Chapter 21. Sentimental Trip (2)

376 88 10
                                    

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

Mereka menyambangi rumah Bakugou untuk tujuan pertama. Todoroki dan Midoriya menunggu Bakugou di dalam mobil, mereka memperhatikan Bakugou yang pelan-pelan membuka jendela ruang tamu rumahnya. Bakugou perlahan masuk ke dalam sana, berjinjit menuju ruang kerja ayahnya. Ia menyimpan buket bunga dan kaus baseball itu di atas meja ayahnya.

Dari dalam ransel Bakugou mengeluarkan selembar kertas yang sudah ia tulisi beberapa patah kata, melipatnya menjadi setengah bagian dan menyimpannya bersama sebuah foto--yang berisikan potretnya dan Masaru sehabis menonton baseball setahun yang lalu. Bakugou berniat keluar dari sana tetapi ia kembali lagi, mengeluarkan sekaleng vanilla latte dan menyimpannya di dekat buket bunga.

Setelah ia kembali ke dalam mobil, Bakugou hanya mendapati Todoroki yang tengah bermain ponsel di belakang kemudi. Beberapa saat kemudian Midoriya masuk ke dalam mobil. Ia memberikan Bakugou jempol, pertanda hadiahnya untuk Inko sudah ia amankan. Mereka melaju ke jantung Musutafu, menuju kantor Enji Todoroki--sekaligus tempat tidur pribadi Enji berada.

❅❅❅

"Todoroki-kun belum balik?" Midoriya bergabung dengan Bakugou di balik semak-semak.

"Belum, belum keluar," Bakugou memicingkan mata, "oh, itu dia kelu--"

Todoroki berlari kencang, "Bakugou, Midoriya, lari ke mobil!" ia berkata dengan suara yang dikecilkan.

"Oh--" Bakugou sempat kebingungan saat ia dan Midoriya buru-buru mengejar Todoroki.

Mereka masuk ke dalam mobil yang diparkir pada area buta CCTV kantor Enji. Todoroki membuka sedikit kaca mobilnya setelah duduk, tertawa di balik engahannya. Bakugou dan Midoriya yang masuk ke bangku belakang menyandarkan tubuh, sama terengah-engah.

"K-kenapa harus lari? Lo bilang security-nya tidur." Midoriya meraih air mineral dari bagian belakang mobil.

Todoroki tidak menoleh, "Soalnya sebentar lagi mereka bakal bangun." ia menunjuk ke arah kantor itu, menghitung sampai lima hingga sebuah letusan beruntun terdengar jelas oleh mereka bertiga.

Lampu pos security di dekat gerbang masuk kantor itu menyala, seketika tiga orang security berhamburan keluar, panik. Salah satu lampu di lantai tiga kantor itu menyala, mereka bisa melihat Enji menyembulkan kepala dari jendelanya. Todoroki buru-buru menutup kaca jendela mobilnya, memperhatikan wajah terkejut ayahnya sambil tertawa. Di bangku belakang, Bakugou dan Midoriya sama-sama tidak bisa berhenti tertawa.

"Holy fuck!" Midoriya memekik, "Lo naro apaan di sana, anjir?!"

"Petasan," Todoroki menarik napas sejenak, "dalem panci."

Bakugou kembali tertawa, "Goblok!"

Todoroki menyalakan mesin mobil setelah berhenti tertawa. Mereka meninggalkan area itu menyusuri jalanan ke jantung kota Musutafu untuk menyambangi satu per satu apartemen kakak Todoroki, menitipkan bingkai-bingkai terbungkus kertas foil mengkilap pada security-nya.

Dari sana mereka mengemudi ke pemakaman Musutafu, berkunjung ke pusara ibu Todoroki dan ayah Midoriya. Mereka terbirit-birit lari setelah selesai menyimpan karangan bunga, paranoid saat beberapa ranting pohon jatuh tiba-tiba ke tanah. Bakugou menyimpan catatan dalam kepalanya, jangan pernah pergi ke komplek pemakaman di jam satu dini hari.

Mereka berbelok sebentar ke arah tempat pengisian bensin, sebelum melaju kembali ke arah Yuuei. Sekitar dua kilometer sebelum sampai di Yuuei, mobil Masaru kembali diparkirkan di pinggir jalan. Mereka mengeluarkan korek api dan tiga batang kembang api besar dari bagasi mobil, membelah semak belukar yang membatasi pinggiran jalan raya itu dengan sebuah puncak bukit.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: SuffocatedWhere stories live. Discover now