CH14: Officially Dating

702 87 30
                                    

"Ayonghaseo." Suzy membukkan badannya dan diikuti olehku.

"Wajah kalian merona-rona, silahkan duduk aku ingin mendengar cerita bagusnya." Salah satu dari mereka menyahut.

Aku dan Suzy bersitatap selama beberapa detik. Lantas duduk di tempat semula.

Jantungku sempurna berdetak kencang dikarenakan aku tidak tahu sama sekali apa yang hendak Suzy ungkapkan pada pihak manajemen. Ucapan Jisoo pada Suzy sangat benar. Aku tidak—maksudku belum—mengerti arah dari percakapan kami tadi. Mungkin karena aku terlalu banyak memikirkan hal buruk? Atau aku memang seperti ini yang lambat menyadari sesuatu di sekitarku? Dalam hati aku menggeleng tegas. Aku pikir kekuranganku selama ini hanya 'pria pemalu' yang bekerja di industri hiburan. Kini aku menyadari kekurangan yang lainnya.

"Informasi apa yang bisa kalian sampaikan pada kami?" tanya kepala divisi marketing.

"Kami hanya akan memberitahu kalian setelah mengetahui keuntungan yang kami dapatkan. Jika keuntungan yang kami terima tidak setara dengan besarnya fandom NamZy couple, kami tidak bisa mengatakan apa-apa," jawab Suzy berani. Atau mungkin tingkat percaya dirinya sedang berada di level paling atas.

"Kalian lebih menginginkan Dispatch yang membongkarnya ke publik?"

"Itu berarti kalian membayar Disptach agar memuat berita bohong. Kami tidak pernah hang out di luar, hanya bertemu beberapa kali di kantor. Sekali saja informasi itu terungkap ke publik, artinya, internal kantor yang membongkarnya sendiri. Menjual beritanya pada Dispatch. Dan..." Suzy menarik napas dalam lalu menghembuskannya sekaligus, "setahuku belum ada sejarah agensi manapun yang membayar Dispatch agar membongkar rahasia hubungan artisnya ke publik. Soop Manajemen akan mencetak sejarah, tapi tidak membanggakan."

Aku terkesima. Yang tadi sungguhan wanitaku?

"Artinya kalian memang benar memiliki hubungan yang spesial?"

Suzy mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Beritahu kami lebih dulu keuntungannya, setelah itu kami akan jujur."

"Bagaimana kalau dibalik?" Salah satu kru melihat ke arahku dan Suzy bergantian, "kalian beritahu kami apa yang kalian inginkan, setelah itu kami akan memberitahu kalian keuntungannya."

"Tidak." Suzy menggeleng tegas, "pertanyaan jebakan. Siapa pula yang ingin kalian bodohi di sini?"

Dalam hati aku bersorak riang. Wajah orang-orang di depan kami kontan berubah.

"Baiklah. Kami akan beritahu keuntungannya. Setelah ini berjanji padaku kalian akan memberitahu kami yang sejujurnya?"

Aku dan Suzy serempak mengangguk. Kepala divisi marketing menghela napas, terlihat menyerah melawan artisnya.

"Keuntungan yang kalian dapatkan hanya satu. Kalian bisa meminta kami melakukan apapun jika benar hubungan kalian lebih dari sekedar teman."

"Benarkah?"

Kepala divisi marketing mengangguk. "Ya, untuk apa kami berbohong?"

"Baiklah, deal." Suzy mengulurkan tangannya, menyita seluruh perhatian di ruangan ini. Uluran tangannya disambut hangat dengan kepala divisi marketing. Mereka saling berjabat tangan.

"Deal."

Usai melepas jabat tangan bersama Suzy, kepala divisi marketing mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum lebar.

"Kau ingin menyampaikannya?" Suzy bertanya padaku.

"Tentu," jawabku masih dengan senyuman.

Aku memperbaiki posisi duduk. Merapikan sedikit jaket tebal yang aku kenakan agar terlihat lebih berani. 

"Kami menolak melakukan PR stunt karena kami saling menyuakai satu sama lain dan beberapa saat yang lalu kami resmi pacaran."

"Ah, akhirnya kau mengatakannya juga, Joo Hyuk," sahut kepala divisi marketing, "jadi, kalian ingin apa setelah kami mengetahui hubungan ini?"

"Merahasiakannya dari publik hingga kami siap go public."

"Berapa lama?"

Aku mengangkat bahu. "Hingga batas waktu yang belum ditentukan. Kami tidak ingin publik mengaitkan hubungan kami dalam pekerjaan. Maksudku, mereka pasti berpikir karena Start Up kami saling jatuh cinta."

"Bukan karena Start Up kalian saling jatuh cinta?"

"Aku bahkan belum mengenalnya sedalam ini pada saat kami di sana."

"Ini menarik. Itu artinya kalian saling menghubungi satu sama lain usai drama berakhir?"

Suzy memegang tanganku. "Ah, itu terlalu berlebihan. Kalian mengetahui hubungan kami dan kalian juga sudah tahu keinginan kami, maka, bisakah kita selesaikan urusan ini secepat mungkin?"

"Tentu saja. Kami sangat bisa menyimpan informasi ini sebaik mungkin dengan catatan jika terjadi sesuatu yang buruk, seperti misalnya kalian putus, maka kami harus mengeluarkan statement resminya ke publik."

"Bahkan mereka sama sepertiku memandang sesuatu dari sudut pandang yang buruk," aku berbisik pada Suzy.

Suzy mengabaikanku. Ia justru tersenyum manis, mengangguk, dan berjabat tangan menyetujui kesepakatan itu.

Pertemuan selesai. Asisten pribadiku mengembalikan kaca mata hitam dan masker. Aku menerimanya.

"Aku tidak ingin ikut campur dalam masalahmu. Untuk yang satu ini aku harus ikut campur sedikit." Asisten pribadiku merapikan jaket tebal yang aku kenakan dan merapikan rambutku menggunakan jemarinya. "Lain kali, perhatikan penampilanmu sebelum pergi. Kau paham itu, ha?"

Aku tertawa. "Telepon darimu membuatku mengambil apa yang bisa aku pakai dalam hitungan detik. Tidak ada waktu untuk berdiri di depan cermin."

"Selalu saja begitu. Nah, sudah lebih baik."

"Terima kasih. Kau bahkan memikirkan penampilanku saat tidak ada kamera di sini."

"Situasi ini jauuuuuuuh lebih penting! Kau sedang bersama kekasihmu, bagaimana mungkin aku tidak memikirkan penampilan burukmu itu?!" Asisten pribadiku menatap galak. Di tatapan seperti itu membuatku tertawa cukup keras.

"Baiklah, terima kasih sekali lagi. Kau bisa pulang sekarang," balasku masih dengan sisa tawa.

"Kau harusnya mengatakan itu sejak tadi!"

Mengambil barang-barangnya, asisten pribadiku pergi meninggalkan ruang pertemuan. Hanya tinggal aku, Suzy, dan beberapa staf yang menangani PR stunt kami. Aku menghampiri Suzy yang sejak tadi menunggu.

"Dia sangat lucu!" Suzy berseru saat aku tiba di sampingnya.

Aku mengernyit bingung. "Siapa yang kau bilang lucu?"

"Asisten pribadimu. Aku menyuakainya."

"Oh, sekarang kau lebih menyukai asisten pribadiku karna dia sangat lucu?"

Suzy memukul lenganku. "Hal sangat sederhana seperti itu harus aku perjelas lagi?"

"Lupakan saja." Aku berpura-pura ingin meninggalkannya. Namun, langkahku terhenti oleh kepala divisi marketing yang tiba-tiba muncul menghalangi jalan. "Ada apa?" tanyaku.

Tersenyum miring, ia menepuk bahuku satu kali. "Jangan sampai kalian tertangkap oleh publik. Berita ini bisa tersebar ke seluruh dunia hanya dalam hitungan jam. Berhati-hatilah."

****

Last update di sisa hari liburanku :") 

so sorry nggak bisa lagi ngasih fast update ke kalian karna mulai besok aku udah harus balik aktivitas seperti biasa lagi :") 


Life After Start Up PR StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang