🍒 Empat Puluh Delapan

528 118 22
                                    




Memutar bola matanya malas, Yunseong lantas maju ke arah pintu. Tangan kanannya sudah terangkat dan sudah meraih gagang pintu. Tapi, ketika ia akan menekan gagang itu, tangan kirinya bergerak lebih cepat untuk memutar kunci yang menggantung di lubang kunci. Jelas saja untuk mengunci pintu kamar itu.

“YUNSEONG! BUKA PINTUNYA, NJING! KENAPA MALAH JADI LO KUNCI? YUNSEONG!!! ADEK GUE, HEH!! JANGAN LO APA-APAIN, SIALAN!”

Seakan tidak mendengar keributan apa-apa yang terjadi di luar sana, Yunseong menarik kunci itu dan memasukannya ke dalam saku celananya sebelum menoleh dan menatap Minhee. Lalu, saat ia akan melangkah menghampiri si manis, bocah itu lebih dulu maju untuk menghampirinya—pintu lebih tepatnya, karena setelah ia berdiri di samping Yunseong, tangannya langsung bergerak cepat untuk membuka pintu.

“Kok kekunci? Kan tadi aku cuma tutup aja pintunya.”

“Lo gak liat barusan gue yang kunci pintunya?”

“Hah?” Minhee menoleh lagi dan menatap Yunseong, matanya melotot lucu yang membuat Yunseong dengan santai mencubit pipinya. Tapi, tidak ada respon berlebihan untuk itu. Si manis lebih memilih mengajukan pertanyaan lain pada yang lebih tua. “Terus mana kuncinya?”

“Mau ngapain?”

“Ya buka pintunya terus keluar dong. Katanya ada yang darurat.”

“Gak ada yang darurat. Kakak lo ngada-ngada itu.”

“Yang benar aja deh, kak.”

Mengendik acuh, Yunseong lalu meraih pundak Minhee dan merangkulnya. Setelahnya, ia menarik bocah itu menjauh dari pintu, lalu berjalan ke arah ranjang.

“Mau ngapain?” tanya si manis saat mereka sudah semakin dekat dengan ranjang.

“Kelon.”

“Hah?”

Jawaban santai Yunseong setelah itu sukses membuat Minhee melotot kaget sebelum bergerak memukul lengannya kuat-kuat. Pemilik marga Kang itu lalu berniat melepaskan diri, tapi Yunseong lebih kuat untuk merangkulnya.

“Kak ish, lepasin!”

“Gak.”

“Terus kita mau ngapain?”

“Kelon.” Yunseong kembali menjawab dengan santai. “Kan tadi gue udah jawab dengan sangat jelas, Hee. Gue mau kelon.”

“Siang-siang gini?”

“Emang kelon harus liat waktu?”

Sahutan Yunseong membuat Minhee diam sesaat dengan mata yang menatap lelaki itu polos dan mulut yang terbuka kecil. Lima detik kemudian, ia mengerjap sekali, lalu kembali berusaha melepaskan diri dari rangkulan Yunseong.

“Lepasin ih, kak. Mau keluar.”

“Hee, lo pilih kelon atau gue perkosa?”

“APA-APAAN?!”

Tatapan tajam jelas langsung Minhee layangkan untuk Yunseong—terlihat tidak terima tentu saja. Tapi, lelaki Hwang itu nampak lebih dari acuh. Ia hanya menatap si manis seakan tidak ada yang ia katakan.

“Lo pilih kelon atau gue perkosa?”

Yunseong bertanya acuh kemudian dan si manis langsung melayangkan tamparan ke pipinya. “Lo kok makin bajingan sih, kak?”

“Itu gue apa adanya, yang lo dan semua orang kenal. Gue gak mau pura-pura jadi orang lain.”

Yunseong tidak tahu apa yang salah dari ucapannya, tapi hal itu sukses membuat Minhee diam. Ia juga tidak tahu apa yang bocah itu pikirkan, tapi raut wajah itu perlahan mulai menyendu. Hingga pada detik kesekian, bocah itu jadi merapat padanya dengan tangan yang langsung memeluk pinggangnya dan kepala yang bersandar di pundaknya.

“Tapi, lo gak beneran udah pernah perkosa orang atau yang aneh-aneh gitu, kan?”

“Dih ngapain? Gue kan maunya kayak gitu sama lo.”

Minhee belum membalas ucapannya, bocah itu masih betah pada posisi yang sama. Membuat Yunseong jadi tersenyum kecil sebelum membuat langkah mundur untuk mendekat ke arah ranjang. Tidak ada reaksi apapun dari Minhee, membuat ia perlahan mendudukan dirinya ke ranjang sebelum mulai berbaring dan tetap membawa Minhee dalam rangkulannya.

Lalu, saat sudah di atas ranjang, Minhee jadi menatapnya sesaat sebelum bergerak menyembunyikan wajah manis itu di lehernya.

“Tapi kan lo suka cium-cium sembarangan.”

“Cuma cium. Lagian udah lama juga gue gak kayak gitu. Terakhir kan gue ciuman sama lo.”

“Masa sih? Lo kan udah pisah beberapa hari dari gue. Gak mungkin lo gak aneh-aneh kayak gitu.”

“Ya emang enggak. Nih, di bibir gue masih bekas bibir lo. Kalo lo gak percaya dan ngerasa udah ada bibir orang lain, sini hapus lagi pake bibir lo.”

“Tapi kan barusan lo cium pipi gue. Berarti di situ bekas pipi gue, bukan bibir gue.”

Minhee berucap cepat, lalu menjauhkan wajahnya dari leher Yunseong. Ia menatap lelaki Hwang itu dengan tatapan tidak terima, membuat yang ditatap jadi terkekeh kecil sebelum mencuri sebuah kecupan singkat dari bibir mungil itu.

“Yang penting kan punya lo. Semuanya punya lo, termasuk gue—juga punya lo.”

Setelah berucap demikian, Yunseong memperbaiki posisi tidurnya. Ia jadi menghadap Minhee sebelum menarik pemilik marga Kang itu untuk masuk lagi dalam pelukannya. Lalu, saat Minhee mendongak kecil untuk menatapnya, ia jadi merunduk dan memberi sebuah kecupan kilat di kening bocah itu—lalu membawa kepala Minhee untuk bersandar di dadanya.

“Tidur bentar ya. Gue lagi cape banget, kemarin-kemarin susah tidur gara-gara mikirin papa.”

”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






















Thank you...

AMNESIA || HwangMiniWhere stories live. Discover now