.•♫•Ketujuh•♫•.

5.1K 454 45
                                    

3 Desember

Angka yang tertera di kalender milik Taehyung saat ini. Dengan sedikit terburu-buru ia memasang dasi dan merapihkan kembali seragamnya.

"Besok Seokjin hyung ulang tahun" Gumam Taehyung seraya tersenyum lebar.  Kemudian namja itu membuka laci nakasnya,  mengambil seluruh uang tabungannya dari dalam sana. Uang yang ia dapatkan dari hasil bekerjanya kemarin malam.

Dengan semangat namja itu keluar dari kamarnya. Mungkin setelah pulang sekolah ia akan membeli sebuah kado dan memberikannya pada Seokjin setelah pulang bekerja. Ide yang bagus uri Taehyungie. Persetan dengan uang spp nya yang belum terbayar. Taehyung tidak peduli, sekalipun ia harus dikeluarkan dari sekolah. 

"Taehyung jangan berlarian di tangga" Taehyung tidak menghiraukan peringatan eomma nya itu, ia tetap berlari hingga sampai pada ujung tangga. Kemudian namja itu tersenyum tipis pada sang eomma.

"Yak!  Jika jatuh bagaimana? Kau membuat jantung eomma menjadi tidak beraturan"

"Aku baik-baik saja eomma"

"Apa kau hanya bisa membuat masalah setiap hari?!" Desis Yoongi tajam.

"Aku heran, mengapa dulu kalian membawa anak tak berguna ini masuk kedalam rumah ini" Desis namja berkulit pucat itu lagi saat ia melewati Taehyung. Nyonya Kim tidak mendengar itu semua karena suara Yoongi yang terdengar seperti bergumam kecil. Sementara Taehyung? Namja itu bahkan mendengar begitu jelas apa yang baru saja hyungnya itu katakan.

"Yoongi-yaa jangan berbicara seperti itu sayang"

"Wae? Aku benar bukan? Anak kesayangan eomma itu hanya bisa membuat masalah setiap harinya. Kembalikan saja dia ke Busa—"

"YOONGI!!"

Baik Taehyung,  Yoongi maupun nyonya Kim tersentak kaget mendengar suara bariton Tuan Kim yang membentak putra keduanya itu. 

"Jangan berbicara seperti itu lagi pada ibumu" Tuan Kim memberikan peringatan yang begitu tegas pada putranya. 

"Mianhae eomma"

"Gwenchana, tadi Yoonie ingin berbicara apa?"

Yoongi menatap ke arah tuan Kim sekilas kemudian menggeleng kan kepalanya pelan.

"Aniyo, lupakan saja eomma"

Nyonya Kim mengangguk paham
"Cah mari kita makan" Wanita paru baya itu kembali mencairkan suasana  yang sempat dingin beberapa menit yang lalu. Semua orang yang berada disana hanya patuh dan mengambil tempat masing-masing. Begitupun dengan Seokjin dan Hoseok yang baru saja datang.  Seokjin mendorong kursi roda milik Hoseok kemudian menempatkannya di samping tempat duduk Taehyung.  Sementara namja berbahu lebar itu duduk di samping Jungkook. 

"Pasti kau yang membuat keributan itu" Bisik Hoseok pelan, sengaja biar hanya Taehyung yang mendengarnya.

Taehyung mendengus sinis ke arah Hoseok.

"Aku heran, banyak orang yang asal berbicara tanpa tau tujuan atapun fakta di baliknya. Hyung cerdas bukan? Mengapa hyung hanya bisa menatap dari satu sudut pandang saja? Padahal masih banyak lagi sudut pandang yang bisa hyung lihat. Sepertinya aku lebih cerdas darimu hyung" Bisik Taehyung dengan kekehan di akhir kalimatnya.  Sementara Hoseok menggeram kesal saat kalimat itu meluncur begitu lancar dari mulut Taehyung. 

...........
...........
...........

"Heii bocah" Namja itu terkejut ketika sebuah tangan merangkul pundaknya secara tiba-tiba. Sang pelaku hanya tersenyum tanpa dosa ke arahnya.

"Yak Kook-ah kau mengagetkan ku bodoh!"

"Yak aww! Kenapa memukul ku? Galak sekali kau hari ini. Jangan galak Gyeom-ahh nanti manis nya luntur" Jungkook mencolek dagu Yugyeom seraya mengedipkan satu matanya.  Kemudian namja itu melarikan diri,  karena ia tau sebentar lagi ia akan terkena amukan dari Yugyeom. 

Blood Sweat And Tears Where stories live. Discover now