Lima belas (Anak itu tidak bersalah)

355 29 4
                                    

Happy reading...

"ZEA TUNJUKKAN LAKI-LAKI BRENGSEK ITU, DIA HARUS TANGGUNG JAWAB!!!"

Teriakan Ayah Zea begitu menggema di telinga. Zea tak memiliki keberanian untuk membuka matanya, ia hanya bisa menangis sesegukan. Pegangan kuat di pergelangan tangannya berhasil membuat Zea merintih kesakitan.

"Siapa yang harus tangan ini tunjuk? Gue benar-benar ga tau siapa dia!" batin Zea. Zea membuka matanya pelan, betapa terkejutnya ia saat matanya langsung tertuju ke arah Elang, tanpa sadar ia mengangkat jarinya menunjuk ke arah Elang, ia begitu bingung akhir-akhir ini wajah Elang sering terlintas di pikirannya, Zea sebenarnya tak ingin melibatkan Elang tapi tangannya entah kenapa langsung terangkat.

Elang berbalik menatap Zea sebentar, namun Elang yang tak tau situasinya langsung berjalan pergi dan akhirnya berlari, itu membuat semua orang berpikir memang Elanglah pelakunya, namun Zea tidak yakin, bahkan sangat tidak yakin jika Elang pelakunya.

"Hey brengsek, jangan kabur!!" teriak Ayah Zea memanggil Elang, namun Elang tak mendengar itu, ia masih saja berlari mendorong siapa saja yang menghalangi jalannya.

"Elang berhenti!" Pak Ari mulai mengejar Elang.

"Elang!... Anak-anak hentikan Elang!"

"Tahan Elang!"

Tak berhasil menahan Elang, Ayah Zea, Pak Ari, dan Kakak Zea akhirnya mengejar mobil yang dikendarai Elang, mereka duduk satu mobil. Namun, baru beberapa menit mengejar, mereka kehilangan jejak karena tiba-tiba lampu merah. Namun, Ayah Zea masih saja mengendarai mobilnya berharap menemukan mobil Elang di suatu tempat.

***

Elang berlari menuju kamar tempat Raja dirawat. Setelah sampai, ia mendapati Ayahnya sedang berdiri di depan pintu.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Andre sadar akan kehadiran Elang.

Elang tak menjawab, ia hanya akan mendapat kalimat yang membuat hatinya perih. Tujuan Elang hanya menemui kakaknya, kembarannya yang pernah bilang
"Kalau gue sekarat, gue ga akan bisa kembali sebelum lu manggil gue 'Kak Raja aku membutuhkanmu' disaat itulah gue akan berjuang."

Andre menahan Elang, tak membiarkannya masuk menemui Rajawali. "Pergi! biarkan Raja sembuh!"

"Yah, Elang ingin lihat Raja, Sebentar....saja." Elang mengangkat tangannya dan mendekatkan ibu jari dan jari telunjuknya layaknya meminta waktu sesedikit itu kepada Ayahnya.

"Kamu ingin Raja mati? Kehadiran kamu selalu jadi pembawa sial. Buktinya Bam, Bunda kamu, dan sekarang kamu mau Raja juga ha?"

Elang tak memperdulikan itu, ia mendorong Ayahnya. Belum sempat ia menyentuh Raja, Andre sudah menarik Elang.

"Ja! Ini Elang, please aku butuh kakak."

Kata 'Aku dan kakak' layaknya mantra bagi Elang, ia belum pernah mengeluarkan kata itu di depan Raja.

Air mata Elang keluar, bertemu kakaknya saja harus sesulit ini. "Ja, please kembali." teriak Elang saat Andre sudah mendorongnya keluar kamar.

Plakk... Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Elang dan membuatnya jatuh tersungkur di lantai. Elang langsung memegang pipinya yang terasa panas, ia berusaha berdiri, ia tersenyum menatap Ayahnya, air matanya masih setia keluar membasahi pipinya.

RAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang