Menunggu kau kembali

27 5 0
                                    

Nama : Keysa Khaerunnisa
Tema : Luka
Judul : Menunggu kau kembali

"Ibu,” ucap seorang gadis berumur tujuh belas tahun, bernama Mazira. Di balik sosoknya yang selalu ceria, ia juga menyimpan segala luka yang tak pernah ia perlihatkan kepada orang-orang di sekitarnya.

Seorang wanita paruh baya yang dipanggil 'Ibu' pun menoleh, "Untuk apa kau kemari?"

"Ibu, aku butuh pelukan Ibu," ucap Mazira seraya maju beberapa langkah.

Nadin mundur beberapa langkah, "Jangan bermimpi! Aku tak sudi memeluk pembunuh sepertimu!"

Mazira sudah terbiasa disebut pembunuh oleh ibunya sendiri, namun disaat itu juga ia selalu ingat kejadian dua tahun yang lalu.

Akhir-akhir ini Mazira sering menonton tutorial memasak dan dengan segala kepenasaran, ia pun mempraktikkannya. Dan di sinilah Mazira, di dapur sedang sibuk memotong-motong sayuran segar, berniat membuat makanan kesukaan ayahnya.

Mazira tak mengetahui jika ayahnya sedang mencoba turun dari tangga. Karena kejadian beberapa bulan yang lalu membuat kaki kirinya patah, ayah Mazira kesulitan untuk berjalan. Pria paruh baya itu tak sengaja terpeleset, ia mencoba menstabilkan keseimbangannya namun gagal, ia pun jatuh terkapar di lantai bawah dengan keadaan yang sudah tidak sadarkan diri dan bersimpah darah. Di dapur sana, Mazira mendengar suara jatuh yang begitu keras, ia pun mencari sumber tersebut. Saat ia sampai di ruang tamu, dilihatnya sang ayah sudah tak sadarkan diri dengan darah yang begitu banyak di lantai. Mazira menutup mulutnya dengan air mata yang membasahi pipinya, pisau dalam genggamannya pun jatuh. Disaat itu juga sang ibu datang dengan wajah terkejutnya dan tubuhnya sangat lemas melihat keadaan sang suami.

Mazira terus menggelengkan kepalanya mengingat kejadian itu.

"Aku bukan pembunuh, Bu," ucap Mazira.

"Cih, tak usah mengelak! Sudah jelas-jelas kau membunuhnya," ucap Nadin.

"Mana mungkin aku membunuh ayahku sendiri, Bu," ucap Mazira.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini!" Nadin pergi meninggalkan Mazira, namun langkahnya terhenti karena Mazira tiba-tiba memeluknya dari belakang. Nadin pun mencoba melepaskan pelukan itu, namun Mazira memeluknya sangat erat.

"Selama ini aku rindu pelukmu, rindu perhatianmu, rindu tegur sapamu, rindu masakanmu, rindu segala yang selalu Ibu berikan ke aku sebelum kejadian itu. Kini tak ada lagi Ibu yang kukenal, aku selalu berdo'a disetiap sujudku, semoga Ibu kembali menjadi Ibu yang kukenal." Mazira menangis dalam pelukan.

"Lepas!" Nadin tetaplah Nadin. Orang yang tak mudah luluh dengan kata-kata.

Mazira menggelengkan kepala, "Lima menit lagi, Bu."

Nadin tak tinggal diam, ia melepas pelukan secara paksa. Mazira yang tak siap dengan itu pun, terjatuh di lantai. Nadin bergegas pergi meninggalkan Mazira tanpa membantunya bangun. Mazira hanya bisa melihat kepergiannya sang ibu dengan senyum yang terpaksa, ia berusaha menguatkan diri.

"Aku akan tetap di sini, Bu. Menunggu Ibu yang kukenal, walau Ibu membuangku secara tidak langsung."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Luka (Cerpen Antologi)Where stories live. Discover now