White

12 1 0
                                    


Kanada, negara yang bisa dibilang memiliki suhu yang kadang bersuhu ekstrem saat musim dingin. Tapi, karena hari ini sudah satu minggu salju turun, mungkin tubuh ini sudah terbiasa cuaca di luar sana.

Seperti saat ini, sore hari yang biasanya berwarna jingga akibat sang surya akan kerja di lain tempat, kini tertutup dengan awan kelabu dan salju putih yang terus turun

Ingin rasanya mengumpat, tapi terlalu lelah untuk sekedar membuka mulut. Ruangan tempat Jaemin berdiri pun, terlihat cukup sepi. Meski jika dilihat dari jendela di luar sana, ada banyak mobil dan manusia yang berlalu-lalang.

Jujur saja, Jaemin cukup lelah dengan banyak hal, natal kali ini tidak semenyenangkan dari biasanya.

Bayangkan saja, sejak dari minggu ke dua bulan November Jaemin membongkar gudang dan membeli beberapa barang yang bertema natal. Dan tentu saja  uang yang dihabiskan untuk satu ruangan ini saja tidak sedikit.

Ya, tapi mau bagaimana. Jaemin masih punya logika untuk menghabiskan uangnya pada natal ini dari pada digunakan untuk menyalurkan kemarahannya, akibat gagal untuk pergi bersama grup bar-barnya.

Renjun dan Haechan tidak tahu, kalau dia sudah menabung sejak bulan april hanya untuk pergi ke Australia bersama-sama. Lah, malah mereka dengan bangsatnya pergi berdua ke Florida. Kenapa Jaemin bisa-bisanya berteman dengan dua orang itu?

Juga si 'kesayangan' Jeno, si tampan yang sayangnya malah pergi katanya ada urusan keluarga. Padahal dia ingin minum kopi dan makan kue jahe bersama dengan Jeno, di sebuah café dekat sungai. Biar romantis seperti pasangan pada umumnya. Jelas saja, Jaemin semakin sedih.

Padahal, Jaemin dan Jeno saja belum ada kepastian tentang hubungan keduanya, ngarep sekali kau Jaemin.

Ingin rasanya Jaemin menangis, dan memukul duo bangsat itu, dan menyeret Jeno ke tokonya, hanya untuk minum teh. Tapi..... ah, sudahlah.

"Apa aku tutup saja toko ini, aku cukup mengantuk hanya untuk meletakkan satu tangkai bunga pada depan jendela." Gumam Jaemin sambil membersihkan duri dari setumpuk bunga mawar merah.

"Yak, Waktunya tutup!" Teriak Jaemin. Padahal belum waktunya, jam tutup toko ini tuh jam enam sore.

Dengan sigap Jaemin melempar daun dan duri bunga mawar ke tong sampah. Memasukkan bunga yang sudah rapi ke dalam vas berisi air, menyalakan lampu luar, dan mulai menutup gorden. Oh, jangan lupakan untuk menghitung uang, Jaemin harus menghitung penghasilan hari ini, jika dirasa cukup, maka Jaemin akan mengambil sekitar sepuluh dollar untuk membeli makan malamnya.

Jaemin pemilik toko bunga itu teman-teman, terserah mau dia ambil berapapun uangnya, asal tidak berlebihan saja.

Hingga, bunyi lonceng yang cukup dikatakan nyaring itu berbunyi, dan tentu saja ada seseorang yang masuk.

'Oh Tuhan, aku mau pulang.'

Menghela napas, dan tersenyum tipis.

Jaemin mulai mengobservasi pelanggan satu ini, mulai dari bawah ke atas. Secara perlahan tanpa diketahui.

Menatap sepatu berwarna cokelat kayu, yang mungkin sudah lama dipakai, jaket hitam yang tak bisa dikatakan tebal, topi baret yang digenggamnya saat memasuki ruangan penuh bunga ini, yang tanpa disadari memperlihatkan rambut yang masih cukup tebal, dan tangan serta wajah yang memiliki beberapa kerutan, sebagai bukti bahwa sudah bertahun-tahun dia bertahan hidup di dunia ini.

Ah, juga mata yang cukup tajam itu melihat ke arah Jaemin, dan tersenyum.

"Tuan-"

"Permisi tuan, apakah anda memiliki bunga mawar putih?" Sela pria itu.

'Astaga, aku mau pulang' jerit Jaemin dalam hati.

"Ah iya tuan, tentu saja ada." Senyum sang pemilik toko kini semakin tipis.

"Tolong buatkan aku satu buket bunga mawar putih."

"Satu buket mawar putih? Apakah untuk seseorang yang spesial tuan?" Tanya Jaemin sebagai bentuk basa-basi.

"Hanya hadiah sederhana yang dapat aku berikan pada istriku." Senyum yang begitu teduh muncul dari bibirnya, mungkin pria ini sangat mencintai istrinya.

'Ah, kapan aku dapat pasangan yang seromantis ini?' Batin Jaemin.

"Tuan ingin pita warna apa? Atau anda ingin yang direkomendasikan dari toko kami?" Tanya Jaemin dengan tangan yang menunjuk ke arah gulungan pita yang begtu apik dan rapi.

Kalian harus percaya kalau Jaeminlah yang menyusun seluruh pita itu, dan Jaemin cukup bangga dengan hasil kerja kerasnya.

"Saya ingin rekomendasi dari toko ini saja." Ucap sang pelanggan dengan tenang.

"Baiklah pak, di sini ada dua rekomendasi terbaik yang selalu di pilih oleh orang. Warna hijau dan merah, juga warna biru dan perak"

"Aku pilih yang kedua." Jawabnya singkat.

Tanpa banyak bicara Jaemin segera menyusun dan menyatukan bunga cantik pesanan pria tua sang pelanggannya.

"Pak tolong tulis nama anda, dan saya akan mengirimkan buket bunga anda ke rumah." Kata Jaemin, sambil memberikan sebuah kertas keterangan alamat dan lainnya, yang pasti kalian tahu.

"Baiklah tuan, saya akan kirim pada jam ena-"

"Tolong kirim pada jam lima sore, karena jam lima adalah waktu di mana dia lahir."

Demi apapun, Jaemin ingin marah karena omongannya dipotong lagi untuk kedua kalinya, apakah orang ini senang sekali memotong pembicaraan orang? Menyebalkan.

"Baiklah tuan, akan saya usahakan." Ucap Si pemilik toko.

"kalau begitu, saya permisi. Semoga harimu menyenangkan, manis." Ucap si pria, sebelum pergi keluar dan hilang dari balik pintu.

"ASTAGA! Aku harus secepat apa kalau hanya diberi waktu selama empat puluh menit." Kurir saja tidak ada saat ini. Ini bukan di Indonesia, di mana ada gojek ataupun grab yang bisa mengantarkan kiriman. Dan ini musim dingin, pasti macet dan tentu saja banyak yang menolak untuk mengirim buket bunga ini.

Jaemin, terus saja menggerutu hingga tidak menyadari bahwa dia belum melihat alamatnya, yang di mana hanya perlu berjalan kaki selama lima belas sampai dua puluh menit, untuk ke sebuah flat. Mungkin efek malas dan kesal.

"Bentar, surat keterangannya mana?" Jaemin yang sudah lelah mengeluarkan emosinya kini mulai membaca isi keterangan yang beberapa waktu lalu ditulis.

'Tulisannya cukup rapi,' kesannya dalam hati

'Dan namanya'

"Jung Jaehyun."



(to be continued)

Yuhu, Mel kambek dengan cerita yang cukup absurd, terinspirasi dari kumpulan cerita di hari natal, Chiken Soup of the Soul yang tema natal. 

Dan juga selamat hari natal, untuk teman yang merayakan!!!

merry Christmas and Happy New Year!!!


All I want for Christmas is you......

just kidding I want Money :)

My Home || nomin (BxB)Where stories live. Discover now