Ketika senyuman mengutarakan perasaan. Gadis itu lebih memilih untuk menutupi kesedihan. "Aku gapapa", seperti biasa, senyuman begitu mendominasi. Walau perih tak tertahankan. "Kenapa selalu bilang begitu? Aku yang mendengarnya aja bosan", pemuda itu menatap iba padanya. "Ini sudah biasa, malah sudah menjadi kebiasaan. Tidak usah terlalu mencampuri urusanku, kita hanya teman tidak lebih dari itu", pemuda itu mengeraskan rahangnya, giginya menggeletuk menahan amarah. "Aku sadar diri, kamu sudah dengan yang lain dan selama ini aku hanya sebagai teman yang entah kamu anggap ada atau pura pura ada. Dan sekarang kamu datang bicara seakan kamu peduli. Dimana perasaanmu?", cukup. Abhi sudah habis kesabaran. Dengan tega Abhi pergi meninggalkan gadis itu. Aya menatap nanar dirinya. Meratapi kebodohonnya, Aya sangat menyesal. Jika bunuh diri halal, sudah sejak lama ia memutuskan nadinya. Entah lah, ia seperti tidak mempunyai semangat hidup. Hanya satu makhluk ciptaan Tuhan yang ia rasa masih bisa menjadi pundaknya, Adhyastha. Semoga ia masih menerima dirinya kala keluarga dan sahabat sahabatnya begitu membencinya. Bagaimanakah kelanjutan cerita Aya yang menurutnya hanya dianggap sebagai teman oleh Abhi? Yuu baca kelanjutan cerita akuuu:) Selamat membacaa!!!😉