15

108 14 0
                                    





Gue langsung nunduk begitu ada yang meluk gue.

"KEVIN!" Gue ngeliat siapa yang meluk gue.

Gue meluk Kevin dan ngerasa ada darah di punggungnya.

"Jangan bilang... hiks!" Badan Kevin jatuh di sebelah gue. Gue langsung ngesot ke Kevin terus nepuk-nepuk pipinya.

"Jangan! Plis jangan!" tangis gue.

"Aku sayang kamu Gia," ucap Kevin lemah.

Darah yang keluar dari perut juga punggungnya makin banyak. Begitupun darah di paha gue.

Gue ngegeleng kuat. "Kamu janji gak akan ninggalin aku."

"Gue menang lagi Gia!" Andrea tepuk tangan buat dirinya sendiri.

"Good job, twins," tambah Andre sambil menghampiri kembarannya itu.

Gue natap marah mereka berdua. Gue mau berdiri tapi di tahan Kevin.

Kevin ngegeleng dan gue gak jadi ngasih pelajaran ke mereka berdua.

"Tombol," lirih Kevin.

Gue langsung ngeraba jaket yang Kevin pakai dan nemuin satu tombol merah. Gue langsung teken tombol itu.

"Tetep sadar Kevin!" Gue nahan tangis gue biar gak keluar lagi supaya energi gue gak ke kuras padahal mata gue juga udah berbayang.

Dua orang yang jadi penyebab semua ini tertawa kejam. Dan gue berusaha ngabain mereka.

Tiba-tiba pintu didobrak, dan temen-temen gue juga Kevin masuk.

Sebagian langsung ke Andre juga Andrea dan nahan mereka. Pistol yang dibawa Andrea mereka tendang.

Sebagian lagi ke gue juga Kevin yang syukurnya masih sadar.

"Kevin, lo harus tetep sadar oke?" Changmin nepuk-nepuk pipi Kevin. Kevin ngangguk lemes.

"Kevin, Chan! Kevin!" racau gue pas Chanhee meluk gue.

"Ambulan udah dijalan Gi," Chanhee ngelus punggung gue.

Gue mau tetep sadar, tapi sayangnya kesadaran gue udah menipis.

Chanhee yang meluk gue jadi panik terus ngeliat paha gue yang ngeluarin darah. Chanhee berusaha ngentiin darah yang keluar dari paha gue.

"Tolong pastiin Kevin selamat."

Kesadaran gue langsung ilang setelah Chanhee neriakin nama gue.







































"Ini dimana?" Gue ngeliat sekitar kemudian meringis sakit karena sakit di paha gue.

Gue langsung nyadar apa yang terjadi sebelumnya setelah melihat paha kiri gue yang di perban.

Gue mencoba bangun untuk mencari Kevin.

"Gia, jangan!" ucap Changmin yang tiba-tiba masuk ruang rawat gue. Dia langsung lari ke gue dan nyuruh gue tiduran lagi.

"Kevin mana?" tanya gue pelan.

Wajah Changmin memucat dan natap gue sendu.

"Kevin mana, Changmin?!" Gue naikkin nada bicara gue.

"Masih dioperasi. Kita gak telat buat bawa Kevin ke rumah sakit, Gia." Changmin sambil mengelus kepala gue.

Gue menghela napas sedikit lega.

"Oh ya, ortu Kevin sama ortu lo lagi perjalanan ke sini," ujar Changmin. Gue ngangguk.

"Lo tidur lagi aja."

"Gimana gue bisa?" Gue mendelik kesal.

"Gue janji pas lo bangun, gue langsung anterin lo ke Kevin." Changmin ngeyakinin gue.

"Janji?" Dan Changmin ngangguk.






Gue pun mejamin mata gue sambil berdoa semoga operasi Kevin lancar dan Kevin bisa kembali di sisi gue.

Promise | Moon Kevin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang