Meet

8 1 0
                                    

Banyak yang mengatakan, jika musim dingin itu menyenangkan. Ya, itu tak bisa dielak, karena memang benar. Tapi ada saat di mana musim bersalju ini benar-benar menyebalkan.

Seperti saat ini, Jaemin sudah jatuh terpeleset lebih dari tiga kali, akibat genangan air yang membeku. Jangan Tanya rasanya, sakitnya sih tidak seberapa, tapi malunya itu loh. Rasanya jaemin ingin mengungsi saja ke gurun pasir Sahara.

Setelah berjalan melewati rintangan yang membuat kakinya berdenyut sakit. Jaemin memutuskan untuk memesan kopi. Percayalah ada rasa nikmat ketika hangatnya kopi hitam yang mengalir ke perut. Jaemin ingin berucap terima kasih pada si kopi ini.

Ah, Jaemin hampir lupa, saat ini dia sedang dalam misi untuk membawa buket cantik ini kepada pelanggan yang mengganggu waktu dia untuk pulang cepat.

Segera mengambil barang bawaannya, dan memakai topinya, si pemilik toko ini menyebrang ke arah flat yang terlihat sederhana.

"Kenapa tempat ini semakin dingin?" keluhnya

Segera berlari ke arah lift dan mencari nomor sang pemilik.

"sembilan kosong dua, Sembilan kosong tiga, Sembilan kosong empat!" Jaemin cukup heboh saat berhasil menemukan tempat pelanggannya, memang yah, bahagia itu sederhana.

Menekan tombol bel dan menunggu untuk dua hingga tiga menit.

"Oh, kau sudah datang? Ini lebih cepat dari perkiraanku." Si pria tua ini membuka pintu dan berceloteh, tanpa tahu bahwa Jaemin ini kedinginnan di luar. Setidaknya biarkan Jaemin masuk dahulu, baru komat-kamit tak jelas.

"Hmm, permisi pak, pesanan anda." Nada lelah Jaemin kumandangkan, ayolah siapa yang tak malas mendengar celotehan tak penting.

"Oh, terima kasih. Masuklah dulu dan minumlah teh hangat. Em.."

"Panggil saja Jaemin, Tuan Jung." Melepas mantelnya dan menuju ruangan yang mungkin bisa dikatakan sebagai ruang tamu.

Belum sampai di ruang tengah, suara yang cukup mengagetkan Jaemin.

Pria paruh baya yang terlihat jelas bahwa kakinya sudah tak sanggup untuk menopang tubuhnya kini duduk dengan selimut kecil yang hanya menutupi bagian perut hingga pinggang.

Mata bulatnya begitu jernih, tapi penuh akan pengalaman. Entah berapa banyak kejadian yang sudah dia lewati.

"Oh siapa di sana?"

Jaemin masih tak berbicara, dia cukup terkejut karena hampir tidak merasakan ada makhluk hidup di sekitarnya. Kecuali tuan Jung itu.

"Oh Taeyong dia tamu yang datang." Jaehyun datang dengan membawa bunga di belakang punggungnya.

"Tamu? Oh, silahkan duduk si sini, kau sakit apa? Apa kau memiliki keluhan pada tubuhmu? Dan ap-"

Taeyong akan terus bicara jika saja Jaehyun tak memotong ucapannya.

"Sayang, pasien sudah pegi. Kita ada di Kanada, Kita sudah pulang dari pekerjaan kita, dan ini malam natal" Jaehyun mendekat pada Taeyong dan mengelus tangan si lelaki mungil.

"Nah, Jaemin, kau duduklah di sini aku akan membawakan minuman untukmu."

"Maaf merepotkan." Ucap si pemilik toko. Dan hanya dibalas dengan anggukan.

Jujur saja, Jaemin bingung apa yang harus diperbuatnya. Rasa ingin pulang dan tidur kini semakin besar.

"Ini silahkan diminum." Astaga, sudah berapa kali Jaemin kaget hari ini. Kenapa keluarga ini seperti tak ada aura kehidupan di dalamnya?

"Maaf jika ini lancang, tuan. Apakah nyonya sakit?"

"Sakit? Ya, dia sakit Alzaimer." Ucap Jaehyun datar, tapi terlihat sekali di wajahnya sebuah rasa sedih.

"Saya turut sedih." Jaemin sudah tidak dapat mengatakan apapun. Dia jauh memilih untuk meminum teh yang bahkan tak ada rasa manis dari minuman ini.

"Ini bunga kesukaanmu, selamat hari natal sayang." Ucap Jaehyun, dan memeluknya untuk beberapa detik.

Biasanya Jaemin akan kesal dengan adengan uwu disekitarnya, tapi kenapa saat dia melihat keromantisan pasangan yang sudah banyak melewati ujian hidup ini, Jaemin merasa terharu.

Tenggorokannya terasa nyeri akibat menahan air mata, dan bahagia karena merasa ada yang indah hidup di sana. Di tempat yang tak ada dirinya. Hanya mereka berdua, yang tak memiliki apapun kecuali satu sama lain dan sebuah buket bunga yang belum di bayar.

"Ah aku lupa, aku belum membayar buket bunga ini." Jaehyun segera mengambil mantel yang terlipat pada sofa yang diduduki. Mengeluarkan uang logam yang cukup banyak, yang entah kenapa Jaemin yakin jika itupun belum dapat melunasi biaya dari buket bunga buatannya. Dan segera memberikannya pada Jaemin.

Tapi Jaemin menolaknya, entahlah Jaemin juga bingung akan apa yang dia perbuat.

"Tidak perlu tuan Jung. Teh yang anda buat sudah saya anggap sebagai bayarannya. Untuk sisanya, anggap saja sebagai hadiah natal." Jaemin berkata dengan lancar tanpa berpikir, dan segera menghabiskan teh yang kini terasa manis. Mungkin ini efek dari bahagia.

Rangkulan kini diberikan dari tuan Jung Jaehyun pada istrinya Taeyong. Dengan tangan yang terlihat bergetar, Taeyong memberi setangkai bunga putih yang mekar dengan indah itu pada Jaemin.

Jaemin yang bingung kini menatap bunga putih itu, dan berpikir 'apaan dah? Aku salah bicara?'

Senyum yang begitu tulus kini terlihat dari pandangan Jaemin.

"Terimalah, sebagai rasa terima kasihku karena sudah membuat bunga yang sederhana ini menjadi sebuah kenangan manis pada masa tuaku."

Jaemin mengulurkan tangannya, dan membalas senyuman yang indah itu. Astaga dia jadi teringat ibunya saat Jaemin memberi hadiah ulang tahun bulan lalu.

Hening selama beberapa saat, dan Jaehyun dengan santainya berucap.

"Selamat natal."

Astaga, Jaemin ingin menangis saja, belum ada yang memberi hadiah ataupun berucap kata semanis itu di hadapannya di natal tahun ini. Tapi sayangnya Jaemin tidak mau membuat kedua orang ini ikut menangis di malam yang cukup indah ini.

Jaemin segera memeluk kedua pria paruh baya itu, dan membalas. "selamat hari natal juga."


🎄


Jaemin keluar dengan hati yang hangat, tidak melupakan bunga mawar putih yang diberikan sebagai hadiah natal pertamanya saat ini.

Salju mulai turun perlahan, dan mengenai sarung tangan akibat ditengadahkan ke langit malam. Rasanya dingin, tapi berbeda dengan hatinya, begitu hangat.

menoleh ke belakang flat, dan berbisik.

"Tuan Jung dan nyonya Jung, terima kasih untuk kisah natal kalian yang sederhana." 

Jaemin mulai menggerakkan tungkainya, melewati langit malam yang menaburkan butiran kapas yang dingin. Mungkin, saat sampai apartemennya nanti jaemin akan memesan pizza dan memberi bunga pada orang yang membawa makanan natalnya.

Besok dia akan pergi ke rumah Yangyang untuk bermain dan bergosip, tentu saja.


[to be continued]

Hai temen-temen, selamat tahun baru untuk semuanya....

Bandung-Indonesia

01/01/2021

HimmelVonOsten

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Jan 01, 2021 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

My Home || nomin (BxB)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora