"Kak Pangeran, Kok muka kakak pucet sih?" Tanya Cinta dengan wajah serius Pangeran hanya mengernyit. Apa iya? Fikirnya. Perasaannya dirinya baik-baik saja. Dan lagi dia sehat secara fisik tapi entahlah dengan batin. "Ouh," Ucap Cinta tiba-tiba sembari meminum minuman yang ada di tangannya "Apa?" Tanya Pangeran dengan kernyitan di dahinya "Tadi aku baru di bisikin sama relung hati dikau wahai kak Pangeran. Bahwasannya muka kakak pucet itu karna kakak terlalu over mikirin aku, sampai lupa makan dan minum. Katanya lagi kalau aku bisikin. Ehem 'Ana Uhibbuka Fillah Wahai Akhy'," jelasnya semakin memelan "Kakak bisa langsung auto ngejreng mukanya. Cerah bak sinar mentari di pagi hari yang menyinari hati yang sunyi dan suram ini Kakak. Agakgakgak." Tambahnya di akhiri gelak tawa yang renyah. Perut Pangeran rasannya di klitiki oleh ribuan kupu-kupu, mati-matian menahan rasa geli untuk tidak membucahkan tawanya. Namun usahanya 50% gagal. Karna ia terkekeh serta sudut bibirnya tertarik walau hanya sedikit. "Eh, eh ketawa. Ya Allah, Nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan. Kaya ada manis-manisnya gitu." Ucap Cinta Riang "Dasar." Karna gemas Pangeran refleks mengacak Surai Cinta Deg deg deg "Nah loh suara hati sape tuh? Kenceng bener." Monolog Cinta yang masih mampu di dengar Pangeran Entahlah hanya Tuhan dan suara hati itu yang tahu