One Step Closer

658 55 14
                                    

Pintu kamar In Jae terbuka tiba-tiba saat pemiliknya sedang berganti pakaian.

"YA! Kalau mau masuk, ketuk pintu dulu!" bentaknya seraya mengetatkan blousenya yang belum terkancing sempurna.

"Salahmu sendiri tidak mengunci pintu. Nih, kukembalikan blazermu," Dal Mi menyodorkan blazer krem menggunakan tangan kirinya yang mengenakan cincin berlian, sengaja menunjukkannya kepada In Jae, namun kakaknya itu tak terlalu memperhatikannya.

"Taruh saja di lemari."

Dal Mi menggantungkannya di lemari, kemudian tangan itu menelusuri blazer yang lain, "hm... hari ini aku pakai yang mana, ya?"

"Pakailah bajumu sendiri."

"Tapi milikmu lebih elegan, juga mewah."

"Nanti akan kubelikan selusin saat hari ulang tahunmu."

"Masih lama. Aku butuh sekarang untuk sebuah acara yang sangat spesial."

In Jae mengambil salah satu blazer secara acak, "nih."

"Terima kasih, Eonni," Dal Mi menerimanya dengan sengaja melentikkan jemarinya agar In Jae melihat cincinnya. Ia melihat, namun tak memedulikannya.

"Aduh... kenapa hari ini begitu panas?" Dal Mi pura-pura menyeka keningnya yang tak berkeringat sama sekali.

In Jae kini mengerti perilaku aneh adiknya hari ini, "apa kau segitu inginnya memamerkan cincin barumu? Kalau kau bisa beli cincin, kenapa tidak beli blazer saja?"

"Bukan aku yang beli, kok."

In Jae terperangah, "jangan bilang kalau--"

"Iya, tepat seperti dugaanmu."

"Aish, sial, aku keduluan!"

"Makanya, jangan bekerja terlalu keras, sesekali berpacaranlah."

Dal Mi meletakkan kembali blazer itu ke dalam lemari. Ia tak benar-benar ingin meminjamnya.

"Nanti malam sediakan waktu. Pacarku akan datang."

"Kenapa harus aku yang menyiapkan waktu?"

"Dia mau melamarku secara resmi, Eonni," kata Dal Mi seraya keluar dari kamar itu dengan senyum bahagia yang tak lepas dari wajahnya.

In Jae melirik kalender meja, di mana ada tanda hati merah yang tergambar di hari sabtu, dua hari lagi.

"Aish, kenapa harus akhir pekan? Kelamaan!" Geram In Jae kesal.

~~~

Meja makan telah penuh oleh berbagai sajian masakan rumahan. Ibu sebenarnya ingin membeli makanan dari restoran saja, tapi Nenek bersikeras ingin memasak untuk kedua calon cucu menantunya.

Ya, dua.

In Jae yang tak pernah ingin dikalahkan, segera menghubungi Steve, berkata jika pria itu benar-benar serius, ia harus langsung datang ke rumahnya malam ini juga.

"Uh, wow, you're unpredictable, Seo In Jae," kata Steve setelah ia sampai di rumah Nenek. "Bagaimana nasib restoran yang sudah kureservasi untuk malam minggu nanti?"

"That's for our first date."

Ujung bibir Steve terangkat, "so, it's a green light, isn't it?"

In Jae memalingkan wajah yang sudah mulai kemerahan, "ngomong-ngomong bagaimana kau tahu aku sudah berganti marga? Banyak orang yang masih memanggilku Won In Jae."

"I know all about you," jawabnya dengan senyum misterius.

Pipi In Jae semakin memanas, "Masuklah."

(FF-StartUp)Under The Cherry Blossom✔Where stories live. Discover now