22. Palang Pintu Kereta Api

118 24 15
                                    

Tangan yang memeluk pinggang Changbin begitu erat, yang dipeluk hanya tersenyum simpul di motornya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Tangan yang memeluk pinggang Changbin begitu erat, yang dipeluk hanya tersenyum simpul di motornya. Begitu juga dengan perempuan yang berada di belakang Changbin, Hitomi, yang memeluk laki-laki itu. Keduanya berboncengan menuju ke rumah Changbin, beriringan dengan kedua motor lainnya. Di samping kanan ada motor NMAX Yeonjun, membonceng Nakyung dengan laju yang cepat melewati motor Vespa Changbin. Di sebelah kiri ada motor Satria F milik Jeongin yang membonceng Chaeryeong, melaju dengan kecepatan yang sama dengan Changbin.

"SIM emang ada SIM?" teriak Changbin ke Jeongin, membuat anak itu tergelak.

"Bacot, Bang. Besok gue bikin!" Chaeryeong yang dibelakang tertawa sambil memeluk pinggang Jeongin karena anak itu mencoba membalap Yeonjun di depannya.

"Dek..." panggil Changbin ke Hitomi yang hanya dibalas gumaman pelan.

Gadis itu meletakkan dagunya dipundak kiri Changbin, "Kenapa?"

"Si Kecil tau?" Kepala Hitomi menggeleng.

Changbin akhirnya tau, semuanya. Pekerjaan gadis itu, hubungannya dengan sang ibu, ayah dan kakak laki-lakinya yang sudah meninggal, juga pemecatannya kemarin. Hitomi sudah memberitahukannya, semua. Seakan mempercayai Changbin dengan sepenuh hati. Changbin tidak tau harus mengatakan apa selain memeluk gadis itu selama cerita, begitu berat dengan derai air mata. Kehidupan gadis itu terlalu rumit untuk Changbin mengerti.

"Bukannya Kecil temen baik kamu?" tanya Changbin lagi.

Hitomi menghela napasnya pelan, menatap wajah Changbin yang begitu dekat dengannya, "Malu. Chaer terlalu positif, masa aku nyeritain pekerjaanku ke dia? Lagian, gak pantes banget kayanya kalo Chaer tau pekerjaan aku jadi wanita penghibur."

"Tapi sekarang udah enggak, 'kan?"

"Ya iya, tapi 'kan, Kak..."

"Dek..." Hitomi diam ketika tangannya yang melingkar di pinggang Changbin dielus oleh tangan kiri Changbin. "Kali ini, kamu harus berani nolak."

"Hah?"

"Nolak perintah ibu kamu yang salah. Walaupun beliau ibu kamu, tapi tetep aja. Kalo salah ya salah, kalo salah ya tolak, bantah, Dek. Tapi tetep, harus sopan. Nolaknya yang bener, beliau tetep ibu kamu yang ngelahirin kamu, yang besarin kamu sampe segede sekarang, yang biayain hidup kamu, bikin kamu secantik sekarang," pesan Changbin pada Hitomi. Gadis itu tetap diam di posisinya, mencerna semua omongan yang Changbin lontarkan.

"Ibu kamu sayang sama kamu, meskipun caranya agak sedikit salah dalam menentukan kehidupan anaknya. Dan Kakak tau, kamu juga sayang sama ibu kamu walaupun kamu benci untuk melakukan hal buruk yang ibu kamu minta. Dan kamu tau kenapa ibu kamu tetep nyuruh kamu ngelakuin itu walaupun tau kamu gak suka?"

Tangan Changbin tertarik untuk mencubit pipi tebal Hitomi yang berada dipundaknya, "Karena kamu gak nolak, Sayang." Darah Hitomi berdesir karenanya. Hitomi kemudian melihat tangan Changbin yang mengarahkan kaca spionnya ke wajah Hitomi, dan dengan jelas Hitomi melihat Changbin tersenyum ke arahnya melalui kaca spion.

[✓] RailroadsOnde histórias criam vida. Descubra agora