Setulus Kasih Mama.

10 0 0
                                    

Butiran bening mengalir dari pelupuk mata mama, satu per satu tumpah, perlahan mengalir, hingga membasahi seluruh permukaan wajah mama. Mama menangis lagi! Ya, mama kembali menangis, buatku, melihat mama menangis bukan sebuah hal baru, sebab, hampir setiap malam, ketika aku terjaga, diam-diam aku selalu melihat mama menangis diatas sajadahnya. Namun, tak sekalipun aku memperlihatkan pada mama, bahwa aku tahu -jika- mama menangis. Ah, duka apa yang sebenarnya engkau rasakan ma?

Pagi ini, seperti biasa, mama kembali memperlihatkan senyum manisnya pada aku, mas Dion, dan dik Ratri. Tidak terlihat lagi bekas airmata yang semalam mengalir deras di pipi mama. Pagi ini, wajah mama terlihat begitu cerah dan bahagia, seolah tidak ada beban dalam benaknya.

"Dion, mama minta tolong, nanti kamu antarkan pesanan bu Yulia, rumahnya searah dengan sekolahmu kan?" Mama menata nasi bungkus pesanan bu Yulia ke dalam sebuah tas plastic berukuran besar, mas Dion yang diminta tolong mama, hanya melirik sekilas, tanpa mengucap sepatah katapun, sambil tetap melanjutkan sarapan paginya.

"Biar Dina Ma yang antar!" Tanpa diminta aku menawarkan diriku untuk mengantar pesanan nasi bungkus bu Yulia.

"Tapi, rumahnya ndak searah dengan sekolahmu nak, nanti kamu terlambat," Mama menolakku secara halus, memang sekolahku dan arah rumah bu Yulia, tidak searah, dan, jika aku mengantar pesanan itu, maka, bisa dipastikan aku akan terlambat sampai sekolah. Tapi, aku kasihan pada mama, sebab melihat mas Dion, rasanya dia sudah pasti tidak berkenan untuk mengantar nasi bungkus pesanan bu Yulia.

"Dina berangkat sekarang ma, sarapannya Dina bungkus saja, jadi biar tidak terlambat," Dengan cekatan aku membereskan piring makanku, aku memutuskan tidak jadi sarapan pagi. Melihat kegigihanku, mama dengan segera mengambilkan nasi dan kemudian membungkusnya beserta dengan lauk pauknya, hanya, dalam waktu singkat nasi bungkus untukku telah siap, mama segera memberikan padaku, dan tentunya disertai uang lima belas ribu rupiah sebagai tambahan uang jajanku.

"Terimakasih nak, jangan ngebut ya," Aku mencium punggung tangan mamaku, wajahnya sumringah, karena tahu aku dengan sukarela membantunya. Aku hanya menganguk pelan. Dan, kemudian menyalakan motor maticku untuk segera berangkat mengantar pesanan nasi bungkus bu Yulia dan langsung berangkat sekolah.

Kulirik jam tanganku, masih pukul 05.45, aku masih punya cukup waktu untuk menyelasaikan tugasku dan kemudian ke sekolah. Karena itu, aku mengendarai motor maticku dengan perlahan. Sepanjang jalan, pikiranku melayang ke masa 5 tahun yang lalu, saat itu papa masih ada, semua terasa begitu indah, mama tidak perlu membanting tulang bekerja keras membuka catering, dan warung seperti sekarang. Saat itu, Mama, ibarat seorang ratu, semuanya terpenuhi. Meski begitu, untuk urusan sekolah kami, mama yang selalu menjadi pionir bagi kami, sementara papa, bertugas memenuhi semua kebutuhan kami sekeluarga.

Kerja sama papa dan mama terjalin dengan baik, keduanya kompak dalam menjalankan perannya. Kami bertiga, saat itu hidup dalam kebahagiaan yang penuh. Tidak ada sedikitpun yang kurang dari kami. Kasih sayang, dan kebutuhan kami secara fisiologis semua terpenuhi. Hingga, tragedi itu terjadi! papa meninggal mendadak, mungkin kelelahan, akibat terlalu keras bekerja. Dan, sejak papa tiada, semua beban tanggung jawab untuk kami bertiga, berada di pundak mama. Tidak ada yang tahu, kecuali aku, jika setiap malam sejak papa tiada, mama diam-diam selalu menangis. Dan, akupun tidak tahu apa yang membuat mama selalu menangis.

Ciit...Brak! Tubuhku terpental, semua barang yang aku bawa jatuh berserakan di jalan, termasuk pesanan nasi bungkus bu Yulia, Dengan sekuat tenaga aku berusaha bangkit dan mengambil nasi bungkus bu Yulia, tapi, tubuhku tak mampu untuk berdiri, kulihat sekeliling, rupanya, semua orang sudah mengerumuniku, tak lama kemudian, semua menjadi gelap gulita, aku tak bisa lagi melihat dan tak bisa lagi mendengar apapun, semuanya menjadi sunyi.

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang