Prolog

35 5 0
                                        

Suara gaduh terdengar dari luar jendela kamarku, seperti ada orang yang sedang ribut di sebelah kamarku.

Aku bangkit dari kasurku dan melirik jam dinding di kamarku, sudah jam setengah sepuluh malam. Ada aja orang yang iseng ribut di luar, aku mengintip keluar jendela, karena penasaran siapa sih yang ribut malam-malam begini.

Aku membuka sedikit tirai yang menutupi jendela kamarku, untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Tampak lima orang laki-laki sedang berada di jalan tak jauh dari halaman rumahku, sepertinya mereka sedang beradu mulut. Aku bisa melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan di luar sana, karena rumahku tak berpagar seperti rumah lainnya.

Yah, aku tinggal di komplek perumahan, rumahku sama seperti rumah yang lainnya, hanya saja rumahku tidak berpagar yang terbuat dari semen atau besi. Rumahku yang berhalaman luas hanya berpagar tanaman hidup bunga soka setinggi enam puluh centimeter. Ayahku pengagum tanaman hias, beliau suka mengoleksi berbagai tanaman mahal dan merawatnya sendiri. Ayah sengaja tidak memasang pagar di depan rumahnya, supaya tetangga bisa melihat rumahnya yang asri.

Sebenarnya tadi aku sudah mau tidur, tapi karena mendengar suara berisik dari luar kamarku, jadi terbangun dan merasa terganggu.

Aku membuka kaca jendela kamarku, berniat untuk mengusir mereka segera pergi dari rumahku dan gak ribut-ribut di depan rumah. Tapi kenapa aku malah mendengarkan apa yang mereka ributkan sedari tadi. Niatku mengusir mereka batal, bisa-bisanya aku penasaran sama urusan orang, habisnya mereka ribut di depan rumahku sih.

"Apa kamu bilang?!" Sergah orang memakai baju biru.

"Kamu marah ya?" Ucap seorang yang berbaju putih, tampaknya dia sedang menantang duel orang yang berbaju biru.

Dan yang lainnya berusaha menengahi, tapi tampaknya dua orang itu sudah terbakar emosi.

"Dasar cebong!!" Seru orang yang berbaju putih.

Tiba-tiba saja orang yang berbaju biru melayangkan tinjunya ke wajah orang yang berbaju putih.

Aku memekik dalam hati, menutup mulutku dengan salah satu tanganku dan tanganku yang satu lagi mencengkram kuat tirai jendela kamarku.

Aku terkejut melihat orang yang berbaju biru itu memukul orang yang berbaju putih hingga tubuhnya terhuyung ke belakang, karena terkejut mendapatkan pukulan dari orang yang berbaju biru.

Selanjutnya terjadi baku hantam tanpa ada yang bisa melerai mereka.

Tanpa babibu lagi aku segera berlari ke luar kamarku memanggil ayah, meminta bantuannya untuk melerai mereka.

Aku melihat ayahku sedang menonton tv sendirian di ruang keluarga.

"Ayah!" Seruku memanggil ayah dengan raut wajah panik.

"Ada apa sayang? Mengapa belum tidur?" Tanya ayah yang melihatku keluar dari kamar dan berteriak memanggilnya. Melihat ekspresiku yang cemas membuat ayah memasang wajah khawatir.

"Ayah, ada yang sedang berkelahi di luar!" Seruku lagi, aku benar-benar panik melihat orang baku hantam.

"Apa?!" Ayahku segera bangkit dari tempat duduknya.

"Aku mendengar suara, terus melihat orang berkelahi dari kamarku. Cepat ayah lerai mereka!" Seruku sambil menarik tangan ayah menuju ke pintu utama. Aku tidak bisa menjelaskan dengan bahasa yang baik pada ayah karena panik.

Ayah terlihat bingung, "Tunggu, jelaskan pada ayah dulu. Ada apa?"

Aku menarik-narik lengan dan tangan ayahku, "Ada yang berkelahi. Ayo, cepat ayah!" Sergahku tak sabaran.

WHEN U & IМесто, где живут истории. Откройте их для себя