7. Awan dan Hujan

143 26 9
                                    

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti awan yang ingin berucap kepada hujan sebelum membuatnya tiada.

5-11-2014
__________________________
Tertawalah sekarang. Buatlah seolah aku adalah manusia paling beruntung sedunia karena dapat melihat senyum tulusmu.

Meski pelangi sudah tak berwarna, bunga tak mekar, sungai tak berair. Jangan lunturkan senyum itu.
__________________________

"Sakura tersenyum sesaat. Ia menatap memar pada beberapa bagian tubuhnya dari pantulan kaca di kamar mandi. Matanya berair walau raut wajahnya selalu nampak tersenyum. Ya, Sakura memang seperti itu.

Setelah beberapa menit Mikoto memarahi Sasuke karena tidak bisa menjaganya hingga ia pulang dengan kondisi seperti ini, semua itu indah.

Ia mulai mengoleskan beberapa bagian memarnya menggunakan minyak khas keluarganya, lalu dengan cepat mengenakan pakaian.

Ia berjalan perlahan keluar kamar mandi dan kembali duduk di kursi rodanya. Ia mengikat rambutnya tinggi-tinggi kemudian berjalan menuju ruang tamu karena ruang tamu saat ini memang penuh dengan teman-tamannya yang ingin menjenguknya.

Ia memutar roda tersebut dengan tangannya secara perlahan.

Setelah sampai, ia menatap indah teman-temannya, "Sas, bantuin Sakura," Dengan sigap, Sasuke berdiri dibelakang Sakura dan mendorong kursi roda tersebut untuk mendekati taman-temannya.

"Lo sakit apaan sih, Ra? Sampe segitunya," Ujar Naruto menatap aneh kearah Sakura. Sakura hanya terdiam sembari merundukan kepalanya dalam. Ingin menjawab namun takut mereka khawatir, namun jika tidak menjawab, mereka merasa curiga dan menampakan wajah kasihannya. Sakura tidak suka itu.

"Hey, lo bikin dia sedih. Dasar Naruto bodoh," Ino menjitak kepala kuning Naruto. Membuat pemiliknya mengerang kesakitan sambil mengelus kepalanya sayang.

"Ngapain lo ngelus kepala? Bahkan kepala lo itu nggak ada gunanya," Ujar Kiba pada Naruto dengen entengnya. Sakura hanya tertawa pelan melihat interaksi teman-temannya. "Sudah-sudah. Aku baik-baik aja. Hanya kelelahan dan sedikit demam. Kalian gak perlu terlalu khawatir."

"Kita itu tamu. Nggak ada niatan ngasih minum?," Sasuke menatap Chouji dengan tatapan membunuh, kemudian ia berdiri untuk menyiapkan minum untuk teman-temannnya. "Lu gak punya malu," Ujar Karin pada Chouji.

"Sakura, kita bawa dikit makanan sama buah. Semoga kamu suka, ya."

"Iya Hinata. Makasih," Sakura asik membuka satu persatu kantung yang diberikan teman-tamannya. Jumlahnya sangat banyak, astaga, mereka sangat baik.

"Ni minumnya," Sasuke meletakan nampan yang berisi beberapa gelas air putih. Hanya air putih.

"Ck pelit," Ino menyambar satu gelas dan segera meneguk air didalamnya.

"Biar sehat," Sasuke menjawab seadanya.

Hari ini Mikoto memang tidak ada di rumah karena mendatangi acara peresmian butik barunya. Keluarga Sasuke tidak sekaya yang kalian kira. Hidup sederhana, hanya mengandalkan bisnis Mikoto dalam bidang busana, namun mereka sangat bahagia.

"Iya, Ino. Banyakin minum air biar nggak sakit kayak aku."

"Udah-udah. Mending kita ke Pantai. Gua ada rencana bagus nih," Ujar Naruto. Ia berdiri sari sofa dan menggandeng tangan Hinata. Hal tersebut berhasil membuat Hinata tersipu malu.

"Ayo."

***

Disinilah mereka. Di sebuah pantai yang indah dengan pasir yang berwarna kemerah-mudaan. Pantai yang jarang dikunjungi orang, Pantai yang asri, Pantai yang menjadi saksi kisah cinta Sasuke dan Sakura.

Surat untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang