Ini Mimpi Atau Kenyataan...?

119 24 0
                                    

"...kata"

'Hm? Suara siapa itu?"

"..jikata.."

'Uuh. Urusai..."

"Hijikata!"

Hijikata langsung terbangun, walaupun pandangannya masih agak buram, tapi Hijikata bisa melihat bayangan seseorang di hadapannya.

"Oy! Apa kau mendengarku?! Hijikata-kun!"

'kun?' akhirnya Hijikata bisa melihat dengan jelas siapa yang memanggilnya, tapi seketika itu juga, matanya membelak tak percaya dan berkedip beberapa kali "Y-Yorozuya...?"

"Hah? Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau lupa, sebentar lagi kita akan bertanding untuk menentukan, siapa yang paling kuat minum di antara kita" Jelas Gintoki sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Hah? Bertanding? Kapan kita membuat janji seperti itu! Lagian.. Bukannya kau..."

"Hah! Kau dan aku sudah setuju akan hal itu 10 menit yang lalu! Ayo, cepatlah kembali! Sebentar lagi Kagura dan Okita akan bertanding" Setelah mengucapkan itu, Gintoki berjalan pergi meninggalkan Hijikata yang masih memproses semuanya.

"Bertanding apa? Tung-Yorozuya!" Hijikata bangkit dan langsung mengejar Gintoki. Samar-samar, Hijikata mendengar suara riuh dari arah Gintoki pergi.

Setelah sampai, Hijikata di kejutkan dengan hampir seluruh anggotanya dan Yorozuya berkumpul bersama alias sedang berpiknik ria di bawah pohon Sakura. Di tengah mereka, terdapat bantal untuk duduk dengan palu dan helm plastik di depannya.

Jika di ingat-ingat lagi, Hijikata merasa pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya "Kalau tidak salah, kejadian ini saat sebulan yang lalu.... Yang memainkan game itu pasti Kondo-san dan kakak perempuannya Megane"

Tebakan Hijikata benar, selang beberapa saat, Yamazaki selaku Mc mempersilakan Kondo dan Otae untuk bermain game Tataite Kabutte Janken Pon sebagai ronde pertama.

Setelah keduanya duduk saling berhadapan, Mereka langsung adu suit dan Otaelah yang menang. Dengan gerakan cepat, Kondo mengambil helm dan mengenakannya di kepalanya. Kondo kira dialah pemenangnya.

Namun dia salah, sebab setelahnya Otae memukul kuat kepalanya sampai Kondo pingsan seketika dengan darah yang mencuar kemana-mana. Hijikata lebih memilih menjauh, daripada ikut membantu Kondo.

Dan Hijikata juga sudah menebak, pasti setelahnya giliran Okita dan Kagura yang bertanding. Yah.. Seingatnya, pasangan Sadist itu sama-sama seri.

Hijikata terus memperhatikan semuanya secara detail dan mendapat kesimpulan, bahwa memang benar. Kejadian ini pernah terjadi sebulan yang lalu. Jadi maksudnya, dia kembali ke masa lalu gitu? Itu tidak mungkin, tapi melihat semuanya sama persis, Hijikata tak punya pilihan lain selain setengah percaya.

"Hei, Yorozuya" Gintoki melihat Hijikata dengan sebelah alis terangkat "Bolehkah aku memukulmu?"

Gintoki sempat loading sebentar sebelum kesal tiba-tiba "Hah! Apa maksudmu?! Kenapa kau tiba-tiba ingin memukulku!"

"Yah, aku ingin mencoba, apakah aku sedang bermimpi atau tidak. Jika memang ini mimpi, pasti tidak akan sakit kalau di pukul, kan? Makanya biarkan aku memukulmu"

"Tidak Mau! Jika memang begitu, maka pukullah dirimu sendiri! Kalau kau memukulku, yang ada kau tak akan bisa membedakan yang mana mimpi dan kenyataan!"

"Tidak mau. Sakit"

"Aku juga sakit bodoh!"

"Ayolah, sekali saja, tidak akan sakit kok. Di cubit saja tidak apa-apa"

"Iyada! Kalau begitu biarkan aku saja yang memukul atau mencubitmu, sini!"

Keduanya terus berdebat, sampai tak sengaja Gintoki lengah dan kesempatan itu di ambil Hijikata yang langsung memukul Gintoki sampai terjatuh.

"....Tidak sakit"

"Tentu Saja Tidak Sakit! Kau Memukulku Bakayaro!" Sebagai balasan, Gintoki juga memukul Hijikata lebih kuat dari sebelumnya.

"Aww... Kenapa kau memukulku pakai kekuatan lebih!"

"Ingin saja" Selanjutnya, terjadilah adu pedang antara keduanya di selangi dengan meminum sake langsung dari botolnya. Akibatnya mereka bertarung seperti R**k Le* yang mabuk berat.

"Ahahaha, segitu sajakah kekuatanmu Hijikata-kun~? Hick! Kau akan kalah olehku~"

"Urgh... Kata siapa~ Kau sendiri bagaimana? Cara memakai pedang apa itu~? Hick! Menari?"

"Kau juga sama~"

Walaupun keduanya mabuk, Hijikata masih bisa menetralkan pikirannya untuk sebisa mungkin bertahan. Tapi, seandainya dirinya bisa lebih banyak menghabiskan waktu seperti ini bersama mereka.

Walaupun ini akan segera berakhir, tapi setidaknya dia masih bisa menikmatinya tanpa rasa penyesalan sedikitpun. Dan Hijikata harap, tidak ada satupun di antara mereka yang menghilang atau pergi, seperti Gintoki yang pergi terlebih dahulu tanpa pamit.

Dengan begini, tidak akan ada lagi yang akan bersedih hanya untuk kepergian seseorang. Itulah yang Hijikata inginkan.





Bersambung

CONSEQUENT Where stories live. Discover now