anjana : penutupan

4.8K 755 540
                                    

Seorang wanita yang kini terbaring lemah di atas ranjang hanya bisa menetralkan nafasnya pelan-pelan. Terlihat raut mukanya yang pucat penuh keringat tengah menahan tangis dan rasa sakit.

Arjeno mendekat.

Membelai rambut basah Naya lalu meraih jemari tangannya yang terbebas.

Jemari wanita itu sama basahnya.

Naya mengambil nafas dalam kemudian mengembuskannya berat. Wanita ini lantas menggeram. Hampir 3 hari 3 malam ia berjuang melahirkan darah dagingnya. Namun kelahiran yang ditunggu masihlah setengah jalan. Tenaganya terkuras habis.

"Jeno.." panggilnya lirih menahan tangis.

"Bertahan sedikit lagi ya, Na?"

Di sisa tenaganya, wanita muda ini bertanya.

"Gimana kalo kali ini nggak berwujud manusia lagi?" tanyanya hampir putus asa. Sama hampir putus asanya ia dengan proses kelahiran seperti ini.

Bukan pertama kalinya bagi Naya terbaring di ranjang dan melewati 3 hari 3 malam proses persalinan yang menyakitkan. Jika boleh dihitung, sudah ke-13 kalinya ia mengulangi proses yang sama.

Tubuh manusianya kewalahan.

Kendati beberapa tahun lalu ia terbangun dalam kondisi telah menjadi pengantin saudara sedarahnya, Naya tetaplah manusia biasa. Memutuskan mengabdi pada sang suami, tidak membuatnya punya kekuatan istimewa.

Ia hanya mengandalkan kekuatannya sebagai manusia.

Namun demi bukti kesetiannya mengabdi pada sang suaminya jugalah yang membawanya melewati 12 kali persalinan berat demi melahirkan penerus bagi pemimpin rakyat Turangga.

Naya menangis.

Menggeram.

Mengembuskan nafas beratnya berkali-kali.

Arjeno di sampingnya makin mengeratkan genggaman tangannya pada sang istri. Merapalkan kalimat-kalimat dalam bahasa Jawa yang Naya kurang bisa mengerti. 

Secara mengejutkan, tenaganya perlahan pulih. Dan dengan satu teriakan penuh perjuangan, akhirnya keluarlah darah daging mereka.

"Aargghh!" 

Tanpa tangisan.

Hanya suara helaan nafas Naya yang lega dan Arjeno yang mengucap syukur saking senangnya.

Pria yang malam ini berbalut pakaian hitam ini pun mendekat ke bagian bawah istrinya. Tak lama setelah itu, rautnya berubah bingung. Nggak bisa ditutupi. Membuat Naya yang mulai menetralkan nafasnya ikut memandang sang suami.

"Jeno?"

Yang dipanggil masih menatap segumpal daging di hadapannya nanar. Seperti paham dengan apa yang terjadi, wanita muda inipun mulai meneteskan air matanya kembali.

"Bukan manusia lagi, ya?" tanyanya.

Tidak mengindahkan pertanyaan istrinya, tangan Arjeno yang gemetaran mengelus gumpalan daging tersebut dengan lembut. Tak lama kemudian, Arjeno mengeluarkan sebuah keris kecil dari saku bajunya dan memotong plasenta anaknya.

"Kita berhasil, Na! Kita berhasil!"

Dapat respon tiba-tiba dari suaminya, Naya otomatis berhenti terisak. Kini memandang suaminya bingung. Tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih dan ia belum bisa bergerak untuk melihat apa yang suaminya sebut berhasil itu di bawah sana.

Naya dibuat penasaran. Karena jika berhasil, kenapa dia tidak mendengar suara tangisan?

12 anak yang dulu pernah ia lahirkan, kesemuanya hanya berupa gumpalan daging segar. Tidak ada nyawa dan tidak hidup. Itu sebabnya tak pernah ada tangisan setelah ia melahirkan. Pun sama dengan malam ini.

turanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang