Chapter 6. Sunny Sunday

537 119 4
                                    

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

Tepat di depan kediaman Midoriya, Bakugou dan Midoriya tengah berdiri, sibuk memperhatikan layar ponsel masing-masing. Bakugou beberapa kali berbicara pada Midoriya, sesekali menunjukkan layar ponselnya. Wajah Shinsou terpampang di sana.

"Guys, sorry banget. Gue enggak bisa ikut, Papi Aizawa tersayang enggak ngizinin gue keluar, kita mau ada tamu katanya."

"It's okay," Bakugou mengarahkan layar ponselnya ke wajah Midoriya, "yang penting pacarnya ikut, jadi Uraraka enggak bakal kabur."

Midoriya protes, "Kacchan!"

Shinsou di balik layar tertawa kecil, "Yeah, yeah, gue harap lo dapet penjelasan tentang foto itu. Lo bawa fotonya?" Bakugou mengangguk.

"Bagus jangan sam--wait ada yang mencet bel rumah," Shinsou terlihat berjalan menuruni tangga mengintip dari balik jendela, "kayaknya tamu bokap gue udah dateng, kabarin gue secepatnya nta--Dad, tamunya sampe!--see ya guys!" layar ponsel Bakugou menghitam.

"Aizawa Sensei punya tamu?" Midoriya memasukkan ponselnya pada saku celana, "Hillarious." Bakugou tertawa, setuju dengan komentar Midoriya yang penuh satir.

Bakugou baru memasukkan ponselnya ke dalam saku sweater ketika sebuah Dodge Challenger hitam berhenti di depannya dan Midoriya. Midoriya mendekat pada Bakugou ia berbisik, "Driver-nya mau nanya alamat kali?" dan membuat Bakugou mengedikkan bahu. Saat kaca pada jendela menurun, Bakugou dan Midoriya langsung memekik bersamaan melihat Todoroki menurunkan kacamata hitamnya di balik kemudi.

"Whoa--Todoroki-kun, anjir apaan ini, ini--"

"Papi Enji bought this for ya? Whoa!"

Todoroki memutar bola matanya, "Enggak lah, yang ini second, DP sama seperempat cicilan dibayarin Natsuo, sisanya gue mesti cicil pake duit jajan." ia membukakan pintu, "Cabut, guys, lo berdua bawa topi sama kacamata?"

Midoriya dan Bakugou mengangguk sambil merangsek ke bangku belakang, "By the way, buat apaan, sih?" Midoriya merogoh tasnya, mengeluarkan kacamata dan topi yang Todoroki maksud.

"Eum," Todoroki menyalakan mesin, "pertama, gue khawatir ada yang buntutin Uraraka sampe sekarang, ya know, kedengerannya berlebihan, tapi gue paling enggak bisa mengabaikan perasaan jelek gue."

"Tch, ribet lo." Bakugou mendengkus sembari menggunakan kacamatanya.

Todoroki tersenyum miring di balik kemudi, "Bakugou, lo pura-pura tidur, dong."

Bakugou mengernyit, "Hah?"

"Buruan, sekarang." Todoroki mendadak berhenti di salah satu pertigaan jalan besar, perjalanan mereka baru beberapa menit. Jika Bakugou benar, perjalanan mereka bahkan belum sampai satu kilometer. Ia kemudian melihat seseorang di luar mobil mendekat. Tanpa pikir panjang, Bakugou segera menggunakan hoodie-nya, menyender pada Midoriya dan pura-pura tidur senatural mungkin. Bakugou bisa merasa Midoriya mendadak menegang sebelum akhirnya ikut pura-pura tertidur.

"Selamat siang," suara baritone yang tidak familiar merambat ke dalam mobil setelah Todoroki membuka jendela, "boleh saya lihat surat-suratnya?" pria itu berseragam polisi lalu lintas.

"Tentu, Sir." Todoroki tersenyum, menyodorkan apa yang polisi itu minta.

"Todoroki Shouto," polisi itu melihat foto pada SIM dan wajahnya bergantian, sangsi.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: SuffocatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang