CH02: Don't Tell Jisoo Anything

783 93 10
                                    

"Kau belum pernah menolak permintaan manajemen?" tanyaku pada Suzy tidak percaya, "maksudku, kau mengikuti semua keinginan manajemen? Termasuk yang satu ini jika aku tidak menolak?"

Suzy menggeleng, menyangkal perkataanku. "Aku adalah talentnya. Jika menurut mereka baik, aku mengikutinya dengan sukarela."

"Termasuk melakukan PR stunt?" aku bertanya sekali lagi.

"Ini pertama kalinya aku terlibat PR stunt dan aku menolak karena kau keberatan melakukan hal itu."

"Suzy, kau—"

"Kali ini aku mendukungmu. Kurasa kalimat itu cukup jelas. Tinggal ajari saja bagaimana caranya menolak manajemen." Suzy memotong perkataanku.

Aku menghela napas jengah. Memandangi Suzy bingung. Kondisi ini bahkan jauh lebih sulit dari empat tahun lalu. Aku dan Suzy harus satu suara dan bisa memberikan argumentasi yang kuat mengapa kami menolak melakukan PR stunt. Jika Suzy tidak mampu menolak permintaan manajemen, artinya sama saja aku dan dia berbeda suara.

"Apa aku harus sungguhan memberitahumu bagaimana cara melakukannya?"

Suzy mengangguk, "Aku bisa meminta waktu beberapa hari hingga kita benar-benar siap dengan argumentasi penolakan."

"Butuh berapa hari sampai aku sukses mengajarimu?"

"Lima hari?" katanya tidak begitu yakin.

"Baiklah satu minggu. Setidaknya jika di hari kelima kau masih kurang mampu, ada garansi dua hari sebagai jaminan."

Suzy terkekeh, "Aku setuju. Serahkan yang satu ini padaku, oke?"

"Ya, aku percaya padamu bisa melakukannya dengan baik," balasku.

Suzy termasuk salah satu artis kebanggaan Soop Manajement. Dia sangat bertalenta. Awal kemunculannya sebagai member girl group, hingga sekarang masih bertahan menjadi aktris tidak mungkin dilewatkan manajemen begitu saja. Mereka akan melakukan apapun agar sumber uangnya tidak berhenti. Alih-alih memperkaya para talentnya, mereka juga memperkaya diri sendiri.

"Kalau begitu aku duluan untuk membicarakan hal ini." Suzy berdiri. Aku ikut berdiri bersamanya.

"Ya," aku mengangguk kecil, "semoga berhasil."

"Bye!" Suzy melambaikan tangan.

"Bye!" aku membalas lambaian tangannya.

Usai Suzy menutup kembali pintu ruang meeting, aku mengeluarkan ponsel. Pesan dari Jisoo memenuhi layar pemberitahuanku. Dia selalu muncul diurutan teratas.

Sebentar lagi aku pulang.

Aku membalas pesannya. Lantas pergi meninggalkan ruang meeting.

****

"Apa yang membuatmu tidak berselera makan, Joo Hyuk?" tanya Jisoo melemparkan sumpit ramennya ke meja.

Aku menghembuskan napas, lantas mengangkat bahu.

"Kau tidak mau memberitahuku, sungguh?"

"Bukan begitu. Jika aku beritahu kau pasti heboh," kataku menghindar.

Jisoo menggeleng, "Hei, katakan saja langsung ada apa? Itu hanya reaksi pertamaku. Selebihnya aku kembali normal."

Aku mengambil sumpit ramen di samping mangkuk. "Tidak. Sebelum semuanya terang benderang kau cukup menebak-nebak saja ada apa."

"Baiklah. Demi melihatmu berselera makan lagi, biarkan aku menebak-nebak apa yang sedang terjadi. Aku seperti mengenalmu lebih dari sepuluh tahun. Kau tidak bisa menghindar sekalipun mulutmu tertutup."

"Makan saja ramenmu, Jisoo," ucapku sembari memasukan suapan pertama dari ramen dingin di mangkuk.

Jisoo tidak membantah. Ia kembali menyuapkan ramen ke dalam mulutnya. Makan malam kami kali ini berlangsung senyap nyaris tanpa obrolan. Biasanya kami selalu membicarakan banyak hal. Selayaknya sahabat, obrolan tanpa titik menjelaskan segalanya antara aku dan Jisoo.

Menghirup kuah ramen terakhir, aku memberikan mangkukku pada Jisoo. Sesuai kesepatakan, jika aku yang memasak maka Jisoo yang mencuci piring. Malam ini gilirannya yang mencuci piring dan aku yang memasak sebagai upaya melupakan permasalahan karirku sejenak. 

"Sebelum aku mencuci mangkuk dan panci, aku bisa menebak apa yang terjadi padamu," katanya membuatku menatap Jisoo utuh.

"Sungguh?"

Jisoo mengangguk, "Kau terlibat skandal aktor papan atas."

"Tidak seperti yang kau pikirkan," balasku mengelak.

"Tentu saja ini seperti yang aku pikirkan, Kawan." Jisoo berpindah duduk di sebelahku, "dengarkan ini baik-baik. PR stunt berbahaya jika kau tidak bisa melakukannya dengan sepenuh hati."

Refleks aku menepuk dahi. Menatap Jisoo dengan perpaduan ekspresi kagum dan menyebalkan.

"Bagaimana kau bisa tahu?" aku tidak percaya. Ia bisa menebaknya dengan tepat tanpa meleset.

Jisoo tergelak, "Berkali-kali aku mengatakan ini, Joo Hyuk. Kalau aku mengenalmu seperti sudah sepuluh tahun. Jangan remehkan telepati antara kau dan aku."

Tanpa diberitahu pada akhirnya Jisoo bisa menebak dengan tepat perkara yang menganggu pikiranku saat ini. Bagiku, lebih baik Jisoo tahu dengan sendirinya jadi dia bisa bertindak dan bersikap sewajarnya kakak kepada adik. Jika aku beritahu, pastilah dia akan menuduhku aneh-aneh.

Setelah terbongkar pokok permasalahannya, aku menatap Jisoo penuh harap.

"Aku tidak mau melakukan PR stunt lagi. Apa yang harus aku lakukan?"

****

Aaaaa gimana? kaget nggak tiba-tiba ada Jisoo? jujur aku juga kangen banget dengan persahabatan Joo Hyuk sama Jisoo. mereka tuh... friendship goals banget. 

mau lebih banyak Jisoo muncul di cerita ini? sok atuh kasih tau aku! HAHAHA

Life After Start Up PR StuntWhere stories live. Discover now