[ 2nd Chapter ; Weird Lunch, but Ok. ]

19 5 5
                                    

Pagi-pagi buta, saat matahari pun belum muncul karena belum waktunya, Chandra terbangun karena rasa haus di tenggorokannya.

Dengan mata yang masih menyipit setengah sadar, Chandra memaksakan diri untuk mengambil minum di dapur tempat ia memakan mie instan bersama pemilik rumah.

Sampai di ruang tengah, Chandra mendapati lampu yang tadi malam dimatikan kembali menyala, dengan Purnama yang sedang duduk di sofa memakai hoodie kebesaran dan tudung yang terpasang.

Menyadari ada eksistensi lain di ruangan tersebut selain dirinya, Purnama melempar senyum dan lambaian ketika bertatap dengan Chandra.

Chandra ikut membalas senyuman Purnama, "Kakak kok udah bangun? Padahal tadi baru tidur jam 3, kan?" Tanya Chandra setengah ngantuk.

Sekilas Chandra sempat melihat Purnama menatapnya dari atas ke bawah dengan tatapan bingung, ntah apa maksudnya. Chandra curiga orang di depannya ini lupa dia baru saja 'memungut' dirinya dari jembatan di pusat kota. Tapi setelah itu ekspresinya kembali tenang seperti sedia kala.

"Iya, kebangun. Karna gak bisa tidur lagi mending nonton Scooby-Doo aja." Jawab Purnama, matanya kini fokus memperhatikan layar tv yang hanya berisi iklan.

Chandra hanya ber-oh ria setelahnya, lalu minta izin untuk mengambil minum di dapur yang diiyakan saja oleh pemilik rumah yang masih saja memintanya untuk menganggap rumah ini rumahnya sendiri jadi ia tak perlu izin sejak ia 'dipungut' dan dibawa ke rumah ini.

Dahaganya sudah hilang, Chandra pamit undur diri kepada Purnama untuk kembali tidur di kamarnya.

Benar-benar, deh. Pagi ini menjadi pagi paling santai yang pernah Chandra alami selama beberapa bulan terakhir. Tidak ada suara teriakan marah-marah, tidak ada pula sumpah serapah dengan nada ketus dari mulut ibunya.

Di kos abang-abangnya pun tidak jauh berbeda, hanya saja suara ribut yang mereka hasilkan adalah hasil dari pertikaian bodoh mereka tentang sesuatu yang tidak penting atau hanya sekedar Soonyoung yang mendadak bangun pagi dan iseng membuat keributan.

Ditambah lagi ia hari ini membolos, Chandra tak mau melewatkan acara tidur pagi dengan bantal dan selimut lembut yang diberikan Purnama, beserta kamar nyaman yang membuatnya ingin sekali menetap lama-lama.

Chandra hari ini benar-benar mau istirahat, berpacaran dengan kasur milik orang.

**

"Baru bangun, kan? Cuci muka terus sikat gigi dulu sana, saya baru aja beli makan siang." Purnama muncul dari dapur, masih menggunakan hoodie kebesarannya, mengagetkan Chandra yang baru saja turun dari kamarnya.

Chandra menurut, mencuci muka dan menyikat gigi menggunakan sikat gigi yang diberikan Purnama lalu duduk manis di meja makan.

"Kok tiga bungkus, Kak? Ada temennya, ya?" Tanya Chandra setelah menyadari porsi lebih yang dibawa Purnama.

Purnama hanya menaikkan bahu, "Nggak, kok. Buat saya nanti kalau laper lagi."

Lalu tak ada percakapan lagi setelahnya. Purnama sibuk menyajikan makanan, sementara Chandra bingung harus apa selama sang tuan rumah melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Tahu kan rasanya ketika sedang bertamu dan tuan rumah sibuk menjamu sedangkan kamu hanya bisa duduk manis dengan perasaan hati tak enak karena disuguhi banyak hal tanpa membantu sama sekali?

Nah, itu yang Chandra rasakan sekarang.

Lalu setelah empunya rumah mempersilahkan makan, Chandra yang masih merasa tak enak hati itu akhirnya makan.

Ketika selesai, Chandra tak langsung beranjak. Ia masih ingat sopan. Jadi yang dilakukannya sambil menunggu Purnama yang makan dengan pelan itu hanya menatap piring kosongnya–menatap Purnama–pura-pura melihat desain dapur–lalu kembali ke Purnama lagi.

Malam, Bulan, dan Purnama.Where stories live. Discover now