34. Nathan

28.6K 2.2K 80
                                    

Terima kasih banyak untuk readers yang sudah mendukung cerita aku sampai sejauh ini

34. Nathan

"I love you, Tha... that's the problem."
-Nathan

Nathan kehilangan akalnya, pria itu tak mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya, pria itu terus berlari bersama beberapa orang dokter dan perawat, mendorong brankar yang di atasnya terdapat Agatha dengan keadaan yang mengenaskan.

Ia tak peduli pada yang lain, benar benar tak peduli.

"Tolong, tolong selamatkan dia..." Nathan bersimpuh, mencengkram jas dokter pria tua di hadapannya.

"Tuan, saya akan menyelamatkannya, tuan harap tenang..."

Nathan jatuh, ia tak memiliki tenaga untuk sekedar mengangkat tangannya. Hingga sentuhan di bahunya, serta tarikan cukup kuat ia terima, Nathan berdiri dengan lemah.

"Agatha ga papa, dia gadis kuat, Daddy yakin itu..."

Daddy Alex memeluk Nathan, putra sulungnya itu menangis begitu keras.

"Dia tidak bernafas, Daddy..."

"Agatha bernafas, kamu salah..."

Alex terlempar ke belasan tahun yang lalu, saat Nathan menangis keras karena kehilangan ibunya.

Mau sebengis apapun Nathan, mau sejahat apapun Nathan. Nathan tetaplah putranya.

Tak pernah sedikitpun Alex terpikirkan untuk pilih kasih pada anak anaknya.

Nathan, Jackson, Leo, Gibran, Vina. Alex mencintai mereka semua, terlepas dari bagaimanapun sifat mereka.

Alex tak pernah sedetikpun melepaskan pengawasannya pada anak anaknya, karena mereka tetap terlihat bayi baginya....

"Agatha baik baik saja, dad?"

"Hm, dia harus baik baik saja, Daddy ingin makan masakan dia lagi."

"Dad!"

Alex terkekeh, pria itu melepaskan Nathan dari pelukannya.

"Nath, adikmu Gibran juga butuh ayah. Ayah akan pergi sebentar, tidak apa, kan?"

"Hm, Gibran yang paling menderita, Daddy harus menenangkan bocah itu." Nathan menjawab, ia cukup tenang setelah mendapat pelukan dari sang ayah.

Alex mengangguk, "Rizal tak akan menangis, pria itu harus kuat untuk menyelamatkan nyawa gadisnya."

-o0o-

"Bagaimana keadaannya?"

"Racun di dalam tubuhnya sudah kami keluarkan semua, luka tusukan sudah kami jahit, memar dan yang lainnya juga sudah kami obati, tapi..."

"Kenapa?!" Nathan menunggu dengan gelisah.

Dokter itu menyentuh bahu Nathan dan sedikit meremasnya, "sebelumnya saya ada pertanyaan, apakah dia pasanganmu, Nath?"

Nathan terdiam, sedangkan Vando dan Daniel yang sejak tadi ikut berjaga juga menatap Nathan dengan bingung.

"Ya, dia pasanganku, wanitaku..."

Gevina and BrothersWhere stories live. Discover now