Ada apa sebenarnya?

800 100 50
                                    

Akhirnya dengan dorongan dari Irene Jisoo kembali menempati rumah yang beberapa waktu terakhir tak di tinggalinya, rumah yang sejak kecil seperti ruang penyiksaan untuknya. Rumah ini tetap sama bagi Jisoo, tidak ada yang istimewa dan tentu saja tidak akan ada yang bisa berubah jika orangtuanya kembali.

Jisoo masih berdiam diri di kamarnya sejak kepulangannya tadi sore, ia bahkan belum keluar kamar sekalipun. Lagi pula Kakaknya tidak menunjukkan batang hidungnya lagi, mungkin saja Irene keluar untuk suatu urusan.

Tapi kini Jisoo merasa perutnya sangat lapar, ia berniat untuk memesan makanan lewat ponselnya tapi mengurungkan niatnya dan turun ke lantai bawah. Mungkin saja Irene memasakkan sesuatu untuknya seperti biasanya.

Bukannya menemukan makanan Jisoo hanya menemukan Kakaknya yang duduk di meja makan dengan tangan yang memangku wajahnya, pandangannya kosong dan mungkin saja sampai saat ini Irene tidak mengetahui bahwa Jisoo sudah ada di dekatnya sejak tadi.

Jisoo menepuk pundak Irene pelan, takut saja Kakaknya kesurupan karena jika di pikir-pikir rumah mereka begitu besar dan sepi. Irene langsung berdiri dari duduknya dengan wajah terkejut.

"Ka-kamu sejak kapan disini?" Tanya Irene tergesa, masih dengan raut wajah terkejutnya.

"Dari tadi." Ujar Jisoo berusaha mengabaikan keterkejutan Kakaknya, ia berjalan ke arah kulkas dan mengeluarkan botol air mineral. "Ngapain lu? Mikirin apa?"

Irene menggeleng pelan, ia kembali mendudukkan dirinya dan memperhatikan adiknya yang kini tengah meneguk minuman miliknya.

"Enggak ada makanan?" Tanya Jisoo setelah menyelesaikan minumnya, ia berjalan ke arah Kakaknya dan mendudukkan diri di sampingnya.

"Laper ya? Pesen sesuatu aja ya?" Jisoo mengangguk menyetujui.

Irene mengeluarkan ponselnya dan sibuk memesan makanan untuk keduanya, sementara Jisoo memperhatikan Kakaknya yang tampak murung sejak bertemu dengannya sore tadi. Tapi Jisoo terlalu canggung untuk menanyakan lebih lanjut, karena menurutnya keduanya masih belum sedekat itu.

Tapi rasa penasarannya tidak bisa ia bendung lagi, "Lu berantem ya sama Bang Mino?" Tanya Jisoo mengingat sikap Mino yang juga berantakan akhir-akhir ini.

Jisoo menaikan bibirnya saat melihat Irene yang langsung membeku di tempat, seolah pertanyaannya tepat sasaran.

Irene meneguk ludahnya, "Tahu dari mana?"

Jisoo mengangkat pundaknya tak acuh, "Nebak aja." Ujarnya santai.

Irene menyimpan ponselnya setelah memesan makan malam untuk keduanya, kini ia sedang memusatkan atensinya pada Jisoo di sebelahnya yang sedang bermain game di ponselnya.

"Kira-kira-" Irene menggantung ucapannya membuat Jisoo mengangkat kepalanya dan menunggu Irene kembali melanjutkan kalimatnya. "Gak jadi deh."

Jisoo yang sudah di ambang penasaran membuang nafas kasar, "Apasi lu gajelas banget, ngomong yang bener!"

Irene menggigit bibirnya bingung, sebenarnya dirinya tidak yakin harus berbagi hal ini dengan adiknya atau tidak. Tapi Irene benar-benar butuh seseorang untuk memberikan solusi untuknya.

"Menurut kamu-" Ujar Irene kembali menggantung membuat Jisoo mengepalkan tangannya terlalu tidak sabaran dengan sikap Kakaknya. "Kakak bikin salah apa lagi ya sama Mino?"

Jisoo membeku di tempatnya, matanya mengerjap-ngerjap mencari penjelasan tentang pertanyaan tadi. Bagaimana Jisoo bisa tahu jika Irene saja tidak tahu.

"Ck, ya enggak tahu. Itu elu yang buat salah ko gue yang di tanya." Irene merenggut-kan bibirnya, dia sama sekali tidak mendapatkan jawaban yang dirinya inginkan.

Different (18+)Where stories live. Discover now