||3. Kuliah Itu Lelah, Ya?||

874 111 2
                                    

Pagi itu Jungkook terbangun karena tidak tahan lagi menahan hasrat ingin pipis. Kalau ditahan lebih lama lagi, bisa-bisa dia mengompol. Sangat tidak etis sekali. Jika sampai kejadian, bisa-bisa ia diejek habis-habis oleh para kakaknya apalagi Taehyung. Maka dari itu Jungkook terburu-buru ke luar, menuju toilet yang berada di dekat dapur. Lampu di dapur menyala saat Jungkook melewatinya, entah siapa yang ada di sana pagi buta seperti ini.

Kemudian saat Jungkook selesai dengan urusannya, ia mendengar pekikan dari arah dapur.

"Awss, panas-panas."

Jungkook jelas tak asing lagi dengan suara setiap hyungnya yang memiliki ciri khas masing-masing itu. Dan kali ini suara milik Namjoon. Waktu Jungkook ke sana, ia menemukan laki-laki itu tengah melompat-lompat kecil memegangi kakinya dengan raut kesakitan.

"Namjoon Hyung?"

Namjoon mendongak. "Eoh, Jungkook-ie. Apa yang kau lakukan. Kenapa tidak tidur?"

Jungkook mendekat. Memerhatikan sebuah gelas yang di dalamnya terdapat bubuk kopi dan di sebelahnya ada termos dengan air yang berceceran baik di atas meja maupun di lantai. "Hyung sendiri, apa yang Hyung lakukan jam segini di dapur." Jungkook balik bertanya, menghiraukan pertanyaan Namjoon tadi.

Namjoon menggaruk tengkuknya tak gatal. "Yah, hanya sedang mencoba membuat kopi untuk menghilangkan kantuk. Tapi kau lihat sendiri apa yang terjadi. Kaki Hyung tidak sengaja tersiram air panas, dan kantuk Hyung benar-benar hilang sekarang."

Jungkook menggelengkan kepalanya. Mendekat ke sisi Namjoon dan menuang air panas ke gelas berisi bubuk kopi. "Apa yang harus Hyung lakukan sampai begadang seperti ini." Jungkook memberikan segelas kopi panas pada Namjoon. "Hati-hati, Hyung."

"Terima kasih, Kookie." Namjoon mengusap kepala Jungkook dengan sebelah tangannya yang bebas. "Hyung harus menyelesaikan tugas maket Hyung. Besok siang sudah harus dikumpulkan. Sekarang, kembalilah tidur Kook, besok kau harus sekolah bukan?"

Jungkook menimang sebentar. "Mau aku temani?"

"Eh?"

"Tadi aku terbangun karena ingin buang air kecil, tapi sekarang kantukku hilang. Aku akan sulit tidur kalau begitu, jadi kenapa tidak aku temani Hyung saja. Boleh, ya?"

"Tapi besok pagi kau harus sekolah."

"Jangan khawatirkan itu. Aku pasti akan bangun tepat waktu besok."

Namjoon menghela napas, mengangguk. "Tapi kalau besok kesiangan, jangan salahkan Hyung, ya?"

"Tidak akan."

Menemani Namjoon ternyata bukan ide yang terlalu buruk. Dia jadi bisa mengetahui lebih banyak hal. Namjoon juga jadi punya teman untuk mengobrol. Sesekali Jungkook membantu pemuda itu dalam hal yang remeh-temeh.

"Kuliah itu melelahkan ya, Hyung," tanya Jungkook yang tengah tengkurap di atas ranjang Namjoon.

Namjoon melirik sebentar, menemukan mata bulat Jungkook terbuka sayu. Sepertinya anak itu sudah mulai mengantuk. "Jika Hyung bilang tidak, maka itu adalah kebohongan besar. Tapi kalau dibilang lelah, ya, tidak selamanya kuliah itu melelahkan. Nanti kau juga akan tahu sendiri."

Jungkook mengubah posisi jadi telentang memandang langit-langit kamar Namjoon. "Yah, pastinya yang aku tahu pasti jauh lebih melelahkan dari kegiatan SMP kan, Hyung? Aku saja rasanya sudah ingin menyerah dengan semua materi yang diberikan di sekolah, bagaimana kalau kuliah nanti. Ah tidak, sepertinya aku tidak mau kuliah deh."

Namjoon menaikan sebelah alisnya. "Mau kuliah atau tidak itu semua pilihanmu, Kook. Itu kehidupanmu. Satu hal yang harus kau ingat adalah akan ada konsekuensi disetiap pilihan yang kau ambil, jadi kau harus siap untuk itu. Lagi pula saat itu masih jauh, jangan terlalu dipusingkan. Kau bahkan belum lulus SMP."

Setelah berkata demikian, Namjoon meregangkan sedikit otot-ototnya yang terasa kaku. Ketika merasa tidak ada sahutan dari lawan bicara, ia pun menoleh dan menemukan anak itu sudah terlelap dengan bibir yang sedikit terbuka. Namjoon menggeleng, cepat sekali tertidurnya. Pemuda itu lantas mendekat, menyelimuti Jungkook lalu mengusap kepala anak itu sebelum kembali menyelesaikan tugasnya.

Behind The Scripts

Pagi itu di sela-sela waktu sarapan yang hening di antara enam pemuda. Mendadak terdengar teriakan nyaring yang berasal dari kamar Namjoon.

"ASTAGA TELAT! AKU TELAT!" Terdengar derap langkah kaki. "KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBANGUNKANKU."

"Kenapa tidak ada yang membangunkanku?" Taehyung meniru nada suara adiknya. "Hei, asal kau tahu bibirku sampai berbusa membangunkanmu, tapi kau tidur seperti seperti putri tidur."

Jungkook memberengut, ia menoleh pada Namjoon. "Hyung," rengeknya.

"Apa? Kau sudah berjanji tidak akan menyalahkanku semalam."

Jungkook menghentakan kaki, buru-buru pergi membersihkan diri.

Home : A Place For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang