"Pulanglah dengan selamat. Aku menunggumu." Lambaian tangan menjadi penutup di senja itu. Dua kalimat yang menjadi pembungkus Ahya dalam perjalanan menghadapi perang. Mengabdi pada negara, merelakan keluarga dalam tahanan kekejaman pihak asing. Namun apa daya, 2 tahun tanpa kabar membuat wanitanya menyerah. Merelakan dirinya untuk bersama pria lain. Merelakan kebahagiaan, walaupun sebenarnya ia juga merasa tersiksa. "Semoga Tuhan memberkati pernikahan kalian." Adalah yang diucapkan Ahya pertama kali saat bertemu wanitanya. Penantian panjang memang terbayarkan. Setelahnya, ia akan menghilang. Entah menjalani kehidupan baru, ia juga tidak yakin. Asal wanitanya bahagia, ia juga ikut bahagia. Sesederhana itu.