampak kikuk dengan pisau dan sepotong roti berselimut selai kacang dihadapan. "Uh, aku hanya ingin mencobanya." Hening, tanpa bahasan aneh, tanpa cengiran aneh, tanpa perilaku aneh yang seharusnya wajar bagi Metawin.

.

Bright curiga, diam-diam dia merasa tak benar. "Kau tidak apa-apa bukan?" maka dia bertanya, mengesampingkan ego yang biasanya berbaris rapi di depan nalar. Bright memangkas habis ego itu untuk kekhawatiran tak berdasar.

.

Metawin tahu-tau menatap Bright dengan mata berbinar, tawa kotak itu bertengger begitu menawan lantas kemudian berujar. "Kalau Bright perhatian begitu pada Metawin jangan salahkan Metawin jika nanti makin suka pada Bright ya, Bright loh yang memulainya duluan." Metawin terkikik, menggigit roti berselai kacang dengan lahap lantas mencuri pandang pada ibu Bright yang diam-diam tertawa didapur karena ucapan frontal Metawin.

.

Bright?

.

Sudah jangan tanyakan lagi, dia mendengus malas lantas meneguk segelas susu disampingnya cepat. "Berisik, aku berangkat."

.

Metawin melotot melihat punggung Bright yang kini berbalik meninggalkannya, buru-buru Metawin mengunyah roti yang baru digigitnya beberapa dan beralih meneguk susu. "Hey, Bright tunggu!!"

.

.

.

.

.

Karena takdir tak pernah menunggu, dia akan datang tak terduga lalu memaksamu untuk ikut andil dalam permainannya dengan ataupun tanpa kehendak.

.

"Sudah sampai, mau sampai kapan kau memelukku. Metawin." Bright bersuara, menghentak ketertegunan Metawin yang sama sekali tak bersuara dan hal itu sungguh terlampau langka pasalnya pemuda bernama legkap Win Metawin dengan profesi stalker berbudi luhur yang suka menabung dan tidak sombong itu tak pernah berhenti berkicau setaip kali mereka berangkat sekolah. Tak pernah, kecuali jika tengah mengantuk berat maka dia hanya akan diam bersandar pada punggung Bright dengan menghibahkan sedikit air liurnya pada jacket kesayangan Bright. Namun, Metawin bahkan tidak tertidur. Dia hanya diam, menatap sekitar dengan mata kosong yang begitu tak dikenal Bright. Ada apa sebenarnya?

.

"Oh, cepat sekali?" Metawin baru tersadar saat Bright turun dan melepas helm Metawin, ada perasaan khawatir yang enggan Bright sampaikan, rasa asing yang membuatnya tak kacau dan gelisah. Lalu, sang penyebab semua huru-hara dalam hati serta pikirannya itu malah melenggang biasa menuju lorong sekolah.

STALKER [ BrightWin ]Where stories live. Discover now