Chapter 3 (End)

18 5 0
                                    

Pagi ini, mungkin akan sedikit berbeda dari sebelumnya. Dimana setiap ada Amar di ruangan tersebut juga terdapat Arkan. Namun, kali ini mereka memilih memasuki laboratorium yang berbeda. Bukan karena tidak ada alasan, tapi memang ini adalah langkah yang tepat. Jika tidak di pisahkan, mungkin pertempuran bukan hanya terjadi di dalam menganalisa saja, akan tetapi pertempuran darah juga.

"Selamat pagi dokter Amar," sapa salahsatu staf dari ruangan tersebut.

"Hmm, pagi," jawab Amar.

"Silakan dokter Amar, jika ada perlu bantuan tidak usah sungkan untuk memanggil saya," ucap staf tersebut, yang hanya di balas anggukan saja.

"Hanif, tolong siapkan semua bahan dan alat yang kita butuhkan untuk hari ini," perintah Amar kepada Hanif.

Lagi, dan lagi, Hanif menjadi patner Amar. Mengapa Amar tidak memilih Rizki, karena dia berlalu banyak bicara. Begitulah jawaban yang akan di sampaikan Amar ketika dia ditanya tentang Rizki.

Setelah semua peralatan dan juga bahan yang akan di gunakan oleh Amar telah siap.

Namun,

BRUK

Amar dan juga Hanif, terkejut dengan kedatangan seseorang memasuki ruangan tersebut.

"Wah," ucap orang tersebut ketika melihat apa yang ada di dalamnya.

"Ini, yang membuat kau bertarung kembali dengan Arkan?" tanya orang tersebut.

"Bagaimana profesor, bisa tahu?" tanya Amar.

Profesor Fawaz, dia adalah orang yang memantau semua yang ada dalam ruangan dan laboratorium yang ada disini. Dia juga termasuk salah satu ilmuan yang cukup terkenal di kalangan para ilmuwan kesehatan.

"Ck, apa aku harus menjawab itu?" tanya Prof. Fawaz, seketika Amar pun terkekeh karena dia salah telah bertanya seperti itu.

"Lanjutkan saja apa yang ingin kau lakukan, aku tidak akan melarang," ucap Prof. Fawaz, lalu pergi dari ruangan tersebut.

"Dok, apa ini tidak bermasalah?" tanya Hanif takut.

"Kau, hanya perlu membantuku saja, jadi tidak usah khawatir," ucap Amar.

Terbuat, dari apa sebenarnya otak dan hatinya, batin Hanif.

"Hei, kau melamun?" tanya Amar kepada Hanif.

"Apa?" tanya Hanif.

"Dasar," cibir Amar.

*****

"Kumpulan semua data yang kau peroleh dari beberapa laboratorium," ucap Arkan.

"Dan, sertakan apa saja yang menurut kau penting," imbuh Arkan.

"Ini sampel dan beberapa berkas yang mengarah kepada simplisia tersebut." Sodor Rizki kepada Arkan.

Tidak seperti halnya dengan dokter Amar dan Hanif. Arkan lebih memilih mengumpulkan informasi dan juga sampel yang sudah jadi untuk menganalisa simplisia kali ini.

Terlihat, di depan pintu ada orang yang sedang memperhatikan mereka berdua yang ada di dalam ruangan tersebut.

Prof. Fawaz, dia sedang memperhatikan apa yang sedang di lakukan oleh Arkan dan Rizki di dalam sana. Berbeda dari sebelumnya, jika tadi dia akan menghampiri Amar dan Hanif, tapi kali ini dia hanya melihat dari depan pintu ruangan Arkan dan Rizki.

"Pertempuran otak," gumam Prof.Fawaz, lalu pergi dari situ.

****

Waktu seolah berjalan dengan cepat, tidak seperti biasanya. Ketika mereka akan mengeluh ingin cepat pulang. Namun kali ini mereka sangat berharap waktu di perlambat saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Akar Atau BatangWhere stories live. Discover now