#0

3.7K 273 31
                                    

Prolog
| 2 Juni 2020 |

Pria itu—Uchiha Sasuke—sesungguhnya adalah seorang bajingan!

Dia tidak pernah berpikir hari ini akan tiba, karena dia percaya, Sasuke mau menjadikannya bagian hidup meski hanya nomor dua.

Sasuke tidak pernah ingat, bagaimana dia membantunya memperbaiki hubungan dengan sang kekasih hingga mereka beranjak ke jenjang pernikahan. Pria itu tidak tahu, seberapa besar luka yang dia pendam acap memikirkan mereka telah menghabiskan malam bersama, menorehkan luka yang—dia tahu—akan meninggalkan bekas seumur hidup.

Jika ada yang bertanya, siapakah yang paling bodoh di dunia ini, maka jawabannya adalah dirinya. Ya. Dia.

Sepuluh tahun telah berlalu sejak hatinya menyerahkan diri. Hampir setengah dari hidupnya dia kerahkan untuk mengejar pria itu—yang jelas tidak pernah mencintainya. Dia tidak pernah menginginkan tempat pertama, atau serakah dengan meraup tujuh hari kali dua puluh empat jam milik pria itu. Yang dia inginkan hanyalah beberapa jam di antara tujuh harinya bersama wanita lain. Apakah itu terlalu sulit?

Mungkin, wanita bernama Haruno Sakura memanglah pasangan yang sangat ideal untuk Sasuke, di mana jika dibandingkan, dia tidak bisa lebih baik dari Sakura meski hanya seujung kuku.

Dia bisa saja melaporkan hubungan mereka pada Sakura, tetapi dia tidak melakukannya. Dia tidak bisa menghancurkan senyum Sasuke yang membuatnya serasa hidup. Dia lebih memilih menanggung cemburu pada wanita itu. Pada tahun-tahun yang mereka habiskan bersama. Pada percakapan-percakapan yang hanya mereka ingat. Pada kenangan yang hanya ada di dalam memori mereka, tanpa melibatkan dirinya. Sedangkan di antara dia dan Sasuke hanya ada satu benang merah tanpa simpul. Masa depan mereka terasa jauh, nyaris tidak bergerak meski dia coba merangkak.

Dan di sinilah mereka sekarang berada. Di sebuah ruangan bernuansa putih dengan aroma anestesi. Dia bukannya tidak ingin, tetapi, tidakkah ini keterlaluan?

Dia menggenggam kedua tangan dengan perasaan nyeri. Dia memang ingin menjadi nomor dua, tetapi dia tidak pernah menyebutkan bersedia menjadi Surogasi—terlebih—untuk mereka.

Mereka pikir, dia hanyalah keset belaka?

Dia memang mencintai Sasuke, tetapi sesuatu yang dia sebut sebagai cinta itu kini meluruh perlahan-lahan, jatuh menetes dari genggamannya seperti air. Dia kecewa. Marah pada dirinya sendiri yang dengan bodoh mau menanam cinta selama lebih dari satu windu pada pria bajingan berkedok pendidikan.

Sasuke tidak pernah menginginkan anak darinya. Pria itu bahkan tega membunuh anaknya yang baru sebesar biji jagung. Dan sekarang merengek memintanya menyimpan benihnya dengan istri tercinta?

Omong kosong!

Dia meyakinkan diri, tidak akan masuk dalam kubangan sekali lagi. Nanti, dia berjanji, akan berusaha membalas Sasuke sama besarnya. Mengiris hatinya menjadi serpihan-serpihan paling kecil, menyakitkan dengan luka yang akan—dia ingat—bahkan seumur hidupnya.

...

Author Note

Hai, apa kabar semua? Sesuai janji Nao tadi, Nao akan publish cerita baru.
Semoga saja masih ada yang ingat lapak ini dan bersedia vote dan komen.
Oh iya. Ini cerita NaruHina ya. Dengan intrik dewasa. Jadi apabila ada crackpair di tengah, itu demi kepentingan cerita. No offense.

Part 1 akan dipublish segera. Nantikan kelanjutannya. Makasih~~

Best Regards,
Nao Vermillion

The Liar and His Dangerous PartnerWhere stories live. Discover now