BAB 15. PENELUSURAN TOILET BERHANTU

23 6 2
                                    

Bu Mia merasa takut ketika membaca secarik kertas yang bertuliskan merah darah di tempat tidur.

"AKU TELAH KEMBALI. AKU AKAN MEMBALASKAN DENDAMKU TERHADAP MASA LALU DAN  NARKOBA."

                         TITANIA KUSUMAMEIZRA 

Setelah membaca surat tersebut, Bu Mia berpikir yang tidak-tidak. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah arwah Tania telah bebas dari toilet sekolah? Seketika dirinya menjadi termenung menunduk ke sisi kanan dan menampakkan wajah yang bingung. Ketika wajahnya dipalingkan ke arah surat yang dipegang, tiba-tiba surat tersebut dipenuhi oleh belatung menjijikan. Sontak Bu Mia melempar surat tersebut ke lantai. Alhasil belatung yang berjumlah banyak tersebut menjadi merayap bertebaran. Bu Mia merasa jijik dan dia pun berlari ke luar kamar.

****

Pada keesokan harinya, Para siswa berangkat ke sekolah. Pak Abdul bersama Aulia menaiki motor untuk menuju sekolah. Mereka berangkat pagi sekali karena malam kemarin Bu Mia menelpon dan menceritakan mengenai hal yang dialami mengenai arwah Tania. Untuk memastikan hal tersebut, Pak Abdul bersiap-siap untuk memeriksa toilet belakang sekolah.

"Om, kenapa kita berangkat sepagi ini?" Aulia yang tidak tahu apa-apa hanya bertanya.

Pak Abdul tanpa pikir panjang mengajak keponakannya itu untuk bergegas. Ia tidak menceritakan semua hal yang terjadi. Lantas, Aulia menuruti perkataan bapak itu.

Di sekolah, Bu Mia menunggu di depan pintu ruang guru. Ia sebenarnya menantikan kedatangan Pak Abdul mengenai apa yang mereka rencanakan. Tak lama kemudian, datanglah seseorang yang ditunggu itu dengan berjalan tergopoh-gopoh.

"Pak, hari kemarin adalah hari yang meresahkan bagi saya." Bu Mia segera berbicara.

Pak Abdul mengerti akan perasaan seorang guru itu.

"Ayo! Kita tidak boleh buang waktu. Kita harus periksa toilet belakang guna memastikan apakah Tania berhasil keluar atau tidak." Pak Abdul segera mendahului langkahnya diikuti oleh Bu Mia yang ketakutan.

****

Aulia berjalan melewati koridor. Seketika matanya melirik kepada sesosok siswi yang berdiri  tepat di depan pintu kelas. Namun, tangannya terlihat pucat seperti orang yang sedang sakit. Ternyata, siswi tersebut adalah Sania.

"Sania?" Aulia mendekati perempuan tersebut.

Sania membalikkan tubuhnya dan melihat Aulia yang berjalan menghampiri. Ia tersenyum pelan sambil menampakkan wajah yang pucat.

"Sania? Kok, wajah kamu pucat gitu? Kamu sakit, ya?" tanya Aulia.

"Enggak, kok. Justru setiap hari aku memang begini," ujarnya.

Di sisi lain, Wati terlihat duduk di dalam kelas sambil membaca buku. Ketika melirik ke arah pintu kelas, matanya mengarah kepada Aulia yang terlihat sedang berbicara sendirian. Wati yang tengah kebingungan itu berusaha untuk memanggilnya.

"Aulia? Hei! Kamu kenapa berdiri di situ?" Wati terus memanggil temannya tersebut.

Aulia tetap saja berdiri di depan pintu tanpa mengindahkan panggilan temannya itu. Wati menjadi heran dengan sikap Aulia kali ini.

"Hei, Aulia!"

Panggilan kedua, Aulia masih terlihat berbicara dengan siswa lain, padahal ia sedang bersama Sania. Akan tetapi, Wati melihat seolah-olah Aulia berbicara sendiri.

Akhirnya, gadis berambut sebahu itu pun bangkit dan menghampiri Aulia. Ia bertanya mengenai apa yang dilakukan di pintu kelas.

"Kamu ngobrol dengan siapa, Aul?" tanyanya.

Aulia memandang ke arah Sania yang berada dekat di depannya. Lalu, jarinya menunjuk ke arah gadis misterius itu.

"Itu, dengan Sania."

Wati melirik ke arah yang ditunjuk Aulia. Betapa herannya ia karena tidak menemukan siapa-siapa. Mungkin, Sania hanya dapat dilihat oleh Aulia saja, sedangkan siswa lain tidak dapat melihat.

"Mana? Gak ada siapa-siapa," timpal Wati.

Aulia merasa aneh, tampak jelas bahwa Sania berada di depannya. Ia melirik ke arah Wati dan menunjuk kembali ke arah Sania.

"Itu, lho. Namanya Sania. Dia di depan aku sekarang."

Wati terus melirik ke berbagai sudut. Namun, dirinya tetap tidak menemukan siapa pun.

"Mana, sih?"

Aulia dengan geramnya menunjuk kembali ke arah depannya. Akan tetapi, dirinya ....

"Lho, mana dia?" Aulia telah menyadari bahwa Sania menghilang dengan seketika.

Ia mencari ke berbagai sisi sekolah dan nyatanya memang benar bahwa Sania telah pergi. Entah mengapa gadis pucat itu menghilang dengan cepat.

"Kok, cepet banget ngilangnya."

****

Kring!

Bel masuk dibunyikan, Pak Abdul beserta Bu Mia bergegas menuju toilet. Mereka merasa khawatir jika apa yang ada di perasaannya memanglah benar.

Mereka berjalan dengan berlari melewati lorong toilet. Dan benar saja, pintu toilet yang dahulunya merupakan tempat arwah Tania dikurung kini menjadi terbuka. Sontak Pak Abdul dan Bu Mia menjadi terkejut sekaligus ketakutan.

"Bu, ternyata benar. Pintunya sudah terbuka." Pak Abdul menghampiri pintu tersebut.

Terlihat bahwa tasbih yang mengikat daun pintu tersebut menjadi hancur dan berserakan di lantai. Mereka tidak tahu bahwa hal tersebut merupakan perbuatan ketiga lelaki pencandu narkoba. Tiba-tiba ....

"Huaa ...."

Suara serak keluar dari dalam toilet tersebut. Pak Abdul sontak memundurkan kakinya yang diikuti oleh Bu Mia. Seketika keluarlah sesosok hantu dari lubang toilet perlahan sambil merayap menghampiri mereka.

"Kalian mau apa?" tanya hantu tersebut.

Hantu tersebut terlihat memiliki bintik merah di wajahnya. Di setiap bintikannya, keluar darah dan belatung menjijikan. Tangan dan kakinya seolah patah dan meninggalkan jejak ketika merayap di lantai.

"Bu, ayo kita pergi!" Pak Abdul mengajak Bu Mia untuk pergi.

Mereka berlari secepat mungkin meninggalkan toilet dan hantu tersebut. Bukannya takut, mereka pergi karena ingin menyelamatkan seluruh siswa dari arwah Tania yang telah bebas itu. Tampak bahwa hantu tersebut merayap keluar di lorong toilet.

"Kalian mau ke mana?"

Oke, hantu Tania akhirnya akan mengantuk seluruh siswa di satu sekolah. Ups, tapi ada lagi cerita yang mungkin kalian akan menyukainya. Tetap tunggu, ya!

Vote+Coment;)

MYTH 2: HAUNTED TOILET (SUDAH TERBIT✔️)Where stories live. Discover now