─ ice prince

134 32 8
                                    

jika seisi sekolah mendengar nama kang minhee, mungkin yang pertama kali muncul di pikiran mereka adalah betapa dinginnya lelaki itu pada orang di sekitarnya. mengecualikan orang-orang yang dirasa lelaki itu adalah teman atau kerabatnya, juga orang-orang yang dianggapnya perlu ia sopani. selain hal itu, jangan harap kalian bisa mendengar kata sapaan keluar dari mulutnya untuk kalian.

irit bicara, ia hanya berbicara seperlunya. karena jika memang sudah sangat perlu, tak jarang kalimat pedas keluar dari belah bibirnya.

julukan ice prince tercipta karena dingin dan tampannya minhee menurut seisi sekolah. penggemar lelaki itu sama banyak dengan orang-orang yang membenci mulutnya. tapi, minhee tidak pernah peduli.

kecuali pada lelaki manis yang sering kali kedapatan memicing padanya.

minhee selalu mendapati lelaki itu menatapnya sinis. sesekali membisikkan sesuatu pada teman di seberangnya setelah menatap dirinya. minhee tidak pernah mau peduli tentang apa kata orang padanya. tapi lelaki itu selalu menyita perhatiannya.

sejak pertama kali minhee menyadari eksistensinya, tepat dua minggu yang lalu. di mana kelasnya dan kelas lelaki yang tidak ia ketahui namanya itu berada di lapangan yang sama untuk berolahraga.

ia banyak menghindari minhee. faktanya, minhee mengetahui bahwa lelaki itu meminta bertukar saat ia tahu bahwa dirinya sekelompok dengan minhee. dirinya tidak sakit hati, ia penasaran.

dan hari ini, ia akan menuntaskan rasa penasarannya.


     ✿✿✿✿✿



“nih,”

minhee memberikan buku itu pada lelaki bernametag song hyeongjun itu, pada ia yang sedang kesulitan mengambil buku di rak teratas.

“makasih.” hyeongjun mengambil buku itu dari minhee. terdengar ucapannya sedikit ketus.

yang entah kenapa membuat minhee ingin tertawa.

setelahnya hyeongjun berlalu dari hadapan minhee. membuat lelaki yang lebih tinggi meraih asal buku di rak, lalu mengikuti langkah hyeongjun dan duduk di seberangnya ketika yang lebih pendek telah duduk.

setelahnya diam. hyeongjun sendiri berusaha mengabaikan keberadaan minhee dan sedangkan minhee berpura-pura membaca bukunya dan sesekali melirik hyeongjun.

menyadarinya, hyeongjun menatap minhee.

“kenapa?”

“apanya?” minhee balik bertanya.

hyeongjun menghela napas. kali ini tampak terganggu dengan minhee.

“lo ngapain di sini?”

“baca buku? ini kan perpustakaan.”

hyeongjun masih menatap minhee sebal. tidak terlalu terlihat, tapi minhee mengetahuinya.

“kenapa harus duduk di sini? masih ada tempat lain.”

minhee mengangkat bahu.
“ini kan tempat umum. bebas mau duduk di mana pun.”

oke, hyeongjun menyerah. lalu menatap buku yang ada pada minhee. menyadari jika buku yang minhee ambil adalah buku fisika, padahal lelaki itu ada di jurusan sosial. ia ingin tertawa.

namun urung saat mendapati lelaki itu masih saja menatapnya. ia merasa sangat risih.

“lo kelihatan gak suka sama gue.” ucap minhee, “kenapa?”

pertanyaan bodoh, pikir hyeongjun.

tidak mungkin minhee tidak tahu jika ada banyak orang — termasuk hyeongjun — yang tidak menyukainya. juga, kenapa harus bertanya pada hyeongjun, padahal ia bukanlah satu-satunya orang yang membenci minhee.

tidak benci, hanya saja tidak terlalu suka.

“kenapa apanya. sok tahu.” jawab hyeongjun pada akhirnya.

ia kembali berusaha fokus pada bacaannya.

“lo pernah ngomong itu kok, di toilet.”

hyeongjun menatap minhee kesal. pada akhirnya ia hanya perlu mengatakan semuanya pada lelaki tinggi itu. setidaknya untuk menasehati apa yang perlu diperbaiki dari dalam dirinya. agar supaya orang di seberangnya itu sedikit tahu penyebab ada banyak orang yang merasa sedikit kesal padanya.

“tolong, kalau ada acara sekolah, jangan seenaknya gak dateng.”

minhee mengernyit keheranan. seperti tidak menemukan maksud hyeongjun atas segala kekesalan lelaki itu padanya.

...oke, lalu? minhee hanya menganggukkan kepala. ia hanya mendengar perkataan hyeongjun, tanpa tahu maksudnya.

“begini, lo itu termasuk salah satu anggota band sekolah kan? kalau ditawarin manggung, bisa nerima sedikit gak?” kata hyeongjun.

“kalau gak bisa nerima, seenggaknya datang. gara-gara lo gak datang, fans lo yang banyak itu, jadi gak ada niatan datang. akhirnya, penjualan tiket jadi kurang. akhirnya, uang beberapa orang harus dikorbanin buat ganti rugi...”

“lo gak tahu, seberapa pentingnya lo di sekolah ini...” kata hyeongjun. “tapi kali ini gue kasih tahu, lo itu penting banget. makanya, sekali aja, dateng. biar uang jajan kita terselamatkan.”

minhee memegang tengkuknya. sedikit bingung dengan alasan hyeongjun. tapi saat melihat lelaki manis di hadapannya itu tampak serius, minhee jadi ingin tertawa.

....jadi karena itu?

minhee tidak tahu berapa uang yang hilang karenanya, tapi yang pasti saat melihat lelaki manis di hadapannya sangat kesal, pasti itu tidak bisa dikatakan sedikit.

“oke...”

“oke?”

minhee dapat melihat hyeongjun menatapnya bingung. lucu, seperti anjing kecil yang mengharapkan sesuatu.

“kalau lo ngundang gue secara langsung, nanti gue dateng.”

ucapan itu membuat hyeongjun menatap minhee terkejut.
“serius?”

minhee mengangguk.
“dua rius.”

hyeongjun tersenyum senang. ia perlu memberitahu teman-temannya jika di acara selanjutnya, mereka tidak perlu menyisihkan uang lagi.

“udah?” tanya minhee.

“apanya?”

“itu aja alasan lo benci gue?”

hyeongjun tertawa pelan.
“gak benci, cuma kesel aja.”

minhee mengangguk paham.
“terus, lo gak marah lagi sama gue?”

hyeongjun tampak berpikir.
“gak, kayaknya.”

minhee pun melipat tangan di dada. menatap hyeongjun bingung.
“kayaknya?”

di hadapan minhee, hyeongjun mengangguk.
“ya kan gue gak tahu, lo bakal beneran dateng atau gak.”

lalu setelahnya minhee menopang dagu, menatap hyeongjun.
“tenang aja, gue bakal dateng. kalau perlu nanti gue kabarin.”

hyeongjun pun mengangguk setuju.
call,”

ternyata, minhee yang katanya ice prince, tidak seburuk itu. pikir hyeongjun.


     ✿✿✿✿✿

A TO ZWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu