1. The Red List

2.1K 288 189
                                    

X=x=x=X

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

X=x=x=X

"Totalnya 78 Nix."

Queirra merogoh sakunya, menyerahkan beberapa lembar uang pada kasir berambut cepak itu. Baru saja ia hendak meraih sekantung penuh plastik berisi bahan makanan yang baru saja dibayarnya, kasir itu tiba-tiba berkata, "Harley mencarimu."

"Ini hari liburku, Steve."

"Sekarang."

Queirra mendengkus, "Keparat itu harus belajar menghargai hak-hak pegawainya. Berikan saja misi ini pada Jocelyn sebelum ia jadi pengangguran."

"Harley bersikeras." Steve berkata santai. "Jangan sampai membuat bos kita menunggu."

Queirra melayangkan tatapan tajam, sebelum akhirnya mendesah pasrah seraya menyambar kantung belanjaannya. Beruntung toko itu sedang sepi, sehingga pembicaraan mereka barusan tidak menimbulkan antrean yang tidak perlu.

"Dasar keparat!" umpatnya seraya berbisik. Langkahnya ia percepat menuju suatu arah, berlawanan dengan angin musim gugur Osnela yang bertiup kencang menusuk kulit.

X=x=x=X

Pintu terbuka tiba-tiba, mengungkap sosok Queirra yang memasuki ruangan dengan wajah masam.

"Aku tidak bisa lama-lama. Ada makanan beku dalam belanjaanku," sahutnya tanpa basa-basi.

Harley hanya mengernyit singkat sembari tersenyum tipis melihat agen favoritnya sudah datang. Asap rokok yang berasal dari pria paruh baya itu hampir menyelimuti sosoknya yang terduduk santai di balik meja.

"Ah! Elysenn Creed," sapanya puas. "Kukira kau tidak akan datang."

"Kukira kau bersikeras."

"Memang benar." Pria itu lantas bersandar di kursi. "Steve memberitahumu?"

Mendengar pertanyaan itu, satu dengkusan jengkel keluar dari bibir Queirra. Ia memutar bola matanya. "Kau harus berhenti mengganggu waktu libur karyawanmu."

"Jangan khawatir, Nak. Akan kuberikan kau bonus lembur." Harley terkekeh kecil. Sembari mengetuk asbak, ia mengisyaratkan pada kursi di hadapannya. "Duduklah."

Namun, Queirra bergeming di posisinya. Kecurigaan di sorot mata gadis itu membuat Harley menedesah tak percaya.

"Aku bilang duduk—"

"Kau tidak pernah menyuruhku duduk untuk sebuah misi."

"Untuk kali ini, kuberikan pengecualian. Kumohon, duduklah. Ini akan menjadi percakapan yang panjang."

Butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya Queirra mau duduk. Begitu ia mulai menyamankan diri, pria itu menawarkan sebatang rokok dengan santai pada Queirra sementara gadis itu semakin mengerutkan keningnya penasaran.

"Kenapa?"

"Tidak bolehkah aku berbaik hati pada agenku sendiri?"

"Biasanya kau melakukan itu pada orang yang akan kau kirim untuk mati."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Broken Crown [✓]Where stories live. Discover now