Ketika Ilusi sudah mencapai pada tingkat imajinasi yang tertinggi, namun hati harus merintih, karena semuanya masih berbentuk mimpi didalam dunia fantasi. 😐 Seorang pemuda remaja, yang mempunyai apresiasi tersendiri terhadap seni. Setelah sekian lama mencoret-coret sobekan kertas, berbagai lembaran buku tugas, beberapa kursi-meja, tembok-tembok sekolah-tetangga, dengan berbagai bentuk gambaran dan beberapa kalimat kata-kata yang indah. Akhirnya menemukan titik koordinat, memutuskan untuk memberanikan diri, mencoba berekspetasi, mengungkapkan semua rasa apresiasinya terhadap mimpi-mimpinya. 😶 Bagaimana bentuk rasa apresiasi dan ekspektasi diri itu? 🙃 Yuk baca ceritanya dan dapatkan rasa apresiasi tersendiri. ☺️