naotoganss

Kini kita adalah dua orang asing yang sedang memaksa untuk tetap bersama. 

naotoganss

Semesta
          
          Nafasku tersengal, bibirku terkelupas, pandangan ku kian mengabur ulah tetesan air mata yang tak hentinya keluar dari kedua manik ku. 
          
          "Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Berhentilah  menangis. " Suara lembut mengalun memasuki indra pendengaranku tanpa ku toleh aku tau dia teman perempuanku. 
          
          "Aku lelah melihatmu kacau seperti ini, kau tidak mencoba untuk mengakhirinya? " Ia berucap kemudian duduk disampingku yang tengah terbaring. 
          
          "Tidak! Kami sudah berjanji! " 
          
          "Lalu jika begitu, mengapa kalian tidak mencoba mengubah sifat buruk kalian masing-masing dan kembali berbaikan? " Aku menoleh dengan pandangan sendu kemudian menjawab, 
          
          "Ya, aku akan mengikuti saranmu yang itu, tapi saranmu yang menyuruhku mengakhiri sebuah hubungan aku tidak akan pernah melakukannya, maaf kawan tapi aku mencintainya. "
          
          Ia menghela nafas kemudian menjawab, "Jangan terlalu bergantung pada manusia. " 
          
          "Lantas mengapa kau masih ingin bersamanya? Kau sering bertengkar bukan, apa kau tidak lelah? "
          
          "Aku hanya lelah bertengkar dengannya bukan lelah karnanya, tapi jika tidak dengannya aku tidak akan pernah bisa sebahagia ini. "
          
          "Kauu tidak coba mengak--" Spontan aku bangun lalu memandang nya dengan tatapan tidak suka, alis ku mengkerut, emosi ku semakin memuncak. 
          
          "Berhenti mengatakannya, ini hubunganku semua keputusan ada ditanganku dan dia! "
          
          "Aku mencintainya, dia semestaku! " Ucapku melirih kemudian kembali menangis. 
          
          Aku hanya mencintainya, ia mencintai semesta ku, aku tidak pernah peduli dengan perkataan orang lain tentangnya, au hanya ingin bersamanya. 
          
          - selesai -

naotoganss

Netraku kini tak lagi takut memandangnya, tanpa sadar ia lebih dulu memandangku sembari tersenyum. Wajahku kian merona aku mengalihkan perhatian darinya sekilas mataku melihat dirinya yang juga melakukan hal yang sama sepertiku. 
          
          Rasa bahagia membuncah diantara kami berdua, kupu-kupu tak hentinya menggerayangi perutku, di detik kemudian kami tertawa bersama atas euforia ini. 
          
          Aku kembali menunduk dan tanpa sadar mengeluarkan buliran benih membasahi pipiku, reflek aku terkejut saat sebuah benturan kepala mengenai bahuku spontan aku menoleh pada seorang lelaki yang tepat berada di samping ku. 
          
          "Hmm, kenapa? " ia memandangku lembut sembari memegang pipiku yang mulai basah, dengan segera aku mengelap nya. Aku tersenyum kemudian mengelus puncak kepalanya tak lupa membubuhinya dengan kecupan. 
          
          Aku menggeleng kecil. "Gapapa, cuma keinget momen bahagia sama kamu. " Ia tersenyum malu sembari mengeratkan pelukannya pada lenganku. 
          
          Aku terkekeh kemudian kembali mengelus surainya lembut. Lucu sekali, aku baru sadar kejadian yang baru ku ingat tadi adalah kejadian 6 tahun yang lalu. 
          
          Dan lelaki tampan disampingku adalah orang yang sama dengan orang yang kuceritakan tadi dialah, kekasihku. 
          
          Aku tak menyangka hari itu adalah hari dimana awal muka kisah cinta ku dimulai. 
          
          Tuhan, aku begitu mencintai pria ini. 
          
          
          - Bumantara selesai -
          
          
          cerita diambil berdasarkan kisah nyata sang penulis.