xii. instinct

698 159 22
                                    

Aku menghentikan tanganku yang sebelumnya beralih mengaduk bubur yang telah Osamu buatkan untukku. Dalam hati aku mengutuk diriku karena raut yang dipasang Osamu sangatlah serius.

Ia benar-benar ingin mengetahui siapa nama pemuda yang ku sukai dan kata-kata serta ekspresinya membuatku menyadari satu hal.

Oke, [Name], barusan adalah kode yang sangat keras sekali dan kau akan sangat bodoh jika tak menyadarinya.

Sial, aku hanya bisa berharap bahwa wajahku tak memerah layaknya tomat matang.

Skill flirting Osamu ternyata terlalu ku remehkan—walaupun sebenarnya ia tak sadar telah menggunakan hal itu kepadaku.

Di saat bersamaan, aku seharusnya tahu, bahwa ia terlalu sering melihat Atsumu menggoda fans nya di luar lapangan dan secara alami hafal kalimat-kalimat yang digunakan oleh kembarannya itu. Entah untuk mengejek Atsumu atau ia gunakan kepadaku jika ia punya kesempatan.

Manikku bergerak begitu liar agar Osamu tak menatapku tepat di mataku. Ada dua kemungkinan jika kami saling bertukar pandang saat ini, ia menyadari bahwa wajahku memerah saat ini atau aku akan membeberkan jawaban yang sebenarnya kepada dirinya.

Sudah jelas kedua opsi itu tak lah bagus bagiku. Aku tak ingin ia tahu bahwa aku lemah dengan perkataan manis yang keluar dari mulutnya dan aku juga tak mau ia mendapatkan jawaban yang inginkan secepat kilat.

Aku terlalu khawatir dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Bagaimana jika kesempatan yang diberikan dewa itu segera berakhir di saat aku mendapatkan apa yang aku mau?

Bagaimana jika ia malah menjauhkan ku dengan Osamu disaat kami mulai berkencan hanya karena aku tak sabaran?

Aku tak menginginkan itu semua.

Aku masih ingin bersamanya, melihatnya beraktivitas di gymnasium sepulang sekolah walaupun harus berkedok dengan kunjungan untuk menemui Kita dan kami bahkan belum berbincang melalui ponsel di pagi hari seperti yang Osamu minta kepadaku beberapa hari yang lalu.

Ada banyak hal yang ingin kulakukan bersamanya. Banyak sekali hingga jika aku tunjukkan wishlist ku, kalian akan terkejut dengan berapa panjang halaman kertas tersebut.

Pokoknya, Osamu tak boleh tahu. Ia tak boleh mengetahui bahwa orang yang aku sukai adalah dirinya.

Bahwa aku super duper menyukainya hingga aku bisa menangis jika mengingat bahwa aku menghabiskan waktu bersamanya di apartemenku, seperti saat dimana aku dan 'Atsumu' berkencan dulu.

Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, bahwa dalam kurun waktu dua bulan ah, ralat, 7 minggu menuju hari dimana aku menyatakan perasaanku kepadanya, aku akan membuatnya terus berjuang. Jika sampai pada hari itu ia tak kunjung menyatakan perasaannya, maka aku yang akan menyatakan perasaanku duluan

Setidaknya itu lah yang aku rencanakan.

Makanya aku rela memilih rute yang jauh dan melakukan tarik ulur dengannya. Aku tak mau tergesa-gesa dan malah menghancurkan segalanya. Kesempatan yang diberikan kepadaku dan waktu ku di dunia ini sama sekali tak ku ketahui batasnya.

"Senpai ... "

Aku meliriknya yang telah memanggilku dan sontak menghela napasku karena menyadari dia memasang tampang layaknya anak anjing yang kehujanan.

Se-sejak kapan ia tahu trik berbahaya seperti itu?!

Jangan bilang bahwa Atsumu adalah biang dari semua ini?!

Osamu yang ku kenal tak pernah menggunakan trik selicik itu!

Aku buru-buru memejamkan mataku. Dalam hati merapal mantra dengan cepat agar aku berpegang teguh pada janji yang ku pegang dengan diriku sendiri.

hiraeth - miya osamuWhere stories live. Discover now