15

2K 107 1
                                    


"Lucien, kau harus secepatnya menangani Bandar narkoba yang merusak banyak orang di klan kita."

Di dalam mobil, menuju perjalanan ke markas besarnya, Andrew mengemudi dan Lucien duduk di sampingnya. Sebagai atasan, ia tidak pernah duduk di belakang jika hanya ada mereka berdua di dalam mobil.

"Yang harusnya kau pikirkan adalah mereka yang merusak dirinya sendiri. Jika mereka memang ingin memakainya, walaupun Bandar narkoba itu kita habisi mereka akan mencari ke tempat lain. Masalahnya bukan berada pada orang itu tapi pada mereka yang tidak bisa menahan dirinya."

"Kau benar. Jadi apa yang akan kau lakukan terhadap mereka?"

"Kumpulkan mereka semua yang terlibat, aku harus menilai sejauh mana kerusakan yang di buat. Jika tidak dapat terselamatkan saatnya mengucapkan selamat tinggal."

Andrew menelan ludahnya karena ia tahu yang terlibat dalam kasus ini bukan jumlah yang sedikit. Jika mereka di nilai Lucien tidak tertolong lagi dan akan menyebabkan kehancuran bagi klannya maka pria itu yakin Lucien akan membantai mereka semua tanpa ampun.

"Oh, dan ada satu kabar dari Charles."

"Charles pemimpin kelompok mafia Miami?"

Andrew mengangguk. "Menurut pria itu, yang menyerang ibumu dan Valerie bukan mafia yang berasal dari benua kita. Mungkin itu mafia dari belahan dunia lain yang sedang melakukan perjalanan singkat kemari."

"Mengapa ia begitu yakin?"

"Dia bilang dia sudah mencatat perjalanan rombongan mafia di teritorialnya selama tiga tahun terakhir. Kau tahu Charles dan Antonio berperan penting dalam dunia hitam di luar sana. Pria itu pastilah tidak salah dalam hal ini."

Aneh, mengapa Charles dapat memutuskan hal sepenting itu dengan cepat, tanpa penyelidikan lebih lama. Ini merupakan kasus pembantaian yang belum bisa ia selesaikan dengan mudah karena sulitnya melacak pergerakan pelaku, tapi dalam waktu beberapa minggu justru Charles dapat memutuskan bahwa pelaku adalah kelompok dari luar Amerika Serikat.

"Teruslah mencari, jangan sampai kita melewatkan detail sekecil apapun di sekitar."

Andrew mengangguk namun tampaknya ia tidak fokus. Lucien mengerutkan keningnya melihat asisten pribadinya tampak terganggu oleh sesuatu. "Ada apa?"

Pria itu menekan tangannya pada telinga yang dipasangi earphone tanpa kabel itu. "Aku mendapat laporan dari rumah. Nona Serena memaksa pergi keluar dari rumah." Pikiran Andrew terbagi antara panggilan itu dan jalan raya yang sudah sedikit padat.

"Apa?" Kali ini Lucien mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan menekan nomor yang ingin ia tuju. "Apa yang mau wanita itu lakukan kali ini? Suruh penjaga untuk menahannya, jangan sampai ia menginjakkan kakinya di luar walau hanya selangkah."

Lucien mencoba menghubungi Serena namun panggilannya tidak diangkat. Di sampingnya, Andrew terlihat cemas. "Masalahnya, nona Serena sudah pergi dari rumah sejak pagi. Dia pergi mengemudikan mobilnya sendiri. Staff yang berjaga adalah staff baru kita. Dia tidak tahu bahwa kau melarang Serena pergi ke mana pun."

"Sial! Seharusnya aku tidak memberinya mobil waktu itu." Lucien memijit pelipisnya dan menoleh pada Andrew. "Putar balik, ikuti ke mana Serena pergi."

"Eh, tapi Lucien bukankah kita akan menyelesaikan kerusakan internal sore ini?"

"Tunda saja. Aku bisa menyelesaikannya lain waktu."

Andrew ingin membantah tapi ia tidak ingin mengambil risiko. Ia tahu sendiri seperti apa rupa atasannya itu jika sedang dalam kondisi marah dan sepertinya hari ini bukan hari yang baik bagi dirinya. Maupun Serena. Tapi dalam hati Andrew bertanya – tanya mengapa Lucien repot – repot mengurusi wanita itu, bukankah selama ini Lucien tidak pernah peduli pada wanita manapun? Yang ia pedulikan hanyalah menemukan pelaku pembantaian yang mengambil nyawa calon istri dan ibunya. Semenjak itu hidup Lucien getir dan kelam. Tidak pernah ada satu haripun ia mempedulikan wanita lain apalagi mengesampingkan pekerjaannya hanya demi wanita.

Married with the hottest CEOWhere stories live. Discover now