.•♫•Tigapuluh lima•♫•.

2.5K 267 173
                                    

Flashback

Seokjin yang baru saja selesai membersihkan dirinya langsung terkejut melihat sang kakek yang kini tengah berdiri di depan jendela kamarnya yang terbuka.

"Seokjin-ah ternyata taman mansion ini sangat bagus ketika dilihat dari angel kamarmu. Lain kali bilang pada maid untuk memasang lampu yang sedikit terang agar bunga-bunga di taman itu tetap terlihat indah walaupun dimalam hari."

Seokjin mengambil sebotol cola dan sekotak susu dari kulkas.

"Aku sengaja menyuruh maid memasang lampu yang temaram, harabeoji. Karena eomma tidak mau mawar yang ia tanam susah payah menjadi incaran para pemetik bunga. Eomma bilang mawar miliknya mahal dan merawatnya juga penuh perjuangan." Seokjin terkekeh diakhir kalimatnya. Pemuda itu berjalan mendekati sang kakek dan berdiri disampingnya. Tangannya menyodorkan sekotak susu pada pria lansia tersebut.

"Harabeoji mau cola, Seokjin-ah" protes sang kakek.

"Harabeoji sudah tua, jangan minum cola. Susu lebih tepat untukmu karena itu minuman sehat"

"Aigo.."

Sang kakek mengacak gemas surai cucunya. Membuat Seokjin terkekeh, begitupun pria lansia tersebut.

Keduanya kini sama-sama diam. Menikmati minuman masing-masing dengan pandangan yang lurus menatap pada taman mansion.

"Harabeoji tadi mendengar obrolan mu dengan Jisung di taman belakang" kata pria lansia itu setelah lama terdiam.

Sontak Seokjin menatap sang kakek yang kini juga menatapnya.

"Jadi selama ini perasaan ku benar. Jika ada yang tidak beres dengan keluarga ini. Bisa kau ceritakan semuanya padaku nak? Aku yakin kau adalah pemuda yang jujur. Jadi aku tidak perlu meminta anak buah ku untuk mencari info tentang keluarga ini."

Seokjin menghela nafas. Pandangannya kembali dialihkan ke depan.
"Cerita panjang harabeoji. Masalah ini sebenarnya bermula dari masa lalu. Awal dimana setelah Hee-Sun eomma meninggal..."

Dan meluncurlah penjelasan Seokjin mengenai masalah keluarganya.

Bagaimana juga Seokjin tidak bisa menyembunyikan ini semua dari kakek dan neneknya. Mungkin dengan Seokjin yang bercerita, ia bisa mendapatkan solusi atau bahkan sedikit bantuan dari pria lansia tersebut.

"Mendengar penjelasanmu membuat ku ingin menghabisi ayahmu detik ini juga nak" kata pria itu setelah selesai mendengar semua penjelasan Seokjin.

Seokjin mendengus dan tersenyum simpul.
"Itu hanya akan mengotori tanganmu saja harabeoji."

Pria itu menghembuskan nafasnya kasar.
"Dari awal aku memang tidak setuju jika Yoona menikah dengan Jisung. Karena pada saat itu aku sangat berharap jika Daeyeon lah yang akan menjadi menantuku. Aku bahkan sampai memutuskan hubungan ku dengan anakku. Aku menutup mata dan telinga ku tentang apapun yang berhubungan dengan Yoona semenjak dia menikah dengan ayahmu. Aku pikir semuanya akan baik-baik saja setelah belasan tahun terlewatkan, karena aku sudah mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Yoona. Namun aku salah, ternyata nenekmu diam-diam begitu merindukan anaknya. Nenekmu tidak ingin memberitahu ku karena ia takut jika aku akan marah. Nenekmu sakit, jadi aku memutuskan untuk kembali membuka mata dan telingaku untuk mencari keberadaan kalian. Dan disinilah aku berada sekarang. Awalnya kalian tampak seperti keluarga bahagia dan aku senang karena ternyata aku salah dalam menilai Jisung. Tapi lama-kelamaan aku mulai melihat ada yang tidak beres dan sekarang terbukti jika itu semua bukan hanya perasaanku saja seperti apa yang diucapkan oleh nenekmu"

Blood Sweat And Tears Where stories live. Discover now