4 | dansa

492 80 13
                                    

Acara prom night pun tiba. Theo kembali gugup seperti malam saat dia kencan dengan Luna.

Memang, setelah itu keduanya sering terlihat berdua sehingga Draco dan Blaise tak henti-hentinya meledek Theo habis-habisan.

"Oh! Apakah kau jadi sering buka buku biologi karena Lovegood? Haha! Aku tahu itu! Kau tak akan bisa mengobrol dengannya tanpa itu, Bung!" ledek Draco pada suatu hari. Theo mengabaikan kalimat yang keluar dari teman pirangnya itu. Blaise hanya terkekeh mendengarnya. Kadang pula dia membela Theo dengan mengejek Draco soal gadis Granger.

Namun, semua yang mereka bicarakan tentang para gadis akan terbukti malam ini.

Theo akan berdansa dengan Luna. Blaise dengan salah satu Kembar Patil. Theo tak tahu yang mana, apakah Padma atau Parvati. Sedangkan secara mengejutkan, Draco mengumumkan bahwa Granger mau menjadi pasangannya.

"Blaise! Kau berhutang pada kami beberapa poundsterling!" seru Greg dan Vince saat mendengar kabar itu. Dan Theo hanya menyaksikannya. Tak tahu menahu bahwa mereka bertiga bertaruh atas Draco dan Granger.

Para pria muda itu, menunggu pasangan mereka datang. Draco mengeluh. Karena dia yang paling gencar menolak untuk para gadis datang sendiri, tak mau dijemput, sehingga membuat para pemuda itu terlihat kurang jantan. Namun apa daya, Draco yang dinobatkan sebagai Naga Sekolah pun tak bisa berkata tidak pada Singa Betina Sekolah. Theo dan Blaise hanya menerima dengan baik keputusan pasangan mereka.

Detik-detik penungguan itu sungguh menyiksa Theo. Dan Theo pun tahu, teman-temannya juga begitu.

Ini adalah acara terakhir mereka sebagai murid tingkat akhir. Mereka pasti akan jarang bertemu setelah lulus nanti. Terlebih jika tidak satu universitas. Tidak jarang yang akan pindah kota dan lain sebagainya. Theo hanya berharap, itu tak akan memengaruhi perkembangan hubungannya dengan Luna.

Seringkali Theo melirik pada pintu masuk. Berharap Luna segera datang. Tetapi bahkan saat pembukaan acara dimulai, batang hidung gadis itu belum kelihatan juga. Theo jadi cemas.

Draco dan Blaise juga begitu. Sedari tadi Draco mencoba menghubungi Granger namun tak ada jawaban yang masuk.

"Argh! Gadis-gadis keras kepala! Sudah dibilang dijemput saja malah ngeyel! Mana pembawa acara sudah bicara lagi!" gerutu Draco sambil jalan mondar-mandir sebelum memutuskan untuk keluar dan pergi mengecek mereka. Siapa tahu ada apa-apa di jalan.

Belum sempat sampai pintu, masuklah tiga perempuan yang ditunggu. Mereka memakai gaun sesuai dengan kode pakaian yakni hitam. Parvati — atau Padma? — mengenakan gaun selutut dengan lengan seperempat. Rambutnya yang hitam panjang dikepang rumit. Lalu Hermione Granger dengan gaun panjang tanpa lengan. Rambutnya tak semengembang biasanya. Lebih rapih dan diikat rendah. Ah, lihatlah Draco yang memerah mukanya karena melihat pakaian pasangannya hanya bersangga pada tali di atas bahu, memamerkan tulang selangkanya. Sedangkan Luna sendiri, yang menjadi perhatian Theo, mengenakan gaun dengan bagian bawah agak mengembang dan tanpa lengan. Rambut pirang Luna kali ini tidak digerai, melainkan diikat tinggi dan menyisakan poni yang jatuh pada dahinya.

Otomatis Blaise, Draco, dan Theo membeku di tempat.

"Maaf, terlambat. Ada sedikit masalah." Hermione Granger menjelaskan, membuat Draco tersadar dan kembali berkedip.

Mengabaikan mereka, Theo mendekati Luna dan menawarkan lengannya. Dengan senang hati Luna menerima dan mengunci tangannya pada lengan Theo. Mereka berjalan menuju ruang utama yang telah sesak dan beberapa orang yang sudah memiliki gelas bening di tangan mereka.

"Apa kau mau minum sesuatu?" tawar Theo. Wajahnya tertimpa cahaya warna-warni. Membuat Luna agak pusing melihatnya. Tetapi itu tak membuat ketampanan Theo sama sekali pudar. Luna tahu itu.

MoonlightWhere stories live. Discover now