Sudah hampir satu tahun sejak kekalahannya sebagai Ketus OSIS, tetapi jalan pikiran Joy masih sama. Menganggap bahwa, Jovan-rivalnya saat pemilihan Ketua OSIS-adalah musuh terbesarnya. Apalagi saat melihat lelaki itu terlalu berkuasa hingga membuat nya muak. Disanjung, dibangga-banggakan karena posisinya sebagai Ketua OSIS yang seharusnya menjadi milik dirinya. Selintas pikiran terbesit dalam benaknya. Dia sudah muak dengan tingkah laku Jovan selama ini, bukan berarti sudah kalah sungguhan, bukan? Rencana demi rencana sudah tersusun rapih. Pembalasan yang akan dilakukan Joy pasti akan berhasil membuat Jovan menyerah. Tetapi yang nyatanya rencana memang hanya rencana. Banyak rahasia yang harus terbongkar hingga membuat Joy harus berpikir dua kali sebelum melanjutkan rencananya lebih jauh, terlebih saat mengatahui rahasia kelam Jovan yang selama ini di tutup-tutupi rapat-rapat.