𝐜𝐡𝐨𝐫𝐮𝐬 ; pe(r)lukan

161 23 6
                                    

datangnya tak telat, [name] datang tepat waktu. ia menonton semua pertandingan oikawa dari pagi sampai sore. dan juga menyaksikan sang maniak voli kalah di semifinal.

anggota voli berbaris menghadap ke penonton dan pendukung mengucapkan terimakasih telah memberi dukungan walau mereka tak menang.

[name] hanya menatap sendu oikawa dari bench penonton. ia tersenyum menatap oikawa yang juga menatapnya. setelah itu, baru ia menghampiri oikawa.

gedung stadion yang digunakan untuk melaksanakan lomba telah sepi. mungkin karena pertandingan terakhir adalah pertandingan semifinal menuju nasional.

sungguh disayangkan, tapi beginilah yang terjadi. ini tahun oikawa mendapat kesempatan terakhir untuk naik ke panggung nasional. tapi apa daya, sudah tiga tahun namun ia belum sempat merasakan panggung nasional itu bersama timnya.

[name] menemui oikawa yang sudah berganti, menunggu timnya yang masih mengemasi barang ke dalam tas mereka.

oikawa sedikit terkejut melihat kehadiran [name] disini. ia pikir [name] akan langsung pulang ke rumah. tapi gadis itu memilih menemuinya.

"aku tak akan menghiburmu."

oikawa mengangguk lemah kemudian menunduk sembari memegang tengkuk kepalanya, "yah, memang. pengecut sepertiku tidak pantas mendapatkan kata-kata apapun."

[name] berjalan mendekat kemudian berkata, "tapi kamu selalu bermain dengan hebat. kamu terlihat senang ketika bermain voli, ya? aku jadi cemburu."

oikawa mengangkat kepalanya sampai ia bisa menatap wajahja gadis manis itu. "h-hey!"

"sini, biar aku beri pelukan!" tangan mungil [name] berusaha keras mencapai tengkuk oikawa mengingat tinggi mereka yang sangat kontras.

tapi karena kegigihannya, tangannya bisa sampai dan menarik kepala oikawa agar bersandar di bahunya. ya walaupun oikawa harus sedikit membungkuk. tapi percayalah, wajah keduanya sudah berwarna merah tomat.

tangannya ia eratkan di pinggang sang pria, membuat sang pria ikut mengeratkan pelukan. "aku tahu, hari dimana kamu meminta untuk memelukku akan datang."

pelukannya terurai tapi wajah sang maniak voli sama sekali tidak menjauh. ia sibuk menatapi mata indah milik gadisnya. "jadi milikku lagi, ya?"

gadisnya mengangguk gemas sambil senyum merona. tangan kekarnya terulur menggapai tengkuk sang gadis, mendekatkan kedua bibir mereka agar menyatu.

"kindaichi, kunimi, tutup mata kalian. ini adegan dewasa." ujar iwaizumi yang berada di depan mereka. keluar-keluar malah mendapat tontonan seperti ini.

pagutan mereka terlepas karena mendengar suara berisik dari belakang. karena itu wajah mereka berdua kembali memerah bahkan lebih merah.

"kusokawa, kalau berciuman pilih tempat. dasar."

oikawa yang biasanya akan komplain ketika dipanggil seperti itu kini hanya bisa terkekeh dan menatapi teman-temannya. sedangkan name menutupi wajah malunya itu di dada bidang oikawa.

"mau berapa anak nanti?"

right here, oikawa tooruWhere stories live. Discover now