VIII

3.3K 339 27
                                    

Throwback
____________

Andi berlari usai mengambil kopernya, ia berusaha menaiki taksi dan Freya mengikutinya masuk ke dalam mobil bluebird itu.

"Kita pisah taksi aja ya, Frey? Aku harus kerumah sakit," ujarnya meminta Freya pergi.

Freya mendekap kedua tangannya di atas dada, "Emangnya kenapa kalo aku ikut kesana? Keluarga kamu pasti ngira aku rekan bisnis biasa. Ya, syukur-syukur si kalo nebak aku ini wanitamu"

"Frey..."

Andi mengalah. Ia sudah tak punya waktu untuk sekedar berdebat pada Freya, akhirnya ia mengamiinkan kegilaan cewek itu.

Laju mobil cepat seperti yang diminta Andi, ditambah jalanan yang cukup sepi semakin memperlancar perjalanannya hingga rumah sakit.

Andi dan Freya turun tergesah-gesah, sembari menggeret koper masing-masing, demi tak menimbulkan kecurigaan pada keluarga.

Diruang tunggu hanya ada keluarganya dan ibu dari Namira. Mimik Andi kecewa tidak bisa melihat istrinya di keadaan genting.

Tetapi, tanyanya yang pertama adalah tentang ayahnya, pertanyaan tentang kemana Namira menjadi nomer duabelas.

Wina, ibu Namira menjawab jujur, bahwa anaknya harus kembali ke kantor demi pekerjaan. Hal yang semakin membuat Andi kecewa, seakan Namira tak peduli dan tak pernah ada dikala Andi butuh.

Fokus mereka langsung tertuju pada Freya yang begitu mencolok. Tetapi, seperti perjanjian tadi, Freya menjawab bahwa mereka hanya rekan kerja, dengan dalih terburu-buru, Freya terpaksa harus ikut Andi ke rumahsakit.

Hal itu ditinggi-tinggikan oleh ibunya Andi, apalagi setelah tau bahwa Freya adalah anak dari salah satu pemegang saham terbesar. Mereka seakan mengasingkan Wina yang telah baik hati duduk di sana.

Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Ibu Andi memaksa ia untuk pulang dan mengantar Freya. Intan, kakak sulungnya, meminjamkan mobil pada Andi dan menawarkan diri untuk menjaga ayahnya malam ini.

Jelas saja Andi mengiyakan. Tubuhnya yang lelah dan pikirannya yang berantakan, membuat ia kehilangan tenaga begitu saja.

Pada akhirnya, mereka memasuki mobil berkursi empat dengan warna putih kinclong. Freya meminta untuk menduduki posisi supir dan membiarkan Andi beristirahat di sebelahnya.

Mobilnya bahkan belum menyala, tetapi, Freya sudah lebih dulu menyerang, "Jadi, sekarang kamu sadar, 'kan? Betapa tidak pedulinya istri kamu Mas. Dia bahkan tega ninggalin mertuanya dikondisi kritis demi kerjaan," ujarnya memulai.

Sebenarnya Andi malas meladeni Freya dan mengamiinkan perkatannya lagi. Tetapi, dia pikir, Freya ada benarnya. Dimana Namira yang seharusnya memposisikan peran penting dikehidupannya; Ia memang tak tau hal yang terjadi pada istrinya.

Ia menyandar pada kursi mobil, "Kamu, ikut kerumahku, ya?" tawarnya pada Freya yang jelas langsung menyungging bibir puas.

Mesin mobilnya langsung dinyalakan, dengan semangat menuju rumah Andi yang di dalamnya tidak ada istri bahkan anak-anaknya.

Malam yang rasanya sakral bagi mereka berdua, dinikmati sedemikian rupa, menjadi malam panjang yang membahagiakan. Dengan wanita yang memuaskan sang lelaki yang jelas napsunya sedang sangat membutuhkan.

_____________________________

Freya bangun lebih dulu daripada Andi, menjambet lingeringnya dan keluar dari kamar pasutri pemilik rumah, dengan niat ingin membuat sarapan.

Menikah Itu, Tidak Mudah [TAMAT]Where stories live. Discover now