Katanya kita adalah pemeran utama dalam kehidupan yang kita jalani. Namun bagi Purnama, di manapun ia hidup dan berjalan, ia akan selalu menjadi pemeran tambahan yang hanya memiliki adegan berjalan di tengah keramaian, berbaur dengan ramainya pemeran tambahan lainnya, tidak ada yang istimewa dan tidak akan terlihat. Jika semua manusia akan memiliki bakatnya masing-masing, maka Purnama terjebak di kubangan lumpur miliknya. Tidak ada yang istimewa darinya bahkan mungkin ia adalah manusia dengan sejuta kekurangan, tidak memiliki bakat, tidak cantik, tidak tinggi, tidak putih, dan ia selalu takut bertatap muka dengan oranglain, untuk manusia seperti ini kemanapun ia pergi, tidak akan ada yang menatap bukan? atau mereka akan merasa jijik? Tidak seperti Bulan Purnama di langit. Kehidupan dan diri seorang Damayanti Purnama Krita telah lama ditimbuni lumpur hitam, menenggelamkan dirinya perlahan-lahan menyeretnya menuju kegelapan. Namun tidak peduli seberapa rendah diri Purnama, dirinya yang selalu dinajiskanpun akan terjatuh pada hangatnya sinar matahari dan indahnya cahaya miliknya. Seperti pencuri, ia hanya mampu mencuri dengar tawa darinya pada orang lain, mencuri pandang miliknya pada orang lain, diam-diam, mejaga jarak karena takut suatu hari, matahari akan tahu bahwa ada noda kecil yang diam-diam menyukainya. ---- cover from pinterest